Pangeran Xiendra sedang duduk di depan meja kerja, di seberangnya duduk seorang pria berbaju hitam, yang tak lain adalah Drata. Di tangannya ada sebuah kertas laporan kesehatan Putri Xianna dalam kurun waktu sebulan ini. Jika dianalisis, semakin hari kesehatan Putri Xianna semakin menurun.
"Mau tidak mau Putri Xianna harus minum rendaman air mawar hitam itu, Pangeran," ucap Drata menebak apa yang sedang dipikirkan oleh Pangeran Xiendra.
Pangeran Xiendra tak langsung berbicara, alisnya mengerut samar. Tak lama setelahnya terlihat Pangeran Xiendra menghela nafas. "Aku yakin obat rendaman air mawar hitam itu tidak sesederhana yang kita pikirkan."
Drata mengangguk membenarkan. Petunjuk yang didapatkan dari petapa di pinggir sungai suci itu pasti tidak semudah yang dikatakan. Penyakit Putri Xianna sangat aneh. Gadis itu terlihat sehat, namun sehari sekali akan kambuh. Putri Xianna akan muntah darah pada malam hari. "Hamba pikir begitu, Pangeran. Akan tetapi kita tidak bisa mencari petapa itu lagi. Dia sudah menghilang."
Pangeran Xiendra meletakkan kertas yang ia pegang kemudian membuka penutup matanya. Setelah penutup mata dilepas, terlihatlah manik semerah darah yang begitu mematikan. Drata langsung menunduk, takut untuk melihat mata aneh itu.
"Bagaimana dengan keempat bandit yang mengaku merawat mawar hitam itu?" tanya Pangeran Xiendra.
Alis Drata mengerut. Inginnya ia menatap mata Pangeran Xiendra untuk menunjukkan bahwa ia bingung. Akan tetapi ia tahu bahwa menatap mata tajam semerah darah itu pasti akan menyakiti matanya.
"Apa maksud Anda, Pangeran?"
Pangeran Xiendra menatap ke luar jendela. "Aku merasa salah satu dari mereka memiliki sesuatu yang tersembunyi."
"Apakah maksud Anda orang yang kita duga sebagai ketua dari mereka?" tanya Drata.
Pangeran Xiendra mengangguk. "Aku merasa ada sesuatu, tapi aku tidak bisa mengetahui apa itu. Ada sesuatu yang menutupi sehingga indera keenamku tak bisa menembusnya."
Drata langsung gelagapan. "Pa-Pangeran, hamba tahu Anda memiliki mata spesial yang bisa menembus penutup mata Anda. Akan tetapi menembus penutup seorang gadis, bukankah itu hal yang tidak baik dan kurang ajar."
Tak!
"Aw!" Drata mengusap keningnya. Padahal Pangeran Xiendra tak memukul kepalanya secara langsung, tapi yakinlah ia merasa Pangeran Xiendra memukul keningnya dengan keras.
"Aku akan melelehkan otakmu, Drata," ancam Pangeran Xiendra tajam.
Drata menunduk. "Ma-maaf Pangeran."
Karena hari sudah sangat larut, Pangeran Xiendra memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Pangeran Xiendra pun mengajak Drata untuk pergi. Tak lupa Drata mengunci pintu ruang kerja Pangeran Xiendra. Setelah itu mereka meninggalkan paviliun kerja.
Kini Pangeran Xiendra dan Drata berjalan menuju halaman belakang. Di sanalah letak istana Pangeran. Istana Pangeran memang sengaja dibangun di halaman belakang karena tempatnya damai dan tidak banyak orang yang berlalu lalang.
Istana Pangeran dibangun sesuai keinginan Pangeran Xiendra. Pangeran Xiendra tak suka keributan, kebisingan, atau bertemu banyak orang, oleh sebab itu Pangeran Xiendra memilih halaman belakang yang asri dan tenang.
Namun di tengah jalan, Pangeran Xiendra menghentikan langkahnya. Drata yang mengikuti pun ikut berhenti. Ia menoleh ke sana kemari untuk mencari tahu apa yang membuat Pangeran Xiendra berhenti.
"Ada apa, Pangeran?" tanya Drata.
Pangeran Xiendra menoleh ke kanan dan ke kiri. Sampai akhirnya Pangeran Xiendra menujukan pandangannya pada benteng istana. "Periksa ke atas!" perintah Pangeran Xiendra dengan suara rendah dan dalam.
Drata membungkuk dan langsung bergegas. Tak butuh waktu lama, Drata kembali dengan wajah panik. "Semua prajurit pingsan, Pangeran. Hamba akan melaporkan ini pada Yang Mulia."
Namun saat melewati Pangeran Xiendra, tangan Pangeran Xiendra menahan dada Drata. "Jangan ganggu Yang Mulia jika tidak ingin lehermu ditebas."
Drata langsung meneguk ludah. Ia sudah mengerti sekarang. Huuu siapa yang akan berani mengganggu Kaisar dan Permaisurinya? Bahkan jika istana Alrancus kebakaran pun, tidak akan ada orang yang berani mengganggu.
"Jadi apa yang harus kita lakukan?" tanya Drata bingung. Seluruh prajurit yang berjaga dibenteng belakang istana telah pingsan, pasti penyusup sudah berada di dalam istana.
Pangeran Xiendra menurunkan tangannya yang tadi menahan Drata. "Dia hanya mencari mawar hitam."
Drata tampak terkejut. Bagaimana Pangeran Xiendra bisa menebak hal itu? Apakah Pangeran Xiendra ini peramal?
"Dia menggunakan cara yang sama seperti saat dia melarikan diri di hutan waktu itu," ucap Pangeran Xiendra seolah-olah menjawab pertanyaan yang melintas dipikiran Drata.
Di lain tempat, Chandi yang mengenakan bercadar hitam sedang bersembunyi di antara pilar gedung dan semak belukar. Ia sedang sibuk menggelung rambutnya kembali. Rambutnya yang panjang kembali tergerai saat ia berlari untuk bersembunyi.
Merepotkan, lain kali aku botaki saja rambut ini.
Tap tap tap
Chandi menoleh ke belakang saat mendengar suara langkah kaki. Matanya membulat melihat dua pria tampan tengah berjalan seperti mencari sesuatu. Dan yang paling mengejutkan, seorang pria dengan penutup mata hitam. Ia yakin sekali pria itulah yang waktu itu menyelematkan dirinya saat hampir jatuh dari tebing.
Woaaah, penyelematku ada di sini.
Chandi menatap penuh kagum dari tempatnya bersembunyi. Ia belum tahu bahwa pangeran penyelematnya adalah Pangeran Xiendra, orang yang telah mengambil mawar hitamnya. Pada kejadian di gunung hutan hitam itu, dia hanya fokus pada Drata dan para prajurit. Apalagi waktu itu posisi Drata menghalangi pandangan Chandi pada Pangeran Xiendra.
Tapi ... mengapa pangeran penyelamatku ada di sini dan bersama dengan pria itu? Apakah dia salah satu orang kepercayaan Pangeran Xiendra?
Chandi mulai bertanya-tanya dalam hati. Walaupun sekarang ia ingin melompat pada pangeran penyelamatnya dan memeluknya, akan tetapi akal sehatnya masih sedikit berjalan. Jika ia melakukan itu, maka ia akan ketahuan menyusup ke dalam istana.
Kini Pangeran Xiendra dan Drata semakin dekat dengan tempat persembunyian Chandi. Sepertinya Pangeran Xiendra akan melewati tempat itu.
Celaka! Bagaimana ini? Aku tidak khawatir dengan pria buta itu, dia pasti tidak melihatku, tapi pria berbaju hitam itu pasti bisa melihat.
Yang membuat ia merasa lebih sial adalah rambutnya yang belum selesai digelung. Bagaimana ia bisa berkelahi dengan rambutnya yang tergerai panjang? Bagaimana jika nanti saat ia menghindari serangan, musuh malah menjambak rambutnya? Bagaimana jika rambunya lepas dari kepala? Tidak, ia tidak bisa membayangkan hal itu.
Semoga mereka tidak melihatku. Semoga mereka ....
Chandi menahan nafas saat Pangeran Xiendra tiba-tiba berhenti tepat di depan semak-semak tempat ia bersembunyi. Ia heran mengapa Pangeran Xiendra yang buta tiba-tiba berhenti. Mungkinkah karena mendengar sesuatu? Tidak mungkin, ia tidak bergerak sama sekali bahkan menahan nafasnya, jadi mana mungkin menimbulkan suara. Ia pun mengintip Pangeran Xiendra dari celah semak-semak. Ia melihat bibir Pangeran Xiendra tersungging samar.
"Ada apa, Pangeran?" tanya Drata yang berhenti di belakang Pangeran Xiendra.
Ternyata pria buta ini adalah Pangeran? Pangeran Xiendra? Pangeran penyelamatku adalah Pangeran Xiendra. Woaaaah ....
"Degup jantung penyusup sedang berdebar terlalu kencang. Hal itu membuat telingaku terganggu. Cepat hentikan jantung itu!" ucap Pangeran Xiendra dengan dingin dan rendah.
Mata Chandi melotot lebar. Gila!
Hohoho, hebat sekali ya Pangeran Xiendra. Bakal ketahuan gak ya? Dan apa yang akan terjadi kalau ketahuan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora Gadungan Dan Pawangnya
Romance(Bukan reinkarnasi, time travel, ataupun beda dimensi, tapi dijamin seru. Jangan cuma baca episode 1, lanjut baca sampai 10 episode. Klau tidak seru, saya relakan Anda pergi) 'Amora Gadungan' itulah julukan yang diberikan Pangeran Xiendra pada seora...