Pangeran Xiendra melirik pada Thanu, lalu tersenyum miring. "Thanu, kau pikir dia benar-benar membantumu?"
Thanu tak menjawab, dia tetap menghunuskan pedang di leher Chandi.
"Kau tahu, dia tidak peduli tentang Xianna yang mati, dan tidak peduli padamu. Dari yang aku simpulkan dari ceritanya, dia hanya membutuhkan Chandi. Dia hanya memperalat dirimu untuk menghantarkan sihir pada Chandi."
Thanu menggeleng. "Tidak. Hanya dia yang-"
Ucapan Thanu tidak diteruskan karena ia, Pangeran Xiendra dan Chandi menoleh pada satu arah yang sama.
Kebakaran. Hutan di sebelah kanan tiba-tiba terbakar. Api itu merembet dengan cepat. Api terus maju ke segala arah.
Sret. Secepat kilat Dalior berpindah tempat menjadi di samping Thanu. Dengan gerakan cepat Dalior mendorong Thanu hingga terjatuh tak sadarkan diri, lalu mengambil alih Chandi dengan menggantikan Thanu yang menghunuskan pedang.
Dalior tertawa. "Yang dikatakan oleh Xiendra benar, Thanu. Kau tetaplah makhluk yang bodoh. Sejak awal kau ditakdirkan untuk diperalat. Oleh sebab itu, lebih baik kau mati di sini bersama Xiendra dan Xianna agar takdir burukmu segera berakhir."
Pangeran Xiendra mengepalkan tangan. Dalior membakar alam mimpi agar hancur lebur. Jika alam mimpi ini terbakar dan sukma mereka masih berada di dalamnya, maka mereka akan mati. Dan sialnya ia belum tahu cara keluar dari alam mimpi ini.
Sring. Rantai yang mengikat Chandi terlepas, akan tetapi Chandi sudah lemas karena rantai yang mengikatnya bukanlah rantai biasa. Rantai itu menyerap kekuatan Chandi. Butuh waktu lama agar Chandi bisa memulihkan tenaganya kembali.
"Chandi, ucapkan selamat tinggal pada calon suamimu itu. Dia akan mati bersama adik tersayangnya," ucap Dalior sambil menunjuk Pangeran Xiendra.
Chandi menggeleng. "Dalior, tolong lepaskan mereka. Aku rela menjadi persembahan ritual, tapi aku mohon keluarkan Pangeran Xiendra dan Putri Xianna dari sini."
Dalior tertawa lagi. "Begitu besar cintamu padanya, Chandi. Tapi apakah dia begitu mencintaimu? Aku lebih mencintaimu, Chandi."
"Jika kau mencintai Chandi tak mungkin kau melukainya!" Pangeran Xiendra kehilangan kesabarannya saat Dalior membahas soal cinta. Hatinya terasa sangat panas.
Dalior menatap remeh pada Pangeran Xiendra. "Benar. Cintaku tak sebesar ambisiku. Lalu kau mau apa? Menyerangku?" Dalior tertawa. "Sekali kau bergerak, maka leher Chandi akan aku tebas."
"Kau-"
Bruk!
Saat Pangeran Xiendra sedang berbicara, tiba-tiba seseorang terlempar dan jatuh tepat di tengah-tengah antara Pangeran Xiendra dan Dalior. Mata Chandi langsung terbelalak lebar begitu sosok yang terlempar itu berdiri dan menghadap pada nya.
"Zamon?"
Namun sosok Zamon berbeda dengan Zamon yang Chandi kenal. Mata Zamon berubah menjadi hitam semua, wajahnya pucat, ekspresinya datar, dan tatapan matanya kosong.
Begitu mata Zamon bersitatap dengan mata Chandi, sosok Zamon tiba-tiba melesat ke arah Chandi dan masuk menjadi satu dalam tubuh Chandi.
"Chandi!" Pangeran Xiendra dan Dalior terkejut bersamaan.
Sedangkan dalam alam nyata, Kaisar Ariga menjadi khawatir dua kali lipat. Sejak tadi ia bolak-balik dari istana Pangeran ke rumah pengobatan, ataupun sebaliknya. Sampai kini kondisi Putri Xianna belum membaik. Kaisar Ariga pun tak tahu apa yang terjadi pada Pangeran Xiendra dan Chandi yang tak kunjung membuka mata.
Tak hanya Kaisar Ariga, kini Raja Elton dan Permaisuri Hera juga sangat mengkhawatirkan kondisi Chandi. Dalam kondisi tak sadar, Chandi tampak kesakitan. Kini mereka menunggu Chandi di dalam kamar Chandi. Mereka tak bisa berbuat apa-apa selain menunggu Pangeran Xiendra dan Chandi membuka mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora Gadungan Dan Pawangnya
Romance(Bukan reinkarnasi, time travel, ataupun beda dimensi, tapi dijamin seru. Jangan cuma baca episode 1, lanjut baca sampai 10 episode. Klau tidak seru, saya relakan Anda pergi) 'Amora Gadungan' itulah julukan yang diberikan Pangeran Xiendra pada seora...