Pangeran Xiendra baru selesai bekerja dan keluar dari ruang kerjanya pada siang hari. Chandi yang sejak tadi menunggu Pangeran Xiendra berkerja sudah merasa sakit pinggang. Tak hanya sakit pinggang, dia juga merasa bosan setengah mati. Sejak pembicaraan terakhir, Pangeran Xiendra enggan berbicara. Setiap kali ia berbicara, Pangeran Xiendra akan berkata 'aku sedang bekerja. Diamlah'.
Kini begitu menghirup udara segar, Chandi menghirup udara banyak sambil merentangkan tangan. Dia tersenyum karena merasa bebas. "Akhirnya bebas juga."
Pangeran Xiendra yang berjalan di depan melirik sebentar ke belakang. Ia tahu bahwa Chandi pasti merasa bosan. Jangankan Chandi yang hanya duduk diam, dan hanya sesekali menyiapkan tinta, ia yang disibukkan dengan pekerjaanpun merasa bosan juga.
"Kau boleh pergi jalan-jalan sebentar. Aku akan menemui Drata. Setelah itu datang lagi padaku," ucap Pangeran Xiendra tegas.
Chandi sedikit mempercepat langkahnya agar bisa sejajar dengan Pangeran Xiendra. "Benarkah Anda akan memiliki tujuh istri?"
Pangeran Xiendra menghela nafas. Lagi-lagi tujuh istri. "Sepuluh," ucap Pangeran Xiendra kesal.
Seketika langkah Chandi berhenti dan Chandi terkejut. Ia menutup mulutnya. "Apa? Banyak sekali, Pangeran?"
Pangeran Xiendra ikut berhenti.
"Apakah semua laki-laki ingin memiliki istri banyak?" tanya Chandi lebih pada dirinya sendiri.
Pangeran Xiendra berbalik kemudian melihat Chandi yang sedang terkejut dengan lebai.
"Kalau begitu hamba harus bertanya dulu pada Dalior apakah dia ingin memiliki istri banyak atau tidak. Kalau dia juga menginginkan istri lebih dari satu, hamba harus mencari siapa lagi?" Chandi melotot dengan tangan yang masih menutup mulutnya. "Tidak, tidak. Hamba harus memastikan ini."
Tanpa permisi Chandi berlari melewati Pangeran Xiendra. Sepertinya dia benar-benar ingin bertanya pada Dalior.
"Chandi kau-"
"Sampai jumpa Pangeran!" teriak Chandi saat sudah jauh.
Pangeran Xiendra menggeleng-gelengkan kepala. "Gadis yang satu itu benar-benar ...."
* * * *
Siang ini Dalior sedang beristirahat di bawah pohon besar, di taman kediaman tamu. Dia baru saja selesai mengukur dan menghitung ukuran tanah agar bisa disesuaikan dengan patung yang akan dia buat. Kini ia sedang berselonjor kaki sembari menikmati angin sepoi-sepoi.
"Dor!" Tiba-tiba Chandi muncul dari belakang, mengejutkan Dalior yang sebenarnya tidak terkejut.
"Chandi," sapa Dalior dengan senyum ramah dan manis.
Chandi langsung mengambil posisi di samping Dalior. "Sedang istirahat?" tanya Chandi.
"Hm." Dalior mengangguk.
"Aku boleh bertanya?" tanya Chandi yang berniat langsung menyampaikan pertanyaan yang tadi ia sebutkan di depan Pangeran Xiendra.
Tentu saja Dalior mengangguk dan lagi-lagi dengan senyum menawan.
"Kau ingin memiliki berapa istri?"
Pertanyaan Chandi sukses membuat Dalior mengedip kedipkan mata beberapa kali. Otaknya seperti tak berjalan karena terkejut atas pertanyaan Chandi. "Mengapa kau bertanya seperti itu?"
Chandi menghela nafas, memandang jauh ke depan dengan wajah cemberut. "Aku sudah mengundurkan diri dari kandidat calon istri Pangeran Xiendra. Pangeran Xiendra berniat memiliki 10 istri. Dari pada aku dimadu, lebih baik aku menjadi istrimu. Tapi aku berpikir apakah semua laki-laki memiliki keinginan yang sama? Oleh sebab itu aku harus memastikan terlebih dahulu."
Seketika Dalior tergelak, pemikiran Chandi sungguh lucu. "Tentu saja tidak. Aku cukup memiliki dirimu seorang. Jikapun aku ditawarkan seribu wanita, aku hanya ingin memiliki dirimu seorang."
Chandi langsung tersenyum senang. Dan tak disangka Chandi langsung memeluk Dalior. "Aaaa kata-katamu itu sungguh romantis sekali. Seumur hidupku belum pernah mendengar kata romantis seperti itu."
Tak membuang kesempatan, Dalior membalas pelukan Chandi dengan satu tangan. Inginnya memakai dua tangan, akan tetapi dia harus mempertahankan sikap coolnya juga.
Tanpa mereka sadari, dari kejauhan ada mata yang memperhatikan walaupun ditutupi oleh kain hitam. Tapi tak lama kemudian orang itu pergi meninggalkan tempat dia berdiri.
"Oh ya." Dalior melepaskan pelukannya. "Apakah kau tahu nanti malam ada acara penentuan tanggal pernikahan Pangeran Xiendra dengan Putri Yufari?"
Chandi terkejut, matanya melebar. "Apa?!"
Dalior tersenyum. "Katanya kau ingin menikah denganku, tapi masih memekik sekencang ini saat tahu Pangeran Xiendra dan Putri Yufari akan segera menentukan tanggal pernikahan."
Chandi malah cengengesan. "Mau bagaimanapun hatiku tetap masih ada Pangeran Xiendra. Tapi mengapa tiba-tiba menentukan tanggal pernikahan?"
"Kau tidak tahu? Katanya Raja Elton akan berkunjung. Hari ini akan sampai dan malamnya akan langsung menentukan sekaligus mengumumkan tanggal pernikahan," ucap Dalior memberitahu.
Wajah ceria Chandi langsung surut. Sorot matanya kosong, sempat terlihat kekecewaan di matanya.
Saat itulah Dalior mengusap kepala Chandi. "Aku tahu kau mencintainya walaupun tingkahmu terlihat seperti hanya mengagumi nya. Tapi Chandi, kau harus bisa melihat mana pria yang menyayangimu dan tidak."
Chandi tersenyum biasa. "Aku ingin tidur siang. Kau lanjutkan istirahatmu ya." Tanpa menunggu Dalior berbicara, Chandi langsung pergi dari tempat itu.
Sedangkan di tempat lain, Haikal, Zamon, Harlos, dan Ryuni tengah duduk berkumpul di dalam goa tempat tinggal Chandi. Siang ini Haikal tengah menyampaikan sesuatu yang penting pada anak buah Chandi.
"Tidak tahu mengapa, tapi aku rasa Chandi benar-benar menyukai Pangeran Xiendra. Kabar ini pasti membuat dia sedih," ucap Haikal. Kali ini dengan nada tenang padahal biasanya setiap kali datang ke goa, Haikal akan membawa kemarahan jika ada sesuatu yang tidak sesuai keinginan.
Zamon membungkuk. "Izinkan hamba untuk menemui Ketua, Tuan. Hamba tahu apa yang disukai oleh Ketua, hamba bisa menghiburnya. Dan hamba juga bisa menjadi teman curhatnya."
"Tidak, Tuan. Biar hamba saja. Sebagai sesama wanita, hamba bisa menjadi teman curhat yang baik. Ketua pasti lebih leluasa berbicara dengan hamba." Ryuni tiba-tiba ikut-ikutan ingin menemui Chandi.
Zamon menggeleng. "Jangan, Tuan. Anda tahu sendiri bahwa Ryuni itu cengeng. Yang ada nanti mereka menangis berjama'ah. Lagi pula walaupun mereka sama-sama wanita, tapi Ketua lebih suka berbagi cerita dengan hamba. Hamba-"
Haikal mengangkat satu tangan agar semuanya diam. Zamon dan Ryuni menantikan keputusan Haikal, sedangkan Harlos cuek saja karena dia menang pendiam.
"Aku memilih Zamon. Lagi pula diantara kalian semua Zamon lah yang paling handal dalam mengurus Chandi." Lalu Haikal menatap Zamon. "Aku akan mengantarmu sehingga kau bisa sampai di sama malam ini juga. Lagi pula akan sulit untuk dirimu bisa masuk ke dalam istana. Kaisar Ariga sudah sangat mengenalku, jadi dia pasti mengizinkan dirimu masuk jika aku yang memintanya."
Zamon membungkuk. "Baik, Tuan."
Haikal menunjuk Ryuni dan Harlos. "Kalian berdua, jaga tempat ini baik-baik."
Ryuni dan Harlos membungkuk. "Baik, Tuan."
Setelah itu Haikal langsung mengajak Zamon pergi. Dan setelah kepergian Haikal dan Zamon, Harlos menguap. "Hoaaam akhirnya aku bisa tidur siang dengan damai."
Ryuni menyelentik kening Harlos. "Enak saja. Kau harus mencari makan siang."
Harlos melotot. "Kau tidak sopan pada kakakmu ya."
"Biar. Wloo ...." Ryuni langsung pergi ke belakang goa. Di sana ada pohon apel, dia akan memetik beberapa apel di sana.
Hari ini satu episode dulu ya.
Oh ya, gimana ini, pernikahan Pangeran Xiendra dan Putri Yufari semakin dekat. Kita gak boleh diem aja dong 😭.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora Gadungan Dan Pawangnya
Romance(Bukan reinkarnasi, time travel, ataupun beda dimensi, tapi dijamin seru. Jangan cuma baca episode 1, lanjut baca sampai 10 episode. Klau tidak seru, saya relakan Anda pergi) 'Amora Gadungan' itulah julukan yang diberikan Pangeran Xiendra pada seora...