Di gubuk tua di daerah perbatasan Selatan negeri Alrancus, duduk kakek tua bungkuk bersama seorang pria paruh baya. Mereka duduk berhadapan di tengah-tengah gubuk. Sesekali kakek tua itu tertawa saat berbicara, sepertinya suasana hatinya selalu baik. Mereka mengobrol bebas tanpa takut ada yang mengganggu karena gubuk kakek tua ini berada jauh dari pemukiman. Bahkan tak banyak orang yang tahu tempat kakek tua ini.
Setelah sejak tadi tertawa, kakek itu terbatuk. "Yang Mulia, hamba pun tak tahu soal ini. Hamba pun bingung mengapa bisa ada Amora yang lahir padahal belum sampai 500 tahun. Tapi benar, gadis yang Anda sebutkan memang benar-benar seorang Amora. Ayahnya sendiri yang sering konsultasi ke mari."
Kening Kaisar Ariga berkerut. "Ayahnya?"
Peramal Ramon mengangguk. "Ya, ayahnya. Sejak Chandi kecil, pria itu sering mengunjungi hamba. Dia bertanya tentang bagaimana cara menutupi identitas Chandi, bagaimana agar Chandi bisa mengontrol kekuatannya, dan lain-lain."
"Siapa pria itu?" tanya Kaisar Ariga penasaran.
Lagi-lagi Peramal Ramon tertawa, padahal tubuhnya yang tua hampir tak sanggup lagi mengeluarkan suara tawa. Dia benar-benar sudah tua hingga terkadang suara tawanya menghilang.
"Kebetulan dia berkata hari ini akan datang. Sepertinya sebentar lagi akan sampai karena hamba merasakan kehadirannya di sekitar sini. Dan hamba yakin, Yang Mulia akan sangat terkejut begitu melihatnya."
Benar saja, beberapa menit setelah Peramal Ramon mengatakan hal itu, terdengar suara langkah kaki dari kejauhan. Saat Kaisar Ariga ingin berbalik, Peramal Ramon melarangnya. Peramal Ramon berkata jika dia menoleh, maka orang itu bisa pergi.
"Tuan Ramon," sapa orang yang baru datang itu. Kaisar ingin sekali berbalik akan tetapi tetap ia tahan.
Peramal Ramon mengangguk sembari tersenyum kemudian mempersilahkan orang yang datang itu untuk duduk di samping Kaisar Ariga. Begitu pria itu duduk, Kaisar Ariga menoleh, dan betapa terkejutnya Kaisar Ariga pada saat itu.
"Haikal?" Kaisar Ariga hampir tak mempercayai penglihatannya. Pria yang dulu ia segel di dalam sungai suci - Raja Iblis hitam yang bernama asli Viath, kini berada di sampingnya, menatap dirinya dengan wajah terkejut pula.
"Kaisar?" Haikal pun tak kalah terkejutnya. Sudah bertahun-tahun ia menghindar dari semua orang, kini ia malah bertemu dengan Kaisar Ariga, bahkan duduk bersebelahan.
"Yang Mulia, Haikal adalah ayahnya Chandi. Dia sudah bebas dari 20 tahun yang lalu," ucap Peramal Ramon dengan santainya, tak tahu bahwa desiran darah Kaisar Ariga sudah bergejolak ingin menghajar Haikal habis-habisan. Jika bukan karena pria sialan di sebelahnya ini, Pangeran Xiendra pasti bisa hidup normal dan tak perlu menghadapi kematian saat baru lahir.
Tanpa diduga, Kaisar meraih kerah baju Pertama Ramon dan menariknya. "Mengapa kau bisa bersamanya? Mengapa kau membiarkan dia berkeliaran? Mengapa kau tidak memberitahu aku?! Katakan!"
Peramal Ramon yang sudah sangat tua tak mampu melepaskan diri, akan tetapi memang dia tak berniat melawan. Wajahnya masih santai seperti biasanya. "Sabar dulu, Yang Mulia. Hamba bisa menjelaskannya. Mohon Anda lepaskan hamba, hamba bisa patah pinggang."
Kaisar Ariga melepaskan Peramal Ramon, akan tetapi tatapannya masih penuh amarah.
"Haikal sudah menyadari kesalahannya. Dia menyesal pernah membuat banyak dosa dan kesalahan. Setelah lepas dari segel, dia tinggal di Chaulus selama satu tahun. Setelah itu dia kembali ke Alrancus bersama dengan putrinya, yakni Chandi. Demi menebus semua kesalahannya, dia menjadi tabib suka rela untuk mengobati warga Alrancus yang terkena penyakit. Tak hanya itu, dia juga diam-diam menghabisi bandit-bandit, penjahat, serta menjaga perbatasan Selatan agar tak ada iblis-iblis hitam yang masuk ke kerajaan Alrancus," jelas Peramal Ramon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora Gadungan Dan Pawangnya
Romance(Bukan reinkarnasi, time travel, ataupun beda dimensi, tapi dijamin seru. Jangan cuma baca episode 1, lanjut baca sampai 10 episode. Klau tidak seru, saya relakan Anda pergi) 'Amora Gadungan' itulah julukan yang diberikan Pangeran Xiendra pada seora...