Ada Liam

1.4K 188 12
                                    

(Penting⚠️ harus dibaca) Sebenarnya ini udah diumumkan dipapan pengumuman, tapi kayaknya masih banyak yang belum baca. Sebenarnya cerita ini setiap Sabtu dan Minggu libur. Tapi untuk minggu ini akan tetap sely up karena belum banyak yang tahu. Alasan sely ambil libur Sabtu dan Minggu adalah untuk menyegarkan pikiran, supaya ide tetep lancar untuk menghindari Writer's Block. Mohon maaf dan atas perhatian, semangat dan cintanya, terima kasih banyak ❤️❤️

Kegemparan terjadi di istana Alrancus. Pengumuman tentang pengawal pribadi untuk Putri Xianna telah diumumkan oleh Pangeran Xiendra. Pangeran Xiendra mengumumkan Chandi akan menjadi pengawal pribadi Putri Xianna sekaligus memantau kesehatan Putri Xianna.

Orang-orang mulai bertanya siapa itu Chandi dan dari mana asalnya. Akan tetapi dengan tegas Pangeran Xiendra memberikan peringatan pada semua orang untuk tidak menggali informasi apapun lagi tentang Chandi. Jika orang itu melakukannya, maka akan mendapatkan hukuman dari Pangeran Xiendra.

Tak hanya mendapatkan jaminan perlindungan identitas, Chandi juga mendapatkan kamar di dalam istana Pangeran. Tepatnya kamar Chandi terletak di sebelah kamar Putri Xianna, berhadapan dengan kamar Pangeran Xiendra, dekat dengan dapur. Dengan demikian, Chandi merasa sangat senang. Dia pikir dia bisa bertemu dengan Pangeran Xiendra setiap saat.

Beberapa pelayan baru saja keluar dari kamar Chandi setelah selesai merapikan serta membawa perabotan baru untuk Chandi. Saat melewati Chandi yang berdiri di depan pintu, mereka melirik pada Chandi.

"Aku semakin penasaran, siapa sebenarnya gadis yang selalu memakai jubah hitam ini?" bisik salah satu pelayan sambil berjalan menjauh. Tak hanya identitas Chandi yang dipertanyakan, namun Chandi yang tak lepas dari jubah hitam menimbulkan rasa penasaran yang lebih.

"Hm, aku juga. Dia tiba-tiba ada di istana dan langsung menjadi pengawal pribadi Putri Xianna. Dia kan perempuan, memangnya sanggup melindungi Putri Xianna?"

Walaupun Chandi merasa geram karena digosipkan, akan tetapi sebisa mungkin ia menahan emosi. Pangeran Xiendra telah memperingatkan agar jangan membuat keributan di istana Pangeran. Pangeran itu sangat tidak menyukai kebisingan.

Huh, hari ini akan aku ingat wajah kalian. Akan ku tunjukkan kemampuanku di depan mata kalian sampai keluar dua bola mata kalian.

"Chandi."

Tak asing lagi dengan suara itu, Chandi menoleh kemudian tersenyum lebar. Pangeran Xiendra berdiri tak jauh dari dirinya dan sedang memandangnya. Mengapa ia yakin padahal mata Pangeran Xiendra ditutup? Ia pun tak tahu, akan tetapi ia seperti jelas melihat mata Pangeran Xiendra. "Ada apa Pangeranku?"

Para pelayan yang belum pergi jauh langsung menoleh. Mata mereka membelalak lebar mendengar panggilan Chandi untuk Pangeran mereka. Dan anehnya lagi Pangeran Xiendra terlihat tidak protes.

Tiba-tiba Pangeran Xiendra menoleh pada mereka. "Apa yang kalian lihat?"

Mereka langsung menunduk, membungkuk memberi hormat sebelum pergi.

Setelah para pelayan pergi, Pangeran Xiendra melangkah beberapa langkah. "Jangan berpikir untuk membuat kerusuhan."

Chandi menggulirkan matanya kesana-kemari, seolah sedang berpikir karena tidak mengerti arah pembicaraan pangeran. "Hmm, hamba tidak berpikir untuk merusuh," jawab Chandi tanpa dosa.

"Jangan pikir aku tidak tahu apa yang tadi kau pikirkan. Matamu tak bisa berbohong."

Alis Chandi terangkat. Dia langsung berjalan mendekati Pangeran Xiendra. Tak hanya mendekatkan wajah, Chandi juga melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Pangeran Xiendra. "Mengapa Anda bisa melihat mata hamba? Bukankah Anda buta?"

Pangeran Xiendra hanya berdecak dan menyingkirkan tangan Chandi yang mengganggu. "Ingat, malam nanti kau harus berjaga." Pangeran Xiendra sengaja mengalihkan topik pembicaraan.

Chandi mengangguk paham. "Siap, Pangeranku."

Pangeran Xiendra menatap tajam pada Chandi. "Hentikan panggilan menjijikan itu." Kemudian Pangeran Xiendra pergi meninggalkan Chandi yang cengar-cengir sendiri.

* * * *

Malam harinya, Chandi tengah makan malam dengan lahap di dapur istana. Mengapa ia bisa berada di dapur istana? Jawabannya adalah dia sudah lapar sebelum jam makan malam tiba. Makanan belum diantar ke istana Pangeran. Chandi yang sudah sangat lapar langsung berlari ke dapur istana dan mengambil beberapa makanan yang bisa ia makan.

Beberapa pelayan memperhatikan Chandi dengan tatapan tidak suka. Mereka menganggap Chandi tidak tahu sopan santun. Bisa-bisanya gadis itu memaksa makan duluan dan mengambil banyak makanan. Di tambah lagi dengan cara makannya yang sama sekali tidak anggun. Chandi mengangkat satu kaki ke atas kursi, lalu makan dengan lahap, nyaris tidak menjeda suapan. Jika bukan karena Chandi adalah pengawal pribadi Putri Xianna, mungkin mereka sudah menendang Chandi keluar.

"Eeeeu ...." Chandi bersendawa keras. Hal itu membuat semua orang di dapur menoleh padanya. Bukannya malu, Chandi malah menyengir. "Hehe, maaf."

Selesai makan Chandi langsung bergegas pergi. Sambil berjalan keluar dari dapur ia mengusap perutnya yang tampak sedikit membuncit. Bagaimana tidak buncit, ia makan dua porsi prajurit yang baru pulang perang. Akibat perutnya yang buncit dan terasa berat, ia tidak bisa berjalan cepat. Ia berjalan seperti wanita hamil tua.

Chandi terus berjalan menuju istana Pangeran. Tiba-tiba ia berhenti melangkah saat merasakan ada yang tidak beres di sekitar tempatnya berdiri. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, mencoba mencari apa yang menurutnya aneh.

Ia melihat ke sekitar, akan tetapi ia tidak melihat ada seorang prajurit pun. "Kemana semua prajurit yang tadi berjaga?"

Akhirnya ia mengurungkan niatnya yang akan pulang ke istana Pangeran. Lebih dulu ia mencari keanehan yang terjadi. Pertama-tama ia harus memeriksa di sekitar benteng pagar. Biasanya akan banyak penjaga di sana.

Namun betapa terkejutnya ia setelah melihat para prajurit bergelimpangan dimana-mana. Buru-buru Chandi menghampiri salah satu prajurit dan memeriksa denyut nadinya.

"Masih hidup."

Kemudian Chandi menelisik tubuh prajurit itu. "Tidak ada yang terluka."

Tapi kemudian ia melihat seperti ada bedak warna hijau yang menempel di kumis prajurit itu. Ia ambil sisa serbuk tersebut kemudian ia rasakan teksturnya dengan menggesekan ibu jari dan jari telunjuknya.

"Sepertinya ini yang menyebabkan semua prajurit pingsan."

Karena penasaran, ia mencium bau serbuk itu dengan cara menghirupnya. Ia ingin memeriksa jenis serbuk apa yang membuat prajurit tak sadarkan diri. Akan tetapi tiba-tiba ia menjauhkan jarinya dari hidung. "Kalau aku hirup, yang ada aku pingsan juga. Bodoh."

Walaupun tak jadi menghirup, ia sempat mencium sedikit bau dari serbuk itu. Mungkin untuk orang yang tidak ahli dalam ramuan, mereka tidak akan mencium bau apa-apa. Tapi ini adalah Chandi, tentu saja ia bisa mengenali bau itu.

"Bau ini sepertinya tidak asing." Chandi berpikir keras, masih dalam posisi jongkok.

Tak lama kemudian matanya membulat, antara terkejut juga berbinar. "Liam!" Chandi langsung berdiri. Menoleh ke sana kemari guna menemukan sosok yang ia cari. Senyum mengembang di wajahnya yang cantik. Ada tatapan rindu di sana.

"Liam! Aku tahu kau ada di sini. Tunjukkan dirimu! Liam!" Chandi menyerukan nama Liam dengan suara cemprengnya. Ia yakin orang yang ia cari dapat mendengar panggilannya. Jika tidak mendengar, berarti orang itu benar-benar dalam masalah pendengaran yang serius.

Chandi mulai berjalan ke sana-kemari, mencari-cari sosok yang dipanggil Liam. Ia mendongak untuk melihat ke pepohonan, barang kali Liam ada di atas sana.

"Liam!" Chandi berteriak lagi. "Li-hmp!"

Chandi dibekap dari belakang oleh seorang pria tampan yang poninya menutupi kening. Pria itu menatap pada mata Chandi yang melotot terkejut. "Syut, nanti Pangeran Xiendra bisa mendengar suara bututmu itu."

Dia adalah Liam, orang yang dicari oleh Chandi.

Sampai jumpa lagi besok ya

Amora Gadungan Dan PawangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang