Tabib masuk ke dalam kamar dan terkejut melihat Pangeran Xiendra sedang tidur dalam posisi duduk. Kepala Pangeran Xiendra bersandar pada pinggiran ranjang. Sepertinya Pangeran Xiendra ketiduran saat menunggu dan mengawasi kondisi Chandi.
Melihat situasi seperti ini, tabib istana jadi bingung harus berbuat apa. Apa harus membangunkan Pangeran Xiendra yang sedang terlelap? Sepertinya itu bukan hal yang baik.
"Mengapa Pangeran Xiendra tidur dalam posisi seperti ini," bisik pria paruh baya yang merupakan asisten tabib istana.
Ternyata bisikan asisten tabib istana itu telah mengusik Pangeran Xiendra. Pangeran Xiendra pun terbangun dan langsung duduk. Tabib istana dan asistennya langsung membungkuk hormat.
"Hormat kami, Pangeran Xiendra."
Pangeran Xiendra berdiri, menatap tabib istana kemudian menatap Chandi yang masih belum terbangun. "Laksanakan tugas kalian. Aku akan berganti pakaian lebih dulu." Kemudian Pangeran Xiendra pergi keluar kamar.
Begitu di luar kamar, ternyata Putri Yufari tengah berbicara dengan Drata. Sepertinya Putri Yufari memaksa masuk. Begitu melihat dirinya, Putri Yufari tersenyum manis.
"Pangeran Xiendra."
Pangeran Xiendra menatap Drata kemudian menatap Putri Yufari. "Ada apa?" tanya Pangeran Xiendra pada Putri Yufari.
"Pangeran, hamba hanya ingin melihat kondisi pengawal pribadi Anda, tapi Drata menghalangi," adu Putri Yufari. Mungkin dia berharap Pangeran Xiendra akan menegur Drata, akan tetapi ia salah.
"Lalu mengapa kau masih di sini? Dia menjalankan apa yang aku perintahkan," ucap Pangeran Xiendra dengan dingin.
Putri Yufari sempat tak berkedip, cukup terkejut dengan tanggapan Pangeran Xiendra tentang pengaduannya. "Tapi ...."
Pangeran Xiendra berlalu. "Drata, tidak ada seorangpun yang boleh masuk selain aku dan tabib istana," tegas Pangeran Xiendra.
Putri Yufari mengikuti Pangeran Xiendra dari belakang. Saat itulah ia menyadari bahwa pakaian Pangeran terkena banyak darah. Ia pun memanfaatkan hal ini untuk mengajak Pangeran Xiendra yang dingin berbicara. "Apakah pengawal pribadi Anda terluka sangat parah? Darahnya sampai mengotori pakaian Anda. Dan mengapa dia bisa terluka? Siapa pengawal pribadi Anda itu? Mengapa hamba tidak pernah tahu sebelumnya."
Pangeran Xiendra terus berjalan, tidak menanggapi ataupun marah karena diikuti terus menerus. Pangeran Xiendra keluar dari istana Pangeran, sepertinya Pangeran Xiendra ingin ke suatu tempat untuk berganti pakaian. Tak mungkin dia berpakaian di kamarnya sedangkan ada tabib dan Chandi yang tak sadarkan diri. Ya walaupun Chandi tak sadarkan diri, akan tetapi tetap saja rasanya tak mungkin.
"Pangeran-"
Pangeran Xiendra berhenti sehingga Putri Yufari langsung mengerem mendadak (untung remnya pakem). Pangeran Xiendra berbalik. "Aku akan berganti pakaian. Sebaiknya kau melakukan kegiatan lain. Aku sedang tidak ingin diganggu." Kemudian Pangeran Xiendra melanjutkan perjalanannya menuju istana Kaisar. Mungkin dia akan ke kamar kosong di kediaman ayahnya.
* * * *
Malam harinya, setelah pengobatan Chandi, Pangeran Xiendra datang lagi ke kamar. Tabib mengatakan bahwa kondisi Chandi aneh namun tentunya kabar baik. Luka dalam dan juga luka-luka Chandi membaik sangat cepat. Demamnya pun sudah turun. Mendengar kabar itu, Pangeran Xiendra sangat lega. Kini tinggal menunggu Chandi siuman saja.
Pangeran Xiendra menarik kursi, ia duduk si samping Chandi. Ia buka penutup matanya kemudian ia pandangi lagi wajah Chandi yang sudah tidak sepucat kemarin. "Iblis hitam itu pasti yang menyerangmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora Gadungan Dan Pawangnya
Romance(Bukan reinkarnasi, time travel, ataupun beda dimensi, tapi dijamin seru. Jangan cuma baca episode 1, lanjut baca sampai 10 episode. Klau tidak seru, saya relakan Anda pergi) 'Amora Gadungan' itulah julukan yang diberikan Pangeran Xiendra pada seora...