EP. 51. Break Up To Make Up
********
Siang itu, Biru mencari Jingga untuk mengajaknya makan siang bersama sekalian membahas apartemen. Biru akan membuat gadis itu segera pindah dari apartemennya yang sekarang.
"Jingga di mana?" Biru bertanya-tanya dalam hati. Pasalnya, dia sudah menghubungi Jingga lewat telepon, tapi gadis itu kembali mengabaikan panggilannya, pun saat dia datang ke ruangan Jingga, Biru tak menemukannya di sana.
Selain itu, Biru juga bertanya pada Hana, tapi perawat itu mengatakan kalau terakhir kali dia bertemu saat di ruang UGD, dan Jingga keluar lebih dulu.
"Bi, kamu mau ke mana?" Panggilan dan pertanyaan seseorang menghentikan langkah Biru yang baru memasuki area taman samping rumah sakit.
"Luna." Gumam Biru sesaat setelah dia melihat sosok yang memanggil namanya.
"Kamu mau ke mana, Bi?" Ulang Luna sekali lagi.
"Aku mau nyariin Jingga." Wajah Luna seketika berubah masam setelah mendengar itu.
"Kenapa nggak di telepon aja?" Tanya Luna heran.
"Jingga nggak angkat telepon aku." Jawab Biru seraya kepalanya celingukkan mencari-cari siapa tahu Jingga ada di sina, mengingat kemarin pagi dia juga menemukan Jingga di taman itu.
Melihat Biru yang celingukkan, kepala Luna juga ikut bergerak untuk mencari sosok Jingga. Dia penasaran, untuk apa Biru mencari-cari Jingga seperti ini?
"Itu bukannya Jingga, ya?" Matanya memicing untuk memastikan yang dilihatnya benar-benar Jingga, gadis itu terlihat sedang duduk di salah satu kursi taman bersama seseorang.
Biru mengikuti arah pandang Luna, sorot matanya menatap tak suka saat mendapati Jingga yang tengah duduk berdua dengan Langit. Tanpa banyak bicara, dia melangkahkan kakinya untuk menghampiri Jingga.
Namun langkahnya terhenti saat dengan samar dia mendengar percakapan mereka. Biru mengepalkan tangannya geram saat telinganya menangkap Langit mengatakan perasaannya pada Jingga adalah urusannya.
"Dia berani-beraninya. . . ." Biru menggeram dalam hati. Rasanya dia tidak terima ada cowok lain yang menyukai Jingga, terlebih menyatakannya secara terang-terangan seperti Langit.
"Jadi Langit suka sama Jingga?" Gumam Luna pelan agar suaranya tak terdengar Jingga dan Langit yang sedang duduk tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.
"Jingga tahu itu, seharusnya dia bisa menjaga jarak. Apalagi dia sama kamu sebentar lagi mau nikah, Bi." Luna dengan sengaja mengatakan itu untuk membuat emosi Biru tersulut. "Tapi aneh aja malah biarin Langit untuk tetap dekat sama dia."
Mata Luna melebar saat melihat Jingga yang tiba-tiba memeluk Langit, dia tersenyum menyeringai. Sungguh pemandangan yang menarik dan pada waktu yang tepat.
Sementara Biru, dia semakin menatap mereka dengan marah, rahangnya sudah mengetat. Biru merasakan wajah dan hatinya sangat panas. Ingin sekali dia melepas paksa tubuh Jingga yang sedang memeluk Langit, lalu mendaratkan pukulan keras di rahang cowok itu. Tapi niatnya diurungkan karena ponselnya tiba-tiba berdering, tanda ada panggilan darurat.
Mendengus kasar, lantas dengan perasaan marah dan kesal dia beranjak dari tempatnya.
"Dasar serakah." Luna melihat Jingga dengan tatapan penuh kebencian. Tatapannya seolah memandang rendah Jingga yang ingin memiliki dua cowok baik itu sekaligus di sisinya.
********
Sore hari, Biru sengaja menunggu Jingga di dekat ruangannya. Dia akan menegur Jingga dan benar-benar membawa pindah dari apartemennya sekarang juga agar gadis itu tidak dekat-dekat dengan Langit lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL IN LOVE [END]
Romance"Aku butuh bantuan kamu untuk ngembaliin ingatan aku." Ucap Biru tak berperasaan. Di usia yang hampir menginjak 25 tahun, Jingga dipaksa oleh orang tuanya bertunangan dengan seorang laki-laki tampan anak dari salah satu teman baiknya. Namun siapa sa...