"Pangeran?" Chandi terkejut. Ya, Pangeran Xiendra lah yang datang tepat waktu dan memberi pelajaran pada perampok tadi. Chandi langsung tersenyum, ia merasa diselamatkan lagi.
"Tak ada waktu untuk mengagumiku, menyingkirlah." Di akhir kalimat Pangeran Xiendra menggerakkan tangannya hingga dua orang yang memegang tangan Chandi jatuh kebelakang. Hal aneh itu tidak begitu kentara karena Pangeran Xiendra terlihat memukul dua orang itu secara nyata.
Pangeran Xiendra mulai bertarung melawan enam orang yang masih belum terluka. Sedangkan empat orang lagi berusaha untuk bangkit kembali.
Di balik kereta kuda, Putri Yufari yang tadinya hendak kabur mengurungkan niatnya. Ia tersenyum melihat Pangeran Xiendra datang. Ia pikir Pangeran Xiendra datang untuk menyelamatkan dirinya.
"Pangeran Xiendra," ucapnya sambil menatap kagum pada Pangeran Xiendra.
Berbeda dengan Putri Yufari yang memiliki waktu hanya untuk percaya diri dan mengagumi Pangeran Xiendra, Chandi kembali melawan empat orang yang berhasil bangkit. Tak membutuhkan waktu lama, Pangeran Xiendra berhasil mengalahkan enam orang perampok itu. Bagi Pangeran Xiendra, melawan enam orang sangatlah mudah. Yang membuatnya tak mudah adalah harus mengawasi Chandi yang melawan empat orang. Entah mengapa ia mengkhawatirkan gadis itu.
Tapi sepertinya Pangeran Xiendra cukup meremehkan kemampuan Chandi. Tak lama setelah Pangeran Xiendra selesai, Chandi juga berhasil melumpuhkan empat orang lainnya. Selesai membereskan perampok itu, Chandi membersihkan tangannya sambil tersenyum pada Pangeran Xiendra.
"Bagaimana Pangeran? Hamba hebat, bukan?" tanya Chandi dengan bangga.
Pangeran Xiendra tak menjawab, ia malah memperhatikan luka disudut bibir Chandi. Tak hanya sekedar luka, di sekitar luka itu terlihat memar.
Baru saja Chandi akan menghampiri Pangeran Xiendra yang berdiri tak jauh darinya, Chandi teringat sesuatu.
'Lalu kau siapa untuk Pangeran Xiendra? Kau masih bertahan disisi Pangeran Xiendra karena Pangeran Xiendra hanya penasaran pada identitasmu. Seandainya tidak, kau pasti sudah berakhir dipenjara atau ditendang keluar dari istana. Asal-usulmu tidak jelas, banyak hal aneh pada dirimu.'
'Jangankan mendapatkan hati Pangeran Xiendra, bahkan Pangeran Xiendra sekarang curiga bahwa kau adalah suruhan Raja Iblis. Jika sampai itu benar, dia pasti akan langsung membunuhmu dengan tangannya sendiri.'
Ia baru teringat lagi bahwa saat ini ia sedang melarikan diri. Susah payah ia keluar dari istana Alrancus untuk melarikan diri dari Pangeran Xiendra. Sekarang pria yang ia hindari sedang berdiri menghadangnya. Bukan kah seharusnya ia kabur?
Ia pun menyengir. "Hehehe ...."
Melihat Chandi nyengir tak jelas, alis Pangeran Xiendra berkerut. Beberapa detik kemudian Pangeran Xiendra mengerti. Ia melihat kaki Chandi sedang bersiap-siap. Sebelah sudut bibir Pangeran Xiendra terangkat samar, sangat samar sehingga tidak ada yang tahu bahwa Pangeran Xiendra sedang tersenyum miring.
"Pangeran!" Putri Yufari menghampiri dan memanggil Pangeran Xiendra, akan tetapi Pangeran Xiendra tak berbalik sedikitpun.
Putri Yufari menunduk malu sambil tersenyum. "Terima kasih sudah menyelematkan saya."
Chandi tertawa dalam hati. Baguslah jika Putri Yufari mengajak Pangeran Xiendra berbicara. Itu artinya ia bisa kabur saat Pangeran Xiendra sedang lengah.
Di saat mereka sedang dalam rencana masing-masing, yakni Chandi dengan rencana kaburnya, Pangeran Xiendra dengan rencana menangkap Chandi saat gadis itu akan lari, dan Putri Yufari yang akan berpura-pura terluka untuk menarik perhatian Pangeran Xiendra, di saat itulah salah seorang perampok yang membawa golok bangkit secara diam-diam. Perampok itu menargetkan Putri Yufari.
Dalam hitungan ketiga, pria itu menarik Putri Yufari kemudian menahan leher Putri Yufari dengan goloknya.
"Akh!"
Mendengar jeritan, Pangeran Xiendra berbalik. Dilihatnya Putri Yufari sedang dalam bahaya.
"Kalian jangan bergerak!" teriak perampok itu.
Putri Yufari kembali menangis. Ia menatap Pangeran Xiendra dengan tatapan yang lemah. "Pangeran Xiendra, tolong saya."
Tap tap tap.
Pangeran Xiendra menoleh cepat ke tempat Chandi berdiri tadi. Dilihatnya Chandi melarikan diri. Seharusnya ini adalah pilihan tersulit untuk Pangeran Xiendra. Menyelamatkan Putri Yufari yang telah ia kenal sejak kecil, atau mengejar Chandi yang akan kabur dan menghilang dari dirinya.
Akan tetapi ternyata situasi ini sama sekali tidak membuat Pangeran Xiendra bimbang. Dengan mantap Pangeran Xiendra berlari mengejar Chandi yang hampir hilang dari pandangan.
Putri Yufari melotot tak percaya. "Pangeran!"
Perampok yang menyandera Putri Yufari tertawa. "Wah, ternyata dia Pangeran Xiendra. Tapi mengapa dia malah mengejar gadis sialan itu? Sepertinya dia tidak peduli padamu sama sekali. Jadi, apakah kau mau bermain bersamaku?"
"Dari pada bermain lebih baik kalian mati." Tiba-tiba Drata muncul. Ternyata sejak tadi Pangeran Xiendra datang bersama Drata, akan tetapi Drata hanya berdiam diri, menunggu saat yang tepat untuk melakukan tugasnya.
* * * *
Walaupun Chandi sudah berlari secepat yang ia bisa, pada akhirnya tetap saja Pangeran Xiendra bisa menangkapnya. Pangeran Xiendra mencekal tangan Chandi kemudian membalikkan gadis itu untuk menghadap padanya. Ditatapnya gadis bermata bulat itu dengan tatapan dingin dan tajam. "Ingin lari kemana?"
Chandi berkedip berulang kali. Ia tak menyangka Pangeran Xiendra akan mengejarnya. Lalu bagaimana dengan Putri Yufari? Chandi berusaha menarik tangannya dari cekalan Pangeran Xiendra, akan tetapi ia kalah tenaga. "Lebih baik, Anda selamatkan Putri Yufari."
Pangeran Xiendra tak menjawab dan tetap menahan tangan Chandi.
"Anda jangan keras kepala, Pangeran. Nyawa gadis itu lebih penting dari pada hamba," ucap Chandi masih berusaha melepaskan diri.
"Ada Drata yang mengurusnya." Pangeran Xiendra membalik badan Chandi kemudian menekuk tangan Chandi di belakang punggung. "Kau harus menjelaskan banyak hal."
Chandi menggeleng. "Tidak ada yang harus hamba jelaskan. Anda mengingkari janji. Anda hanya ingin tahu identitas hamba. Jika hamba tidak membuat Anda penasaran, walaupun hamba memberikan mawar hitam untuk Anda, Anda akan tetap memenjarakan hamba atau bahkan membunuh hamba. Pangeran apaan Anda ini?"
Pangeran Xiendra diam tak menjawab. Dia memang tidak bisa menyangkal bahwa yang Chandi katakan adalah kesalah pahaman. Dia benar-benar memiliki niat seperti itu. Akan tetapi entah mengapa ia tidak bisa membiarkan Chandi mengetahui fakta itu. Ia tidak tega membuat Chandi kecewa.
"Lepaskan hamba," pinta Chandi sambil kembali memberontak.
Pangeran Xiendra tak akan membiarkan Chandi pergi. Ia harus memastikan bahwa rasa curiganya adalah sebuah kesalahan. Ia berharap Chandi bukanlah anak buah Raja Iblis.
"Lepaskan!" Chandi akhirnya membentak.
Bukannya marah karena baru saja dibentak, Pangeran Xiendra malah mempererat kunciannya dan membawa Chandi untuk lebih merapat padanya.
Setelah Chandi tidak bisa berkutik, Pangeran Xiendra membuka penutup matanya menggunakan satu tangan. Begitu penutup mata terlepas, Chandi langsung melongo.
Hehe suprise! Hari ini up 2 episode. Gimana? Mau lanjut gak? Lanjutlah masa enggak ye kan. Tapi tunggu besok. Hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora Gadungan Dan Pawangnya
Romansa(Bukan reinkarnasi, time travel, ataupun beda dimensi, tapi dijamin seru. Jangan cuma baca episode 1, lanjut baca sampai 10 episode. Klau tidak seru, saya relakan Anda pergi) 'Amora Gadungan' itulah julukan yang diberikan Pangeran Xiendra pada seora...