Pagi Pertama

1.4K 164 0
                                    

Di sana, dari gerbang istana iblis hitam berjalan pria berjubah putih yang memiliki rambut putih pula. Setiap langkah ia buat menciptakan es sehingga api disekitarnya padam, tak membakar ujung jubahnya bahkan seujung rambut pun. (Jadi inget elsa Frozen gak sih🤭🤣)

"Arean." Pangeran Xiendra masih ingat anak Azoch yang bernama Arean, penunggu gunung Yun yang bersalju.

Haikal menoleh pada Pangeran Xiendra. "Siapa dia dan mengapa kau bisa mengenalnya?"

"Dia adalah penunggu gunung Yun. Dia adalah putra tuan Azoch sekaligus murid tersembunyi peramal Ramon," ucap Drata mencuri jawaban.

Arean sampai di depan Pangeran Xiendra. Arean tersenyum. "Sepertinya aku hampir tidak tepat waktu."

* * * *

Kemenangan di raih oleh pasukan Alrancus yang dipimpin oleh Pangeran Giler, Azoch dan Ader. Kerajaan Rahanus berhasil ditaklukkan dan Raja Mortan ditahan. Pengadilan untuk menetapkan hukuman untuk Raja Mortan akan diadakan esok hari, di istana Alrancus.

Setelah menempuh perjalanan cukup lama, akhirnya rombongan Alrancus pun telah sampai di istana. Melihat Pangeran Xiendra dan yang lainnya pulang dengan selamat, Kaisar Ariga merasa lega. Namun saat menyambut Pangeran Xiendra, Kaisar Ariga bertanya-tanya di mana Chandi.

"Di mana Chandi?" tanya Kaisar Ariga.

Pangeran Xiendra malah terkejut. "Loh, bukankah dia tidak jadi diculik. Apakah dia tidak ada di istana?"

"Lebih baik kita periksa terlebih dahulu, Pangeran," ucap Drata menyarankan.

Pangeran Xiendra mengangguk dan langsung pergi bersama Drata, disusul dengan yang lain. Hanya Arean dan Azoch yang tidak ikut memeriksa. Azoch malah menghampiri Arean dan mengajak berkeliling.

"Kau datang tepat waktu, terima kasih," ucap Azoch sambil menatap putra sulungnya.

Arean tersenyum. "Semuanya berkat ayah. Seandainya ayah tidak mengirim surat itu, aku mana mungkin tahu Pangeran Xiendra dalam bahaya."

Azoch menepuk bahu putranya. "Kau sangat baik, tulus, dan tak memiliki ambisi. Berbeda dengan diriku dahulu saat muda. Aku banyak membuat kesalahan, penuh dendam dan ambisi."

"Namun ayah telah berubah dan menebus semuanya. Ayah berkorban banyak, menjaga Kaisar dan Permaisuri Sharma dalam diam, lalu mengorbankan kekuatan Pheonix merah yang paling ayah andalkan," ucap Arean tersenyum bangga pada ayahnya.

Azoch terkekeh. "Kau tahu dari mana?" Azoch tetap bertanya walaupun tahu pasti peramal Ramon yang memberitahu.

"Tentu saja kakek Ramon," jawab Arean sambil tertawa pula.

"Dia memang tidak bisa menjaga rahasia," ucap Azoch sambil mengajak Arean berkeliling lagi.

Sedangkan di istana Pangeran, Pangeran Xiendra dan yang lainnya tiba di depan pintu kamar Pangeran Xiendra. Tanpa mengetuk pintu, Pangeran Xiendra membuka pintu kamarnya.

"Chan ... di ...."

Berbeda dari dugaan, Chandi sedang tertidur pulas di atas tempat tidur. Sepertinya tidurnya nyenyak sekali hingga posisi kepala ada di kaki, dan posisi kaki ada di kepala. Belum lagi kaki yang mengangkang lebar, selimut yang sudah acak-acakan, serta sedikit ileran di pipinya.

Pangeran Xiendra memejamkan mata. Antara lega, senang melihat Chandi baik-baik saja dan kesal, semua menjadi satu. Ia kesal karena sepertinya Chandi tak tahu bahwa tadi malam ia telah berjuang mati-matian membasmi kerajaan iblis, sedangkan yang diperjuangkan enak-enakan tidur pulas semalaman.

"Dia baik-baik saja, kan?" tanya Permaisuri Hera yang berdiri di belakang Pangeran Xiendra. Tak ada satupun orang yang berani memasuki kamar Pangeran Xiendra.

Amora Gadungan Dan PawangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang