Zamon Tak Seberapa

1.2K 172 19
                                    

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Chandi bangun. Karena Chandi terbangun, satu persatu yang lain pun ikut terbangun. Zamon dan Harlos langsung bergegas mencari hewan buruan, sedangkan Chandi dan Ryuni membuat api untuk memasak hasil buruan Zamon dan Harlos. Mereka membuat api di tepi sungai kecil yang mengalir tak jauh dari goa.

Sedangkan Pangeran Xiendra, Putri Xianna, Drata dan Putri Yufari duduk santai di atas, di atas batu di bawah pohon rindang. Tempat duduk itu biasanya menjadi tempat duduk Chandi bila nongkrong di tepi sungai.

Di saat yang lain asik dengan kegiatan masing-masing, Putri Yufari malah sibuk memijat diri sendiri. Mulai dari memijat kaki, lengan, hingga bahu. Melihat Putri Yufari tampak tak sehat, Putri Xianna pun bertanya. "Ada apa, Putri?"

Putri Yufari menoleh lalu tersenyum. "Tidak apa-apa, hanya saja tubuh hamba terasa sangat pegal dan nyeri. Mungkin karena hamba tidak terbiasa jalan terlalu jauh. Apalagi perjalanan kita bukan sekedar berjalan jauh."

Di tepi sungai, Chandi mendengarkan Putri Yufari sambil terus berusaha membuat api. Mata dan tangannya mengerjakan apa yang ia kerjakan, sedangkan telinga bekerja untuk menguping.

"Tempat ini memang nyaman jika kita hanya mengambil sudut pandang keindahannya, tapi sungguh tidak nyaman untuk ditinggali. Jalannya sangat terjal, belum lagi hamba harus tidur di kasur keras itu. Hamba tidak terbiasa," ucap Putri Yufari mengeluh.

"Kalau begitu Anda boleh pulang lebih dulu. Hamba dengan senang hati akan mengantarkan Anda keluar dari tempat tinggal hamba," celetuk Chandi masih fokus pada pekerjaannya. Bahkan sekarang gadis itu meniup percikan api yang mulai menyala.

Putri Yufari menghela nafas. Seandainya tidak ada Pangeran Xiendra, ia pasti sudah mencekik Chandi yang selalu berbicara sarkas padanya. Alhasil ia hanya bisa menahan emosi dan menyembunyikan rasa kesalnya di balik wajahnya yang lembut.

"Chandi, ayahmu tidak pulang. Kemana dia?" tanya Pangeran Xiendra tiba-tiba, tidak menghiraukan keluhan Putri Yufari dan mengabaikan ucapan Chandi.

Chandi baru menoleh dan sedikit mendongak saat Pangeran Xiendra yang berbicara padanya. "Ayah memang tidak pernah pulang pada malam hari. Saat malam datang, ayah akan membuatkan api unggun, setelah itu dia akan pergi. Biasanya ayah pulang menjelang siang."

Alis Pangeran Xiendra berkerut. "Jadi dia tidur di mana?" Sebenarnya Pangeran Xiendra hanya ingin mengorek informasi tentang ayahnya Chandi, bukan peduli pria itu tidur di mana.

Chandi menggeleng sembari mengerutkan dagu. "Hamba pun tidak tahu. Yang hamba tahu setiap malam dia pergi ke tempat dia membuka obat."

Ryuni mengangguk. "Sejak dulu Tuan Besar memang tidak pernah tidur di goa. Bahkan sebelum kami datang, dan ketika Ketua masih sangat kecil, Ketua selalu ditinggal setiap malam."

Putri Xianna langsung terbelalak kaget. "Di goa sepi itu? Apakah kau tidak takut?"

Chandi terkekeh dan menggeleng. "Tidak. Awalnya memang takut, akan tetapi ayah selalu berkata 'Chandi tidak perlu takut, goa ini dijaga oleh peri baik yang sangat cantik. Dia akan menjaga Chandi yang sangat sangat cantik ini'."

"Apakah kau pernah mengalami hal-hal mistis?" tanya Putri Xianna penasaran. Masa iya di gunung yang terkenal horor dan menyeramkan ini tak pernah sekalipun Chandi diganggu makhluk halus. Jangankan gunung hutan hitam, gunung yang biasa dijadikan tempat mendakipun memiliki banyak cerita mistis.

Chandi berpikir sejenak kemudian mengangguk. "Apakah Putri ingin mendengar cerita mistis?"

Putri Xianna mengangguk semangat. Berbeda dengan Putri Xianna, Putri Yufari terlihat takut dan memepetkan diri pada Putri Xianna.

Amora Gadungan Dan PawangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang