77. Marriage Proposal

4.2K 197 5
                                    

EP. 77. Marriage Proposal

********

Tiba di malam pertemuan keluarga. Biru benar-benar serius membawa orang tuanya malam ini.

Kedatangan Biru dan kedua orang tuanya disambut baik oleh Ayah dan Bunda.

Biru tampak tegang berhadapan dengan orang tua Jingga. Tak pernah dia merasa setegang ini dalam hidupnya. Sebelumnya dia tidak merasakan hal ini karena dulu tinggal mengikuti rencana orang tuanya.

Sejenak, hanya ada perbincangan kecil di antara kedua orang tua. Hingga beberapa saat kemudian, Papa mulai membicarakan apa maksud dan tujuan mereka datang ke sana.

"Jadi, kamu serius mau nikahin anak Om?" Tanya Om Rendra.

"Iya, Om, aku serius. Serius banget malah." Jawab Biru berusaha tegas agar Om Rendra bisa melihat keseriusannya.

"Tapi Biru. . . ." Om Rendra menggantungkan kalimatnya sejenak sambil menatap dalam Biru untuk mencari kesungguhan di sana. "Jingga mungkin seorang dokter yang berbakat, tapi dia nggak terlalu pintar dan sangat kurang dalam beberapa hal."

Jingga yang duduk di sebelah Bunda langsung mendelik, karena Ayah terdengar seperti sedang membicarakan keburukannya.

"Iya, aku tahu Om, dan aku bisa terima itu." Sahut Biru dengan suara bergetar karena gugup, hingga membuat kedua orang tuanya menahan tawa geli.

"Kalau libur Jingga susah bangun di pagi hari. . . " Jingga semakin mendelik dengan mulut sedikit mengaga.

"Iya, aku tahu Om, aku nggak keberatan."

"Jingga nggak terlalu pintar masak. Terakhir kali goreng ikan malah gosong–"

"Aku tahu, Om. Tapi, dia cepat belajar."

"Jingga juga manja, berpikiran dangkal, cerewet, over active, suka nyolot, dan kadang-kadang dia bikin onar–"

Jingga mendengus kasar. "Ya ampun Ayaaah."

Sementara Bintang dan Senja yang ikut duduk di sana hanya menekap mulut sambil menahan tawa, sesekali melempar tatapan meledek pada Jingga.

"Aku nggak keberatan dengan semua itu Om." Biru masih berusaha bersikap santai dalam menanggapi ucapan Om Rendra, meski saat ini tangannya sudah berkeringat dan gemetar.

"Tapi di samping semua itu, Jingga tetap punya kelebihan. Jingga ini sangat cantik dan akan selalu melakukan yang terbaik." Sambung Om Rendra tersenyum bangga pada Jingga. Gadis itu balas tersenyum padanya.

"Iya, Om, aku tahu." Sahut Biru seraya melirik Jingga sekilas.

Untuk yang satu ini Biru sudah sangat tahu dari dulu. Kelebihan utama Jingga adalah cantik dan juga seksi. Mendadak fantasi liarnya terhadap gadis itu muncul.

Sial. Keimanannya benar-benar sudah runtuh. Bahkan di tengah-tengah keluarga seperti ini, bisa-bisanya Biru berpikiran kotor.

"Kamu yakin bisa mencintai Jingga sebanyak kami mencintainya? Kamu yakin ke depannya anak Om bisa bahagia sama kamu?"

Biru terkejut begitu suara Om Rendra kembali berdengung di telinganya. Dia mengerjap. "Aku akan berusaha, Om."

"Lho, kok, kayak nggak yakin gitu?" Sahut Om Rendra nyeleneh.

Biru membelalak, sedikit kelabakan. Apa dia salah ucap? Memangnya harus menjawab seperti apa?

"Aku serius Om." Sambarnya cepat. "Aku janji, aku akan mencintai, menjaga dan melindungi Jingga, juga memberikan semua hal yang terbaik untuk dia sebatas kemampuan aku sebagai laki-laki."

STILL IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang