104. Jealous

3.7K 147 1
                                    

EP. 104. Jealous

********

"Kak, udah tidur, ya?" Jingga menghampiri Biru seraya melingkarkan tangannya di perut laki-laki itu setelah dia berpakaian lengkap.

Terlihat Jingga sedikit kesulitan memeluk suaminya itu dari belakang karena terhalang perut buncitnya.

"Hmm." Sahut Biru malas tanpa berniat membuka matanya walaupun dia hanya pura-pura tidur. Jingga mendengus geli, mana ada orang tidur menyahut.

"Bohong. . . ." Ucap Jingga. Dia lalu mengubah posisinya, mengangkat kepalanya untuk dia letakkan di lengan bahu Biru.

"Kamu kenapa, sih? Kok kayak bete gitu?" Tanyanya kemudian seraya memainkan kancing piyama yang dikenakan Biru.

"Aku nggak bete, cuma lagi capek aja, mau tidur." Jawab Biru masih datar.

"Beneran?" Tanya Jingga memastikan.

"Iya. Udah deh, kamu bisa diem nggak, sih?" Biru sedikit meninggikan nada bicaranya sembari menepis tangan Jingga yang sedang bermain-main dengan kancing piyamanya. Hal ini sontak saja membuat Jingga berjengit kaget.

"Kan aku cuma nanya." Cicit Jingga sembari menjauhkan tubuhnya dari Biru. Dia jadi ikut merasa kesal mendapati Biru yang uring-uringan padanya.

"Ya udah nggak usah nanya, aku mau tidur." Sahut Biru masih dengan nada kesal. Jingga merengut dan terdiam selama beberapa saat.

"Kamu nggak mau makan malam dulu?" Tanya Jingga hati-hati seraya menyentuh bahu Biru, namun laki-laki itu tak menjawab dan hanya mengedikkan bahunya.

Menghela napas gusar, Jingga dibuat bingung dengan perubahan sikap suaminya yang tiba-tiba mendiamkannya. Oke, mungkin dia capek. Tapi, tak biasanya Biru seperti ini. Apa Jingga melakukan kesalahan? Tapi apa?

"Tidurnya nggak mau madep sini?" Tanya Jingga lagi karena biasanya Biru paling anti tidur memungggunginya. Namun, lagi-lagi tak ada jawaban. Kini laki-laki itu malah menarik selimut hingga menutupi kepalanya.

"Hiish, kenapa, sih?" Jingga menggerutu dalam hati. Tangannya mengepal, lalu dia layangkan tinju di udara seolah ingin memukul Biru.

Sejenak Jingga terdiam menatap punggung lebar Biru. Dia berpikir, mencari cara untuk membuat Biru berbalik dan menghadap ke arahnya. Hingga sejurus kemudian, salah satu sudut bibirnya tersungging licik saat sebuah ide konyol terlintas di dalam otaknya.

Jingga lantas beranjak untuk duduk bersandar pada headboard ranjang sebelum kemudian menjalankan rencana konyolnya yang mungkin akan membuat Biru semakin kesal.

"Aww, sakit-sakit." Jingga memekik, berpura-pura meringis seraya mengusap-usap perutnya.

Biru yang mendengar Jingga memekik kesakitan seketika menjadi panik dan langsung berbalik untuk melihat keadaan istrinya.

"Kamu kenapa, Ji?" Tanyanya panik begitu melihat Jingga yang sedang meringis sambil mengusap-usap perutnya. Tangannya kemudian terulur, ikut mengusap-usap perut istrinya itu dengan khawatir.

Jingga menoleh, lalu menyunggingkan senyum lebar seraya mengaacungkan jari tengah dan telunjuknya membentuk tanda V.

"Nggak lucu, Ji." Bentak Biru tanpa sadar. Sontak saja hal itu membuat Jingga merengut, merasa takut sekaligus bersalah. Memang tidak lucu becanda seperti ini, tapi dia senang karena bisa membuat Biru berbalik dan melihat ke arahnya.

Biru lantas ikut menyandarkan punggungnya di headboard ranjang, laki-laki itu mengusap wajahnya kasar seraya menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya untuk membuat dirinya kembali tenang.

STILL IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang