Pangeran Xiendra menarik Chandi berdiri lalu membawa Chandi ke belakangnya. Kini ia tatap mata Zamon lurus. "Dia milikku, calon istriku."
Zamon berdua tegak, membungkuk hormat sekilas lalu kembali berdiri tegak seolah menantang. "Pangeran tidak rela aku merebutnya karena Anda pikir dia adalah milik Anda. 'milik' yang mana itu seperti benda sehingga tidak ingin ada orang lain mengganggu. Tapi apakah dihati Pangeran ada rasa cinta untuknya?"
"Aku tidak tahu rasa cinta itu seperti apa. Yang jelas aku tak mau kehilangan Chandi, tak akan membiarkan siapapun menyakitinya, dan akan selalu ada untuknya, mendampingi, dan akan selalu membuat dia bahagia."
Chandi mendongak, menatap Pangeran Xiendra dari belakang. Itu namanya cinta! Ya Tuhan, makhluk apa yang ada di depanku ini sehingga dia tidak mengerti perasaannya sendiri.
Zamon menatap Pangeran Xiendra lama, tak tahu apa yang sekarang sedang dipikirkan oleh Zamon saat ini. Tak lama kemudian Zamon tersenyum tipis dan menatap Chandi. "Sekarang hamba percayakan Ketua pada Anda, Pangeran."
"Eh?" Chandi bingung. Tadi Zamon yang mengotot mengatakan cinta, lalu mengapa sekarang berkata pasrah seperti ini.
Zamon masih menatap Chandi. "Dia mencintai Anda, Ketua. Hamba sengaja melakukan ini. Hamba ingin melihat reaksi Pangeran sehingga hamba tahu apakah Pangeran mencintai Anda atau tidak. Sudah tahu begini, hamba tenang melepaskan Anda untuk Pangeran Xiendra."
Pangeran Xiendra mengerutkan kening.
Zamon menghela nafas panjang. "Hamba akan kembali ke gunung hutan hitam bersama Ryuni dan Harlos. Kami akan melanjutkan hidup tenang di sana."
Chandi langsung menggeleng. Ia keluar dari balik tubuh Pangeran Xiendra. "Tidak. Kau berkata apa? Kalian tidak boleh meninggalkan aku. Kalian adalah sahabatku."
Tangan Pangeran Xiendra menahan tangan Chandi yang ingin lebih dekat dengan Zamon. Kini Pangeran Xiendra merasa hatinya terbakar jika Chandi dekat-dekat dengan Zamon setelah tahu niat Zamon pada Chandi.
Chandi menoleh kebelakang. "Lepaskan, Pangeran."
Pangeran Xiendra tak menjawab maupun melepaskan. Genggamannya semakin kuat saat Chandi mencoba menarik tangan.
"Ketua, kita tak berpisah selamanya. Kita masih bisa bertemu. Anda tidak kehilangan kami." Zamon tersenyum walaupun tampak sekali bahwa Zamon sedang dalam hati yang terluka.
"Tapi mengapa?" Chandi masih tak terima sahabat-sahabatnya akan pergi.
Zamon melirik Pangeran Xiendra. "Ada misi yang harus kami lakukan. Ini sangat penting."
Pangeran Xiendra menyipitkan mata saat Zamon menatapnya tadi. Mengapa saat mengatakan 'ada misi' Zamon melirik kearahnya?
"Misi ini diberikan oleh tuan besar Haikal. Kami tidak bisa menolak dan ini memang tanggung jawab kami. Mohon Ketua mengerti kami."
Bibir Chandi langsung melengkung ke bawah. "Kalau begitu peluk dulu."
"Tidak." Pangeran Xiendra langsung menarik Chandi ke sisinya. "Kata Zamon aku mencintaimu. Jadi aku cemberu dan tak akan membiarkan siapapun menyentuh wanita yang aku cintai."
Alis Chandi mengerut. "Mengapa harus 'kata Zamon'?"
Pangeran Xiendra menatap Chandi lekat-lekat. "Karena aku tak tahu apa itu cinta. Jadi jika menurut kalian aku jatuh cinta padamu, itu berarti aku jatuh cinta."
Chandi menepuk keningnya. Bisa-bisanya ....
* * * *
Sejak kepergian ketiga anak buahnya, Chandi sedikit murung. Tapi untuk Raja Elton dan yang lain, murungnya Chandi ada untungnya. Kehebohan Chandi bisa sedikit mereda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora Gadungan Dan Pawangnya
Romance(Bukan reinkarnasi, time travel, ataupun beda dimensi, tapi dijamin seru. Jangan cuma baca episode 1, lanjut baca sampai 10 episode. Klau tidak seru, saya relakan Anda pergi) 'Amora Gadungan' itulah julukan yang diberikan Pangeran Xiendra pada seora...