Dua hari kemudian, setelah menyiapkan semua perlengkapan dan sesuatu yang akan dibutuhkan, rombongan kereta kuda yang dipimpin oleh Pangeran Xiendra berangkat menuju gunung hutan hitam pagi ini. Rombongan Pangeran Xiendra di kawal juga oleh beberapa prajurit.
Kereta kuda yang berangkat ada tiga. Kereta kuda pertama diisi oleh Putri Xianna dan satu pelayannya. Kereta kedua di isi oleh Putri Yufari dan pelayannya. Ya, Putri Yufari pun memaksa ingin ikut dan itu sungguh membuat Chandi kesal.
Terakhir, kereta ketiga diisi oleh Chandi. Sedangkan Pangeran Xiendra dan Drata menunggang kuda. Pangeran Xiendra memimpin di depan, Drata mengawal dari belakang.
Setelah sepuluh hari menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai di kaki gunung hutan hitam. Semuanya turun dari kereta kuda karena kereta kuda tidak akan bisa naik sampai ke puncak.
Chandi menghela nafas kemudian tersenyum memandang gunung hutan hitam tempat tinggalnya. "Baiklah, para prajurit dan pelayan bisa membuat tenda di sini. Sementara kita akan naik ke atas."
Mendengar ucapan Chandi, Putri Yufari berkedip tak percaya. "Mendaki gunung tanpa pengawalan prajurit dan membawa pelayan?"
Chandi menoleh. "Hm. Memangnya kenapa? Putri tidak sanggup? Atau takut? Jika begitu Anda bisa pulang lagi."
Putri Yufari sedikit ragu. "Aku banyak mendengar cerita bahwa gunung hutan hitam ini sangat menyeramkan. Gunung hutan hitam ini dijaga oleh makhluk bermata hitam dan juga gadis misterius yang juga menyeramkan."
Mendengar kata 'menyeramkan' Chandi langsung melotot. Bisa-bisanya orang-orang menggosipkan dirinya menyeramkan. Wajah cantik yang melewati garis katulistiwa ini dibilang seram? Sepertinya mata orang-orang yang pernah mendekati gunung hutan hitam sedang bermasalah.
"Jadi Anda mengatakan bahwa hamba adalah gadis menyeramkan?" tanya Chandi dengan nada sarkastik.
Putri Yufari berkedip beberapa kali, kemudian menoleh pada Pangeran Xiendra yang sejak tadi tak berbicara. Putri Yufari ingin meminta penjelasan dari Pangeran Xiendra.
"Hm. Chandi berasal dari sini. Dia tinggal di sini dan dia lah penunggu gunung hutan hitam," jelas Pangeran Xiendra.
Mendengar itu, Putri Yufari langsung mundur beberapa langkah dari Chandi. Melihat Putri Yufari tampak takut, Chandi malah tertawa terbahak-bahak. "Kenapa? Takut? Tau takut masih ingin ikut."
Percakapan mereka pun diakhiri karena Putri Xianna sudah tidak sabar ingin mendaki gunung hutan hitam. Dan sesuai arahan Chandi, para prajurit dan pelayan yang ikut membuat tenda di kaki gunung. Sedangkan Chandi, Pangeran Xiendra, Putri Xianna, Drata, dan Putri Yufari naik ke atas hanya berbekal air minum dan beberapa buah saja.
Yang memimpin jalan adalah Chandi, Pangeran Xiendra mengikuti Chandi sambil terus mengawasi Putri Xianna. Sedangkan Drata dan Putri Yufari berada di belakang. Sebenarnya Drata ingin berjalan di depan juga, akan tetapi tak mungkin ia meninggal Putri Yufari yang berjalan lambat.
Seharusnya aku setuju dengan Chandi yang melarang Putri Yufari ikut. Keluh Drata dalam hati.
Semakin naik ke atas hutan semakin lebat, jalan pun semakin terjal. Suhu disekitar menjadi semakin dingin dan kabut mulai menghambat pandangan mata. Semakin masuk semakin banyak terdengar suara hewan-hewan hutan. Putri Xianna mulai takut dan memepetkan diri pada Pangeran Xiendra.
Pangeran Xiendra yang sadar Putri Xianna takut langsung menggenggam tangan Putri Xianna, menoleh lalu memberikan senyuman.
Dari belakang, melihat Putri Xianna diperlakukan manis oleh Pangeran Xiendra, Putri Yufari langsung mempercepat langkahnya. Ia mengambil tempat di sisi kiri Pangeran Xiendra, ia juga memepetkan diri. "Hamba takut, Pangeran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora Gadungan Dan Pawangnya
Storie d'amore(Bukan reinkarnasi, time travel, ataupun beda dimensi, tapi dijamin seru. Jangan cuma baca episode 1, lanjut baca sampai 10 episode. Klau tidak seru, saya relakan Anda pergi) 'Amora Gadungan' itulah julukan yang diberikan Pangeran Xiendra pada seora...