Sring!
Beruntung Chandi menghindar dengan cepat saat sebuah pedang tiba-tiba melintas di depan wajahnya. Karena tebasan pedang itu, semak-semak menjadi tertebas sehingga menampakkan dirinya yang sedang bersembunyi. Dan ternyata tak hanya dirinya yang terkejut, Drata yang mengayunkan pedang pun ikut terkejut melihat dirinya.
"Ternyata Pangeran benar," ucap Drata.
Chandi masih jongkok di tempat dengan ekspresi terkejut. Tidak hanya terkejut, Chandi pun tampak takut. Nyalinya sudah menciut karena tebasan pedang panjang yang tadi hanya satu sentimeter dari lehernya. Kini ia terlihat seperti kucing ketakutan sehabis mencuri ikan.
Berbeda dengan Drata yang terkejut, Pangeran Xiendra justru terlihat santai. Pangeran Xiendra malah berpangku tangan.
"Cepat tangkap dia, Drata. Dia akan sangat lincah nanti," ucap Pangeran Xiendra dengan nada santai namun terkesan dingin.
Cepat-cepat Chandi mundur dan berdiri. Setelah berdiri tegak, ia malah cengengesan tak jelas. "Tu-tunggu dulu. Santai jangan terburu-buru. Aku kesini bukan dengan niat buruk."
Pangeran Xiendra masih berpangku tangan. Walaupun matanya tertutup kain hitam, akan tetapi arah kepalanya tepat menjurus pada posisi Chandi.
"A-aku mana mungkin berniat jahat. Aku sangat berterima kasih pada pangeran tampan yang telah menyelamatkan nyawaku."
Alis Pangeran Xiendra berkerut samar. Dari balik penutup matanya, mata Pangeran Xiendra menelisik penampilan Chandi dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Pangeran Xiendra memang ingat, pada saat mencari mawar hitam, ketika melewati sebuah tempat, ia melihat ada seorang gadis yang sedang memetik bunga mawar di pinggir tebing. Gadis itu terlihat kesulitan meraih satu mawar yang paling jauh. Instingnya memberitahu bahwa gadis itu akan segera jatuh karena tepi tebing mulai longsor. Pada saat itu ia langsung mengendalikan kuda ke arah tebing secepat mungkin.
Namun belum sampai ia di tebing, gadis itu sudah terperosok. Mau tak mau ia loncat dari atas kuda, terbang secepat kilat dan langsung menangkap tangan gadis itu. Kini gadis di depannya mengaku sebagai orang yang ia selamatkan, apakah itu benar? Gadis yang memetik mawar merah adalah ketua bandit? Apakah itu mungkin?
"Bukan niat buruk? Lalu apa maksudmu menyelinap ke istana? Kau adalah ketua bandit itu, kan? Pada waktu itu kau bahkan menyerang kami, mana mungkin sekarang kau tidak memiliki niat buruk," sergah Drata yang tak percaya pada ucapan Chandi.
Chandi menggeleng cepat. "Tidak, aku benar-benar tidak memiliki niat buruk." Chandi menoleh pada Pangeran Xiendra. "Pangeran, apakah kau ingat diriku? Oh ya, waktu itu wajahku penuh dengan tanah karena hampir jatuh. Mungkin jika aku membuka cadar, kau tidak akan mengingat wajahku."
Sring.
Drata mengangkat pedangnya. "Lihatlah, kau sedang mencari alasan, kan? Mana mungkin Pangeran Xiendra menyelematkan nyawa bandit nakal seperti dirimu."
Chandi kembali menoleh pada Drata. Tatapannya langsung menajam. Apa kata pria itu? Tidak mungkin? Apakah maksud pria itu ia tidak berhak diselamatkan oleh seorang pangeran?
Karena emosinya sudah terpancang, ia tak bisa diam lagi. Ia mengeluarkan dua pisau kecil dan langsung ia genggam di kedua tangannya.
Melihat dirinya hanya berbekal pisau kecil, Drata malah terkekeh. "Nona kecil, kau mau melawanku dengan pisau dapur itu? Kau tidak melihat pedang panjangku?" ucap Drata seperti sombong. Drata tidak tahu saja kemampuan dirinya.
Ia pun tersenyum saat pria itu meremehkan dirinya. Ya, terkadang ia suka saat diremehkan orang, akan tetapi kadang ia akan berapi-api. Beruntunglah hari ini ia sedang merasa senang untuk diremehkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora Gadungan Dan Pawangnya
Romance(Bukan reinkarnasi, time travel, ataupun beda dimensi, tapi dijamin seru. Jangan cuma baca episode 1, lanjut baca sampai 10 episode. Klau tidak seru, saya relakan Anda pergi) 'Amora Gadungan' itulah julukan yang diberikan Pangeran Xiendra pada seora...