Aku Bukan Amora

1.2K 184 5
                                    

Chandi berguling-guling kesal di tempat tidur. Bisa-bisanya Pangeran Xiendra melarikan diri di malam pertama mereka. Apakah ia terlalu jelek? Atau kah menyeramkan? Atau jangan-jangan sebenarnya Pangeran Xiendra tak mencintainya?

Ya, timbullah seribu pemikiran buruk tentang pernikahannya dengan Pangeran Xiendra hanya karena Pangeran Xiendra kabur. Ia tidak menyadari bahwa tindakannya tadi membuat jiwa Pangeran Xiendra menciut. Hanya seorang Chandi lah yang bisa membuat nyali Pangeran Xiendra menciut.

Eits, tentunya bukan nyali berperang atau semacamnya ya. Siapa yang nyalinya tidak akan menciut di saat dia yang tidak berpengalaman dalam hal percintaan, bahkan sempat tidak tahu seperti apa  jatuh cinta, lalu tiba-tiba akan diterkam oleh seorang gadis yang membuat jantungnya berdebar setiap kali bersama.

Atau mungkin sebenarnya Pangeran Xiendra bukan takut, namun karena jantungnya berpacu seribu kali lipat dari biasanya alias gugup setengah mati, ia jadi berpikir ia takut dan akhirnya melarikan diri.

"Chandi."

Chandi berhenti berguling lalu mendongak melihat ke jendela. Di jendela Pangeran Xiendra tersenyum padanya. "Pangeran? Huft, aku sedang kesal. Jangan panggil-panggil aku." Ceritanya Chandi merajuk.

Pangeran Xiendra menoleh ke sana kemari lalu melambaikan tangannya isyarat 'kemari'.

Chandi menggeleng. "Tidak mau. Pangeran yang harus masuk kamar."

Pangeran Xiendra kembali memanggil Chandi. "Cepatlah. Aku punya kejutan. Kau pasti suka. Cepat sebelum terlihat orang lain."

Chandi sedikit tertarik saat Pangeran Xiendra mengatakan akan ada kejutan. Jarang-jarang bukan Pangeran Xiendra memberikannya kejutan. Siapa tahu kejutan romantis seperti yang ada pada khayalannya.

Chandi mengangguk, bangkit dari tempat tidur, lalu menghampiri Pangeran Xiendra yang ada di jendela. "Ceritanya kita pergi sembunyi-sembunyi?"

Pangeran Xiendra mengangguk. "Aku akan membawamu ke suatu tempat yang sangat romantis."

Chandi langsung tersenyum senang. Pasti kejutannya sangat romantis. "Bantu aku." Chandi mengulurkan tangan.

Pangeran Xiendra menggeleng.
"Kenapa?" tanya Chandi yang mulai cemberut.

"Saat kabur tadi tak sengaja tanganku keseleo," jawab Pangeran Xiendra.

Chandi mengangguk paham. "Baiklah." Chandi pun melompat keluar jendela dengan usahanya sendiri. Setelah menapakkan kaki di tanah, Pangeran Xiendra langsung mengajak Chandi pergi secara diam-diam. Setiap ada prajurit yang lewat, mereka harus bersembunyi terlebih dahulu.

Sesampainya mereka di belakang istana, penjaga gerbang belakang memberikan hormat pada Pangeran Xiendra dan Chandi. "Hormat kami Pangeran Xiendra, Putri Chandi."

"Buka pintunya!" perintah Pangeran Xiendra.

Dua penjaga yang bertugas membuka tutup kunci mengangkat kepala lalu saling menatap sebelum akhirnya kembali membungkuk. "Baik, Pangeran." Tentu saja mereka tak berani banyak bertanya.

Begitu pintu dibuka, Pangeran Xiendra kembali mengajak Chandi untuk keluar dari istana.

"Kau mau membawaku ke mana, Pangeran?" tanya Chandi penasaran. Untuk apa Pangeran Xiendra membawanya ke hutan istana.

Pangeran Xiendra tak berbicara, dia terus berjalan memimpin di depan.

"Pangeran?" tanya Chandi lagi.

"Sebentar lagi sampai. Aku sudah menyiapkan ini bersama Drata," jawab Pangeran Xiendra yang jalannya semakin cepat. Sepertinya Pangeran Xiendra sudah tak sabar.

Amora Gadungan Dan PawangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang