24. Disagree

3.6K 230 3
                                    

EP. 24. Disagree

********

"Kamu udah punya pacar?" Pertanyaan Tante Lisa membuat Jingga sedikit terkejut.

Gadis itu termenung. Nama Biru kembali mengisi penuh kepalanya. Apa cowok itu masih bisa dibilang pacarnya saat ini?

"Jii...." Panggil Tante Lisa berhasil membuyarkan lamunan Jingga.

"Ehh. Eung, kayaknya nggak ada, Tan." Jawab Jingga gelagapan.

Tante Lisa tersenyum. "Kalau seseorang yang kamu suka?"

"Eung, belum juga ada, Tan." Jawab Jingga tersenyum kaku.

"Ahh, yang bener?" Tanya Tante Lisa dengan mata memicing.

Jingga kembali melirik sekilas Tante Lisa sambil memasang senyum tipis yang kaku. "Belum ketemu yang cocok, Tante."

"Ohh, gitu...." Tante Lisa mengangguk-angguk, mendesah pelan, lalu bergumam pelan. "Sayang banget...."

"Kenapa, Tan?" Tanya Jingga yang mendengar Tante Lisa bergumam.

"Ohh, enggak." Tante Lisa tersenyum kaku. "Sayang anak Tante udah punya calon istri."

"Lho, kok gitu, Tan?"

"Iya. Umur kamu kayaknya nggak beda jauh, deh, sama anak Tante. Coba aja Tante lebih dulu ketemu kamu, pasti udah Tante kenalin sama dia." Terang Tante Lisa. Jingga langsung tergelak mendengarnya.

"Haha, belum berjodoh, ya, Tan?" Timpal Jingga. Wanita itu mengangguk setuju.

"Habis kamu, tuh, cantik, baik lagi kelihatannya." Puji Tante Lisa membuat Jingga langsung tersipu dan mentertawakan dirinya dalam hati. Tidak tahu saja wanita itu jika Jingga sudah mengumpat dengan menyebutnya ibu-ibu gila.

Jingga kembali tergelak. "Tante bisa aja."

Wanita itu hanya tersenyum membalasnya. "Ohh, iya, kamu kerja dima -"

Ucapan Lisa tergantung saat dering ponsel Jingga berbunyi.

"Maaf, Tante." Ucap Jingga meminta izin untuk mengangkat teleponnya, wanita itu tersenyum mengangguk.

Jingga kemudian menyelipkan earpiece di telinganya untuk kemudian menerima panggilan telepon tersebut.

"Iya, Lang." Sapa Jingga pada orang di seberang telepon yang ternyata adalah Langit.

"Kamu di mana, Ji?" Tanya Langit terdengar cemas.

"Aku lagi nggak di rumah, Lang. Kenapa?" Jingga balik bertanya sambil memperbaiki posisi earpiece agar lebih nyaman terpasang di telinganya.

"Kamu lagi di luar? Kelayaban ke mana kamu? Inget, nggak, jam empat sore ini kita harus ketemu Dirut rumah sakit. Aku udah otw ke sana sekarang.."

Mata Jingga membulat seketika, bagaimana dia bisa melupakan hal sepenting ini? Hal penting yang akan berpengaruh pada masa depannya.

Matanya melirik ke sekitar guna mencari tahu posisinya sedang berada di mana sekarang.

"Jarak rumah sakit dari posisi aku sekarang cukup jauh, Lang." Jingga menggigit bibirnya dengan perasaan cemas. "Kayaknya aku bakalan telat, deh. Duhh, gimana, dong?"

Semakin menggigit bibir bawahnya, Jingga lalu melirik jam tangan pintarnya. Sudah hampir jam empat dan setidaknya dibutuhkan waktu lebih dari satu jam untuk sampai ke rumah sakit dari tempatnya saat ini, ditambah dia harus mengantar Tante Lisa terlebih dahulu.

"Mana aku tahu, siapa suruh kamu lupa. Yang penting-penting dilupain, yang nggak penting diinget mulu." Jawab Langit ketus dengan sedikit sindiran, lalu dengan cepat menutup sambungan teleponnya.

STILL IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang