Kisah Sebenarnya

1K 163 10
                                    

"Namaku Dalior."

Chandi mengedip kedipkan matanya menatap Dalior yang tersenyum manis. Jika dilihat dari wajah tampan dan senyum manisnya, sepertinya Dalior orang baik. Jika benar begitu, ia merasa sangat lega.

"Namamu siapa, Nona? Mungkin aku bisa membantumu mencari keluargamu," ucap Dalior dengan ramah.

Ragu-ragu Chandi membalas senyuman Dalior. "Namaku Chandi."

"Nama keluarga?" tanya Dalior.

Chandi menggeleng. "Aku tidak memiliki nama keluarga di belakang namaku. Ayahku tidak memberikannya."

Dalior mengangguk paham. Setelahnya, karena Chandi terlihat tidak lagi takut, Dalior mengambil satu kursi kemudi duduk di samping ranjang. Tangan Dalior mengambil mangkuk kemudian memberikannya pada Chandi. "Makanlah dulu. Ini sup lobak, mungkin bisa menghangatkan tubuhmu."

Chandi tidak langsung mengambil mangkuk yang disodorkan oleh Dalior, ia menatap lekat pada mangkuk itu.
Tiba-tiba Dalior terkekeh. "Tidak ada racun yang kumasukkan, hanya bumbu yang wajar. Apakah kau tidak percaya padaku?"

Dalior menghela nafas. "Baiklah jika kau tidak percaya padaku, tapi pasti kau percaya pada Liam, kan?"

Seketika itu Chandi langsung menatap lurus pada Dalior. "Kau kenal Liam?"

Dalior mengangguk. "Sangat. Aku adalah kakaknya, kakak angkatnya."

Chandi menutup mulutnya yang menganga karena terkejut dengan telapak tangan. Ia pandangi Dalior cukup lama sebelum akhirnya berbicara. "Kau adalah Lior yang pernah diceritakan oleh Liam?"

Lagi-lagi Dalior mengangguk. "Benar sekali." Dalior tertawa kecil. "Jangan terkejut begitu. Tadi saja aku sangat terkejut saat kau menyebutkan namamu, tapi aku tidak menunjukkan wajah terkejutku, kan?"

Chandi langsung tersenyum lebar, tersenyum lebar seperti tersenyum kepada orang yang sudah sangat akrab. Begitulah Chandi, mudah merasa akrab.

Dalior kembali menyodori Chandi mangkuk berisi sup lobak. "Makanlah. Setelah itu minum teh hangat ini. Aku akan keluar sebentar untuk mencarikan pakaian ganti untukmu."

Chandi mengangguk dan mengambil mangkuk sup lobak seraya tersenyum lebar. "Terima kasih."

Sedangkan di tempat lain, Haikal dan Kaisar Ariga baru tiba di gunung hutan hitam. Tadi saat di gubuk Peramal Ramon, tiba-tiba Haikal terkejut dan langsung mengatakan bahwa Chandi sedang dalam bahaya. Kaisar Ariga bingung sekaligus heran bagaimana dan dari mana Haikal menyimpulkan Chandi dalam bahaya secara tiba-tiba. Walaupun demikian, Kaisar Ariga langsung mengikuti Haikal menuju gunung hutan hitam.

Setibanya di gunung hutan hitam, Haikal dan Kaisar langsung menuju goa markas Chandi. Sesampainya di goa, mereka melihat Pangeran Xiendra, Drata, dan Zamon sedang mengelilingi api unggun buatan Haikal. Terlihat Zamon memegang sekuntum mawar merah.  Haikal langsung menghampiri Zamon.

"Apa yang terjadi? Kemana ketua kalian?" Haikal tampak sudah sangat panik, khawatir, dan marah.

Sedangkan Pangeran Xiendra tercengang melihat ayahnya datang bersamaan dengan Haikal. Pangeran Xiendra langsung datang menghampiri Kaisar Ariga. "Ayah, mengapa Ayah bisa bersama dengan Raja Iblis ini?"

Kaisar Ariga menepuk pundak Pangeran Xiendra. "Akan ayah ceritakan nanti. Sekarang ceritakan pada ayah apa yang terjadi."

Pangeran Xiendra pun menceritakan kejadian di sungai pagi menjelang siang tadi.

Selesai mendengar cerita Pangeran Xiendra, Haikal tiba-tiba memecahkan batu di dalam goa menggunakan kepalan tangan kosong. "Iblis naga biru sialan!"

"Iblis naga biru? Berarti benar apa yang dikatakan Zamon." Pangeran Xiendra menatap Haikal.

Haikal menghela nafas untuk meredam emosinya. "Benar. Iblis Naga Biru adalah penunggu sungai suci tempat hamba disegel. Dia pula yang membuka segel hamba. Akan tetapi bukan sengaja dia membuka segel hamba. Segel hamba terbuka karena Iblis Naga Biru menyerap semua kekuatan yang ada di sungai suci untuk memanggil jiwa Amora yang seharusnya terlahir 500 tahun yang akan datang."

"Apa? Iblis Naga Biru yang memanggil jiwa Amora yang seharusnya terlahir 500 tahun yang akan datang?" Kaisar Ariga terkejut. Sedangkan Pangeran Xiendra lebih ke berpikir keras ketimbang terkejut. Ia mencoba memahami apa yang tidak terlalu ia pahami. Ia tidak begitu mengerti tentang sejarah-sejarah kisah masa lalu tentang Amora dan juga kisah ayahnya.

"Mengapa dia memanggil jiwa Amora? Dan jika memang begitu, bagaimana bisa Chandi menjadi anakmu?" tanya Pangeran Xiendra penasaran.

"Hamba pun tidak tahu betul tentang itu. Yang jelas itulah yang dikatakan oleh Iblis Naga Biru saat hamba terlepas. Dan Sebenarnya Chandi bukanlah anak kandung hamba." Terlihat raut wajah sedih Haikal. Sepertinya dia menyesali tentang fakta ini. Dia terlihat ingin menjadi ayah kandung Chandi.

"19 tahun lalu ...."

Haikal menarik nafas dalam-dalam seraya melihat ke sekeliling pinggiran sungai. Setelah satu tahun bertapa untuk memulihkan sedikit kekuatannya, akhirnya ia selesai dan merasa lebih baik. Tersegel dengan tubuh monster selama 6 tahun membuat seluruh tubuhnya sakit bukan main.

Tak hanya sakit, ia pun kehilangan setengah kekuatannya. Kini ia tidak bisa kembali ke wujud monsternya, ia hanya memiliki tubuh manusia, yakni tubuh Haikal.

Setelah menyegarkan badan, ia memutuskan untuk mencari tempat tinggal. Iblis Naga Biru mengatakan bahwa ia harus jauh-jauh dari sungai suci karena kekuatan sungai suci akan menyedot ilmu hitamnya sedikit demi sedikit.

Akan tetapi saat melewati suatu tempat, ia melihat dua iblis naga biru sedang bertarung dalam bentuk naga. Kekuatan mereka bukan main, bahkan tanah disekitar ikut bergetar.

"Siapa naga biru yang itu?" Ia mengenali iblis naga biru yang memiliki titik hitam di ujung matanya. Naga biru itu adalah naga biru yang satu bulan lalu membawanya naik ke permukaan air saat ia kesulitan keluar dari sungai karena tubuhnya yang lemas. Akan tetapi ia tidak tahu siapa naga biru yang satunya lagi.

"Mungkin bertarung karena urusan pribadi. Lebih baik aku tidak perlu ikut campur."

Ia pun kembali meneruskan perjalanannya. Begitu sudah berjalan beberapa meter, langkah kakinya berhenti. Ia berhenti karena terkejut melihat mayat seorang pria berjubah hitam yang menghalangi jalan. Tapi yang lebih mengejutkan lagi adalah, di dekat jasad pria itu, ada bayi yang menangis nyaring. Bayi itu berusia sekitar dua bulan. Karena penasaran, ia pun menghampiri bayi tersebut.

Dan ia malah bertambah terkejut melihat bayi yang ada di dalam bedongan itu. "Ma-ma-matanya ... biru .... Bagaimana mungkin? Apakah dia benar-"

"Haikal!"

Ia menoleh karena mendengar seseorang memanggil. Suara itu berasal dari sungai. Saat ia lihat, naga biru yang menyelamatkan dirinya telah berubah menjadi manusia.

Jika Iblis telah berubah kembali ke dalam wujud manusia saat pertarungan, itu berarti dia sudah sangat lemah. Terbukti iblis naga biru itu pun sudah muntah darah dalam cengkraman kuku iblis naga biru yang masih dalam wujud naga.

"Bawa Amora pergi! Jangan sampai iblis naga biru ini menemukannya dan membawanya! Ku mohon! Lindungi dia! Bawa dia pergi, Haikal! Cepat! Akh!" Iblis naga biru itu mengerang kesakitan saat cengkraman naga biru musuhnya semakin kuat.

Haikal bingung dengan situasi, otaknya hampir tak bisa mencerna. Akan tetapi saat melihat naga biru yang kemungkinan adalah iblis yang ingin mencelakai Amora yang baru lahir menyemburkan api biru ke arahnya dan bayi Amora, ia langsung membawa bayi Amora ke dalam gendongannya, lalu ia menahan serangan dengan jubah hitam yang ia kenakan.

Beruntungnya serangan berhasil ditahan walaupun ia harus terlempar beberapa meter bersama dengan bayi Amora dalam pelukan. "Uhukh!"

Cepat-cepat ia memeriksa kondisi bayi Amora, beruntungnya bayi itu baik-baik saja. "Tak ada pilihan."

Ia pun melarikan diri bersama bayi Amora. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, akan tetapi ia harus menyelamatkan bayi Amora dari kejaran iblis naga biru itu dulu.

Eits, masih ada terusannya dungs. Bagi yang nunggu masa-masa romantis dan lucu antara Pangeran Xiendra dan Chandi, tenang, sebentar lagi ada kok. Sabar ye. Sebentar ... Lagi.

Amora Gadungan Dan PawangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang