Adu Mulut

1.1K 180 18
                                    

Setelah 2 jam di dalam hutan rimba, akhirnya mereka sampai di rute seharusnya, yakni jalan yang akan menuju pada pedesaan. Nantinya mereka akan terus melewati desa demi desa sehingga nanti sampai di kota Balaqi.

Begitu sampai di jalan yang cukup terbuka, Kaisar Ariga berhenti dan berbalik. Baru akan berbicara, Kaisar Ariga lebih dulu terkejut melihat apa yang ada di depannya. Pangeran Xiendra memeluk Chandi yang sedang tertidur?

"Xiendra, kau ...."

"Ini terpaksa, Ayah. Jangan berpikir yang berlebihan. Aku sudah melarangnya tidur tapi sepertinya dia sudah mengantuk berat," potong Pangeran Xiendra yang sudah tahu apa yang sedang dipikirkan oleh ayahnya.

Kaisar Ariga percaya dengan ucapan Pangeran Xiendra. Akan tetapi memikirkan bagaimana sikap Pangeran Xiendra pada wanita, seharusnya Pangeran Xiendra bisa menyerahkan Chandi pada Drata. Walaupun Drata tidak mau dan Chandi tidak mau, Pangeran Xiendra pasti akan memaksa keduanya.

Tapi lihat apa yang terjadi? Pangeran Xiendra memilih pegal karena memeluk dan menahan badan serta kepala Chandi agar aman. Oh tidak! Atau mungkin agar Chandi merasa nyaman?

"Baiklah, kurang lebih setengah jam lagi kita akan sampai di desa Sisian. Kita akan mencari penginapan ataupun menginap di rumah warga yang berbaik hati menerima kita." Kaisar Ariga kembali melanjutkan perjalanan. Soal inap menginap sudah pasti mereka tidak akan kebingungan. Semua warga pasti akan membuka pintu rumah mereka dengan lebar untuk seorang Kaisar dan Pangeran.

* * * *

Pangeran Xiendra, Chandi, Kaisar Ariga, dan Drata tiba di istana Alrancus pada siang ini. Semua dibuat geger karena Pangeran Xiendra dan Chandi berada di atas kuda yang sama. Memang berita tentang Pangeran Xiendra mencari Chandi yang hilang telah menyebar, akan tetapi mereka tidak menyangka bahwa Pangeran Xiendra mau membawa Chandi di kuda yang sama.

"Istirahatlah." Pangeran Xiendra berbicara pada Chandi yang baru turun dari kuda.

Chandi langsung tersenyum lebar. Ia tidak menyangka Pangeran Xiendra akan sangat perhatian. "Terima-"

"Sebelum nantinya kau akan mendapatkan hukuman," lanjut Pangeran Xiendra yang ternyata tadi kalimatnya belum selesai.

Mata Chandi melotot. "Hukuman? Kenapa?"

"Karena telah menyarankan Putri Xianna pergi ke gunung yang berbahaya itu dan membahayakan dirimu sendiri," jawab Pangeran Xiendra sambil menyerahkan tali kuda pada salah seorang prajurit. Nantinya kuda itu akan dikembalikan.

Setelah itu Pangeran Xiendra berjalan meninggalkan halaman istana menuju istana Pangeran. Di belakang Pangeran Xiendra, Chandi membuntuti. "Ini tidak adil, Pangeran. Hamba ...."

"Istirahat atau langsung mendapatkan hukuman?"

Chandi langsung kabur. "Ya ya ya, hamba istirahat." Chandi berlari kecil mendahului Pangeran Xiendra. Dia menuju kediaman tamu karena ia ingat kini kamarnya di sana.

* * * *

Keesokan harinya, di pagi hari yang cerah, di tepi danau teratai Chandi sedang membersihkan danau teratai menggunakan saringan sampah. Chandi dihukum oleh Pangeran Xiendra membersihkan daun kering yang masuk ke dalam danau teratai.

Kini Chandi mengikat ujung gaunnya di pinggang kemudian menyerok semua sampah sambil menggerutu sendiri. Siapa yang tidak akan menggerutu jika pagi-pagi sudah diperintahkan untuk membersihkan kolan teratai yang luasnya bukan semeter dua meter.

Sepertinya Pangeran Xiendra mulai terinspirasi oleh ayahnya. Akan tetapi hukuman yang diberikan oleh Pangeran Xiendra berbeda dengan Kaisar Ariga. Dulu Kaisar sering menghukum Permaisuri Sharma dengan berdiri satu kaki di dalam istana Kaisar. Kini Pangeran Xiendra menghukum Chandi mengisi kolam mandi dan kali ini membersihkan danau teratai. Pangeran Xiendra berpikir harus memberikan hukuman yang akan menghasilkan manfaat.

Amora Gadungan Dan PawangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang