EP. 55. Let It Go
********
Sebenarnya sejak beberapa hari yang lalu, setelah Jingga menemui Biru untuk mengakhiri hubungannya di taman bermain waktu itu, dia berniat untuk mengambil cuti selama beberapa hari untuk menenangkan diri.
Namun, kejadian tak terduga di acara resepsi Tia mengubah rencananya. Jingga butuh waktu lebih banyak dari itu. Dengan demikian, dia teringat akan ucapan Om Rendi yang mengatakan akan mengizinkannya mengambil cuti dalam batas waktu yang tidak ditentukan.
Maka dari itu, setelah Biru mengantarnya pulang dari villa. Buru-buru dia menghubungi lelaki paruh baya itu dan menanyakan apa tawarannya masih berlaku atau tidak. Jika sudah tidak berlaku, maka Jingga akan mengundurkan diri dan kembali ke Amerika. Tapi Om Rendi yang pengertian memberikan izin. dengan syarat Jingga jangan sampai mengundurkan diri dari rumah sakit, karena rumah sakit membutuhkannya.
Memang sebelumnya Om Rendi menarik Jingga ke rumah sakit miliknya bukan karena gadis itu akan menjadi calon menantunya, tapi itu murni karena kemampuan yang dimiliki Jingga. Jadi sangat disayangkan jika rumah sakitnya kehilangan dokter berkualitas seperti Jingga.
"Sebenarnya kamu mau ke mana sampai mengambil cuti selama itu?" Tanya Om Rendi penasaran setelah mereka duduk di privat room sebuah restoran.
"Aku emang butuh waktu lama untuk nenangin diri, Om. Sekali lagi aku minta maaf karena sudah menghubungkan masalah pribadi sama pekerjaan." Jawab Jingga merasa tak enak hati.
"Nggak apa-apa, Om ngerti, kok. Anggap saja ini perlakuan khusus yang diberikan orang tua untuk anaknya." Sahut Om Rendi, membuat Jingga semakin sungkan.
"Makasih, Om." Balas Jingga.
"Ji, walaupun kamu sudah berakhir sama Biru. Tapi Om harap, kamu jangan memutuskan hubungan dengan kami. Itu karena Om dan Tante sudah menganggap kamu seperti anak sendiri." Ujar Om Rendi terdengar tulus.
"I-iya, Om." Sahut Jingga canggung, tapi terselip keharuan di dalam hatinya.
"Sebenarnya Om nggak berhak untuk meminta ini. Tapi Om juga berharap kamu merenungkan dan mempertimbangkan lagi hubungan kamu sama Biru. Jujur, Om masih sangat berharap kalian bisa bersama lagi." Tutur Om Rendi terdengar penuh harap, namun tidak memaksa.
Jingga terdiam sebentar untuk menyusun kalimat. Seharusnya lelaki itu tahu jika dia mengambil cuti bukan untuk merenung, Jingga ingin menghibur dan menyembuhkan hatinya yang terluka, serta membuang Biru jauh-jauh dari hatinya.
"Maaf kalau untuk itu kayaknya aku nggak bisa, Om." Jawab Jingga yakin.
"Oke, Om nggak akan maksa kamu." Ucap Om Rendi pasrah. Beliau sangat menyayangkan jika rencana perjodohan yang sudah dia susun selama ini tidak berjalan dengan baik.
Beliau juga sadar, dia tidak bisa memaksakan kehendaknya lagi. Dalam hatinya dia hanya bisa berdoa, semoga Tuhan menakdirkan Biru dan Jingga untuk bersama pada akhirnya. Karena apa yang dipersatukan Tuhan, maka tidak akan bisa dipisahkan oleh manusia, sekalipun Jingga mengatakan tidak pernah ingin kembali bersama Biru. Begitupula sebaliknya.
"Terima kasih atas pengertiannya, Om." Ujar Jingga seraya mengulas senyumnya. Lelaki itu hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Ohh, iya. Aku mau titip ini buat Tante." Lantas Jingga menyerahkan kotak perhiasan berwarna hitam dengan pita merah di atasnya, kotak tersebut berisi sebuah gelang emas putih model sweet heart cuff untuk dia berikan pada Tante Lisa, benda sama dengan hadiah yang akan dia berikan kepada Bunda.
Sebenarnya Jingga sudah menyiapkan hadiah itu dari dulu dan akan memberikannya pada Bunda serta Tante Lisa saat hari pernikahannya nanti. Tapi dia tak menyangka jika itu malah menjadi hadiah perpisahan untuk Tante Lisa darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL IN LOVE [END]
Romance"Aku butuh bantuan kamu untuk ngembaliin ingatan aku." Ucap Biru tak berperasaan. Di usia yang hampir menginjak 25 tahun, Jingga dipaksa oleh orang tuanya bertunangan dengan seorang laki-laki tampan anak dari salah satu teman baiknya. Namun siapa sa...