106. Lose Control

5.4K 174 3
                                    

Ohh iya, mau ngasih tahu kalau cerita ini ada SPIN OFFnya dan udah aku UP. Check profil aku, kisah Langit dijamin lebih seruuuuu.

Happy reading.

Jingga sama BIru udah mau tamat, ya, gengs. Tinggal satu episode lagi.

EP. 106. Lose Control

********

"Sayaaang . . . ." Ini adalah teriakan Biru yang kesekian kalinya.

Sejak tadi, laki-laki itu terus berteriak sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi, Biru begitu khawatir karena sudah lebih dari satu jam istrinya itu belum keluar dari dalam sana.

"Sayang, buka pintunya. Kamu ngapain di kamar mandi lama banget?" Biru kembali berteriak-teriak, nada bicaranya terdengar sangat khawatir.

"Hiish, berisik." Jingga yang tengah berendam di kamar mandi menggerutu kesal, Padahal, dia sudah menjejali telinganya dengan earphone, tapi tetap saja suara Biru di luar kamar masih terdengar.

Sebenarnya Jingga hanya ingin mengambil waktu sejenak untuk dirinya sendiri dengan cara berendam air hangat di bathub untuk merelaksasikan tubuhnya, tapi Biru di luar sana sudah mengganggunya saja. Laki-laki itu tidak bisa dia tinggalkan barang sebentar saja.

Menjelang waktu persalinan yang kian dekat, Jingga memang lebih banyak meluangkan waktu untuk memanjakan dirinya sendiri. Contohnya, berendam seperti saat ini untuk membuat tubuhnya terasa nyaman, banyak memakan makanan enak, dan bermanja-manja dengan Biru.

Hal tersebut semata-mata Jingga lakukan untuk mengurangi kecemasan menjelang persalinan dan menikmati masa-masa kebebasannya sebelum kemudian dia harus menghadapi hari-hari baru usai persalinan yang mungkin akan jelas berbeda dari sebelumnya.

"Jingga William." Dan kalau suaminya sudah memanggilnya seperti itu, Jingga pastikan dia bisa mendobrak pintu kamar mandi sekarang juga. Ingatkan saja Biru bisa melakukan apapun yang diinginkannya, bahkan hal di luar nalar sekali pun.

"Iya, ini aku udah selesai." Sahut Jingga berteriak tak kalah keras. Ahh, mereka sudah seperti Tarzan dan Jane saja.

"Cepetan keluar." Teriak Biru lagi.

Berdecak kecil, Jingga memutuskan untuk mengakhiri kegiatan berendamnya. Dia kemudian mengambil handuk untuk mengeringkan tubuhnya, lalu mengenakan bathrobe yang sudah dia sediakan di sana. Setelah itu, Jingga lantas keluar dari kamar mandi dengan sedikit terburu-buru.

"Kalau aku panggil, tuh, nyahut." Omel Biru begitu Jingga membuka pintu kamar mandi.

"Maaf, aku tadi berendam sambil dengerin musik." Jingga menunjukkan ponsel dan earphone miliknya pada Biru. Lalu dengan santai dia menerobos tubuh Biru untuk berjalan menuju lemari.

"Ya ampun, Ji. Aku di sini panik, tapi kamu enak-enakan mandi sambil dengerin musik?" Biru mengekori Jingga seraya terus mengomelinya.

"Ya kamu kenapa panik segala? Udah tahu aku di dalam sana lagi mandi, bukan tidur." Cebik Jingga, dia lantas memilih baju yang akan dikenakannya hari ini.

"Panik, lah, orang kamu di kamar mandi udah satu jam lebih, mana dipanggil nggak nyahut. Aku, tuh, takut kamu tiba-tiba kontraksi kayak kemarin lusa." Jawab Biru dengan nada kesal, mengingat akhir-akhir ini Jingga cukup sering mengalami kontraksi palsu. Sebab, perkiraan dokter Jingga akan melahirkan satu minggu lagi, Biru takut jika tiba-tiba istrinya mengalami kontraksi asli, lalu melahirkan di kamar mandi.

Suami Jingga itu sangat posesif mengawasinya, bahkan sebelumnya Biru sudah mengatakan untuk jangan mengunci bahkan menutup pintu kamar mandi. Namun, Jingga begitu keras kepala tidak mendengarkannya dengan alasan takut Biru mengintipnya saat mandi. Konyol memang istrinya itu, selalu saja berpikiran buruk. Padahal, Biru tidak semesum itu.

STILL IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang