Asal-usul Drata

1.1K 153 14
                                    

15 tahun lalu. Kematian misterius di dua desa negeri Alrancus, yakni desa Gahari dan Fufuri semakin meningkat. Setiap harinya sekitar dua orang mati. Warga yang mati memiliki ciri yang sama. Mereka ditemukan tewas pada pagi hari dengan kondisi tubuh yang tercabik-cabik, seperti sehabis diterkam hewan buas. Akan tetapi tidak bisa dipercaya bahwa mereka diterkam hewan buas karena mereka tewas di kamar. Jika itu adalah ulah hewan buas, pasti akan ada tanda-tanda rumah dibobol.

Karena semakin meresahkan, Istana Alrancus pun mengerahkan ratusan prajurit untuk patroli dan memperketat penjagaan di dua desa tersebut. Akan tetapi hal serupa masih saja terjadi. Bahkan dalam waktu kurang dari dua minggu, lebih dari sepuluh prajurit yang bertugas menjadi korban. Kaisar yang menerima kabar tersebut menjadi resah.

"Kau boleh pergi," ucap Kaisar pada Erlanh, pengawal pribadi Kaisar yang baru saja menyampaikan berita duka itu.

Begitu Erlanh keluar, Kaisar dikagetkan dengan Pangeran Xiendra yang masuk ke dalam ruang kerjanya. Kaisar yang tadinya memasang wajah suram langsung tersenyum, memberikan ekspresi kasih sayang pada putranya.

"Biarkan aku yang pergi, Ayah," ucap Pangeran Xiendra tanpa basa-basi.

Tentu saja Kaisar Ariga terkejut. "Maksudmu untuk menangkap pelakunya?"

Pangeran Xiendra tidak menjawab, dia memang sangat dingin dan pendiam walaupun usianya masih 10 tahun.

Kaisar Ariga menggeleng. "Tidak, kau masih kecil. Walaupun kau memiliki kemampuan, akan tetapi misi ini tetap berbahaya untukmu."

"Lalu Ayah akan membiarkan korban semakin banyak?" ucap Pangeran Xiendra dengan nada datarnya.

Kini Kaisar Ariga bingung setengah mati. Jika dia menolak keinginan Pangeran Xiendra, misi ini memang tidak akan bisa selesai jika Pangeran Xiendra tidak turun tangan. Akan tetapi jika dia membiarkan Pangeran Xiendra pergi, ia bisa habis di tangan istrinya.

"Aku tahu Ayah takut ibu marah. Aku akan pergi secara diam-diam."

Pangeran Xiendra pun pergi pada malam itu juga tanpa ditemani oleh siapapun. Seharusnya Pangeran Xiendra ditemani oleh Erlanh. Akan tetapi Pangeran Xiendra memilih pergi sendiri karena jika ditemani oleh Erlanh mereka pasti membutuhkan waktu lima hari untuk tiba di desa tujuan. Lima hari membuang-buang waktu dalam perjalanan, maka setidaknya ada sepuluh nyawa yang melayang. Oleh sebab itu Pangeran Xiendra memiliki pergi sendiri menggunakan teleportasi sehingga bisa sampai dalam beberapa waktu saja.

Tujuan pertama adalah desa Gahari. Begitu sampai di desa Gahari, Pangeran Xiendra bersembunyi di atas pohon. Ia mengenakan jubah dan penutup kepala. Dari atas pohon itu Pangeran Xiendra menunggu pergerakan yang mencurigakan.

Hari semakin larut, para warga mulai menutup pintu dan jendela rapat-rapat. Mereka takut jika tidak menutup dengan benar, maka makhluk yang memburu nyawa itu bisa masuk ke dalam rumah mereka.

Dan setelah malam semakin sunyi, Pangeran Xiendra membuka penutup matanya. Mata merah semerah darah itu menyala-nyala. Memperhatikan sekitar dengan teliti. Pangeran Xiendra yang masih berusia 10 tahun tidak memiliki rasa takut sama sekali. Jangankan rasa takut, mengantuk pun tidak. Matanya terus bekerja dengan tajam. Tak seperti prajurit yang berpatroli. Mereka semua sudah menguap yang kesekian kalinya.

Sampai pada akhirnya, Pangeran Xiendra menajamkan indera pendengarannya. Ia mulai bisa merasakan ada aura negatif yang sangat kuat mulai mendekat. Pangeran Xiendra menoleh ke arah rumah kosong yang sudah lama tidak dihuni. Dalam penglihatan Pangeran Xiendra, rumah tersebut dipenuhi oleh asap hitam yang mengerikan.

Bukannya takut, sudut bibir Pangeran Xiendra malah membentuk sebuah senyuman. Dalam sekejap mata, Pangeran Xiendra sudah berpindah tempat. Kini Pangeran Xiendra sudah berada di halaman rumah tersebut.

"Keluarlah iblis jahat!" seru Pangeran Xiendra.

Tak disangka, baru selesai menyerukan kata-kata itu, sebuah serangan datang dan hampir saja mengenai dada Pangeran Xiendra kecil. Beruntung Pangeran Xiendra yang memiliki indera yang tajam sempat menghindar walaupun hampir terlambat.

"Roaar!" terdengar suara raungan yang menyerupai raungan harimau. Akan tetapi Pangeran Xiendra yakin suara itu bukanlah suara harimau, melainkan suara iblis hitam.

Mata Pangeran Xiendra melirik cepat ke belakang rumah. Terlihat bayangan hitam yang melesat pergi menjauh. Tanpa kenal takut, Pangeran Xiendra langsung mengejar sosok bayangan hitam yang melarikan diri itu.

Selagi mengejar, Pangeran Xiendra mengangkat satu tangan ke langit, muncullah sebuah panah merah dengan anak panah yang mengeluarkan cahaya merah. Dengan cepat Pangeran Xiendra melesatkan anak panah pada sosok itu tanpa perlu repot-repot membidiknya terlebih dahulu.

Bukan Pangeran Xiendra namanya jika anak panahnya meleset. Anak panah Pangeran Xiendra tepat mengenai punggung sosok itu hingga jatuh ke tanah.

Pangeran Xiendra berhenti tepat di dekat kepada sosok yang masih menelungkup di tanah, menahan rasa sakit di punggungnya. "Iblis sepertimu hanya akan berhenti ketika sudah mati."

Pangeran Xiendra sudah mengumpulkan semua kekuatannya pada telapak tangan. Hanya tinggal memukulkannya pada sosok hitam yang telah membunuh banyak warga. Akan tetapi sebelum benar-benar terjadi, sosok hitam itu tiba-tiba berubah menjadi sosok anak kecil yang sepantaran dengan dirinya.

Sosok itu berbalik menjadi telentang kemudian memohon. "Ampun. Tolong jangan bunuh aku. Aku hanya suruhan. Aku diperintahkan oleh tuanku untuk membawakan dua orang padanya. Setelah dia membunuh dan mengambil darahnya, aku mengembalikan korban ke tempat semula. Aku mohon."

Pangeran Xiendra mengurungkan niat membunuh anak laki-laki di bawah kakinya. Ia perhatikan dengan seksama, anak laki-laki ini memiliki luka dan memar di sekujur tubuhnya. Jika diperhatikan dengan baik-baik, sepertinya dari sekian banyak luka, sebagian besar adalah luka cambukan dari rantai panas. Dan tentu saja bukan rantai panas biasa. Rantai panas yang pastinya digunakan oleh para iblis hitam.

"Jika kau tidak menuruti perintah tuanmu, maka kau akan dicambuk?" tanya Pangeran Xiendra memastikan.

Anak itu mengangguk. Air mata mengaliri pipinya, tandanya anak ini benar-benar jujur dan ketakutan.

"Kalau begitu tunjukkan padaku siapa tuanmu dan kau akan aku selamatkan," ujar Pangeran Xiendra.

Drata menggeleng. "Jangan temui tuanku. Dia bukan tandingan kita. Bahkan kau yang seorang Phoenix merah pun tak akan bisa melawannya."

Kening Pangeran Xiendra mengerut samar. "Kau tahu aku Phoenix merah?" Walaupun anak laki-laki itu tidak menebak sepenuhnya, akan tetapi memang benar bahwa kekuatan Phoenix merah lebih mendominasi dirinya.

"Jelas sekali dengan tanda lahir burung Phoenix merah di keningmu," jawab anak lelaki itu. "Aku mendengar ramalan peramal hebat dari suku iblis hitam. Akan lahir seorang manusia istimewa dengan kekuatan hebat. Manusia itu didominasi oleh Phoenix merah. Dan ternyata kau lah orang itu. Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu."

Pangeran Xiendra kecil tak merespon apa-apa. Tak banyak yang ia ketahui soal iblis-iblis. Yang jelas iblis hitam adalah iblis jahat, yang dulunya raja mereka adalah musuh bebuyutan Kaisar Ariga dan Permaisuri Sharma.

Anak laki-laki itu bangkit walaupun hampir tak sanggup. "Namaku Drata. Dan kau siapa?"

Pangeran Xiendra diam sejenak sebelum akhirnya menjawab dengan jujur. "Aku Xiendra Arnold, Pangeran negeri Alrancus." Dan jawaban Pangeran Xiendra berhasil membuat Drata terkejut.

Sejak saat itu Drata mengabdi pada Pangeran Xiendra, dan Pangeran Xiendra pun membawa Drata tinggal di istana. Pangeran Xiendra melatih Drata untuk mengendalikan kekuatannya agar tidak dicurigai oleh warga istana. Akan tetapi sayangnya sangat sulit, apalagi ketika Drata sedang marah besar.

Saat Drata sedang marah, Drata sulit dikendalikan. Dia akan berubah seperti predator yang mengerikan. Oleh sebab itu mau tidak mau Pangeran Xiendra harus menyegel kekuatan Drata. Dan dengan suka rela Drata merelakan kekuatannya disegel demi keamanan nyawa orang disekitarnya.

Setelah disegel, Drata pun tak memiliki kemampuan apa-apa. Pangeran Xiendra harus mengajarkan Drata kemampuan bela diri dimulai dari hal yang paling dasar. Sejak saat itu Drata menjalani kehidupannya sebagai manusia normal hingga saat ini.

Ya, itulah asal-usul Drata. Hehehe segitu dulu ya hari ini.

Amora Gadungan Dan PawangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang