EP. 69. Kissing You
********
Biru kembali menghampiri Langit dengan masing-masing tangannya memegang satu kotak popcorn dan cola berukuran jumbo.
Namun setibanya di sana, dia dikejutkan dengan Luna yang tiba-tiba datang menghampiri. Luna menyapa Biru dan Langit dengan senyum semringah, tapi mereka hanya membalas seperlunya.
Luna terlihat senang bertemu dengan mereka seperti ini, niatnya hanya untuk menonton seorang diri serpertinya tidak jadi, dia akan memiliki teman nonton sekarang.
Raut wajahnya berubah keruh saat dia melihat kedatangan Jingga dengan tiket di tangannya yang kini berjalan semakin dekat menghampiri Biru dan Langit.
Biru benar-benar enggan menanggapi Luna yang kini bahkan mengajak mereka untuk nonton bersama. Ditambah, dia melihat raut wajah Jingga dengan sorot mata yang seolah siap membekukan seluruh isi gedung. Dia tidak mau gadis itu salah paham dengan kedatangan Luna yang memang tak sengaja bertemu.
Tidak. Biru tidak akan membiarkan Jingga salah paham terhadapnya, baru saja dia berjanji pada gadis itu untuk menunjukkan kesungguhan dalam memperbaiki kesalahannya.
Sulit sekali bagi dia membujuk Jingga untuk memberinya kesempatan dan membuatnya bicara lagi padanya, dia harus menghindari segala kemungkinan yang bisa menghalangi jalannya untuk mendapatkan hati Jingga kembali.
Baginya, Jingga adalah batu permata paling berharga yang harus dijaga, Biru tidak mau kehilangannya lagi.
"Aku nggak nonton ini. Aku sama Jingga nonton film yang lain."
"Ini, Lang, tiket pesenan lo." Biru meraih tiket dari tangan Jingga dan menyerahkannya pada Langit. Cowok itu hanya melongo tak mengerti.
"Ayo, Sayang." Biru dengan segera meraih tangan Jingga sesaat setelah menyerahkan cola pada Jingga. Menautkan jemari tangan mereka, dia menggandeng mesra gadis yang sangat dicintainya itu, menuntunnya berjalan menuju loket pembelian tiket.
"Lepasin aku." Jingga yang kesadarannya sudah kembali, langsung menghempaskan tangan Biru hingga terlepas dari pegangannya. Biru sejanak mematung, memperhatikan Jingga yang memasang wajah cemberut.
"Kenapa kamu ngelakuin ini? Aku mau nonton film komedi." Protes Jingga.
"Kamu nggak akan nikmatin itu karena Luna ada di sana." Sahut Biru.
"Kenapa? Itu nggak masalah. Biasanya juga selalu kayak gitu, kok." Penuturan Jingga terdengar santai, namun sangat menusuk. Masih terselip kekecewaan yang mendalam di sorot matanya yang tampak sendu itu.
Jingga tersenyum miris, masih sangat jelas dalam ingatannya di mana saat itu Luna selalu berada di antara mereka, di saat Jingga hanya ingin menghabiskan waktu berdua saja dengan Biru.
Namun pada akhirnya, Jingga hanya akan mendapati pemandangan menyakitkan karena Biru akan lebih banyak berbicara dan memperhatikan Luna. Jingga seolah menjadi orang ketiga saat itu.
"Tck, lupain." Jingga mengerjap-erjapkan mata untuk menahan air matanya yang sudah menggenang agar tidak jatuh. Hatinya benar-benar lemah saat mengingat itu.
"Maafin aku." Ucap Biru lirih, pandangannya terpaku menatap wajah Jingga yang berubah sedih.
"Aku bener-bener bodoh dan nggak peka waktu itu. Maaf karena aku nggak mikirin perasaan kamu." Biru benar-benar menyesali kebodohannya yang hanya bisa memikirkan dirinya sendiri waktu itu, maka tidak ada yang bisa dia lakukan sekarang selain mengucap kata maaf.
Biru lalu merengkuh pinggang Jingga untuk membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Namun Jingga perlahan menyingkirkan tangan Biru saat menyadari mereka sedang di tempat umum, beberapa orang bahkan ada yang memperhatikan mereka saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL IN LOVE [END]
Romance"Aku butuh bantuan kamu untuk ngembaliin ingatan aku." Ucap Biru tak berperasaan. Di usia yang hampir menginjak 25 tahun, Jingga dipaksa oleh orang tuanya bertunangan dengan seorang laki-laki tampan anak dari salah satu teman baiknya. Namun siapa sa...