Anak Azoch

1.2K 160 0
                                    

"Amora? Amora gadungan?" tanya Arean serius.

Sontak Pangeran Xiendra melotot karena Chandi disebut Amora gadungan. "Kau bilang apa!" Pangeran Xiendra langsung mengeluarkan pedang dari sarungnya.

"Pangeran, tenang!" Drata mencoba menahan Pangeran Xiendra.

Arean langsung membungkuk. "Ampun, Pangeran. Bukan maksud hamba menghina Amora. Namun itulah yang hamba ramalkan."

"Apa maksudmu?" tanya Pangeran Xiendra yang masih sedikit emosi.

"Hamba adalah peramal baru, murid dari kakek Ramon. Beberapa tahun silam, saat hamba masih kecil, hamba meramalkan akan ada seorang Amora baru yang tidak seharusnya lahir. Amora kali ini tidak akan menjalankan misinya untuk memberantas Raja Iblis yang akan bangkit. Dia akan menggunakan kekuatannya untuk dirinya sendiri. Dia lebih banyak dilindungi dari pada melindungi. Oleh sebab itu hamba menjulukinya Amora gadungan," jelas Arean menjelaskan apa yang ia ketahui.

Drata mendekati Pangeran Xiendra lalu berbisik pelan. "Apa yang dia katakan ada benarnya, Pangeran. Pernahkah Chandi menggunakan kekuatannya untuk melawan iblis hitam? Kita yang lebih sering menyelamatkan dia dari pada dia menyelamatkan kita dari iblis-iblis hitam itu."

Dalam hati Pangeran Xiendra setuju dengan ucapan Drata. Ia juga ingat bagaimana akhir-akhir ini Chandi menggunakan kekuatannya untuk menjahili dirinya. Seharusnya kekuatan Amora tidak digunakan untuk hal-hal yang tak berguna, terutama untuk menjahili orang lain.

"Apakah ramalan hamba benar, Pangeran? Apakah Amora kali ini tidak memiliki misi apa-apa?"

Pangeran Xiendra menggeleng. "Tidak sepenuhnya benar dan tidak sepenuhnya salah. Dia pernah menggunakan kekuatannya untuk kebaikan. Dan soal dia tidak melawan iblis hitam bukan karena dia tidak mau, namun karena dulunya dia tidak boleh berhadapan dengan iblis hitam."

Mendengar jawaban Pangeran Xiendra, Arean malah tersenyum. "Berarti ramalan hamba benar. Hamba harus memberitahu Peramal Ramon dan ayah."

"Siapa ayahmu?" tanya Pangeran Xiendra yang entah mengapa merasa penasaran.

Bukannya langsung menjawab, Arean malah tersenyum lalu membungkuk. "Sebenarnya kita adalah sepupu, Pangeran Xiendra."

Alis Pangeran Xiendra berjengit.
"Hamba adalah putera pertama Azoch, kakak Kaisar Ariga."

Seketika itu Pangeran Xiendra dan Drata terkejut.

Melihat Pangeran Xiendra terkejut, Arean tertawa pelan. "Pasti ayah hamba tidak pernah bercerita mengenai hamba, kan? Pasti yang Anda tahu ayah hamba hanya memiliki dua anak dan anak pertama sudah berkeluarga." Arean tersenyum lagi. "Tapi hamba adalah anak pertama ayah Azoch."

"Tapi bagaimana bisa?" Pangeran Xiendra tak percaya. Saat kecil, ia melihat sendiri begitu anak pertama Azoch yang berjenis kelamin wanita lahir. Ia juga melihat lahirnya anak kedua Azoch. Lalu dari mana lahirnya Arean? Tidak mungkin Azoch hamil sendiri dan melahirkan.

"Hamba adalah anak diluar nikah."

Ini lagi lebih mengejutkan dan sulit dipercaya. Azoch adalah pria baik-baik, mana mungkin menghamili seorang wanita diluar nikah.

"Dulu ibu hamba bercerita bagaimana bisa dia memiliki hamba. Saat itu ayah hamba sering diberi tugas oleh Kaisar Ariga untuk memata-matai perbatasan Selatan. Di perbatasan Selatan ada desa terpencil. Di sanalah ayah hamba bertemu dengan ibu hamba. Dalam sebuah perayaan desa, ayah hamba ada di sana untuk beristirahat. Dalam perayaan tersebut ada seseorang yang membuat ayah hamba mabuk. Dan kejadian itu pun terjadi. Ketika itu ibu hamba merasa hancur dan bimbang. Dia tidak mungkin meminta pertanggungjawaban ayah hamba karena mengira seorang petinggi istana tak mungkin mau mengakui telah meniduri gadis miskin di desa terpencil."

"Karena tak berani meminta pertanggungjawaban dan takut dijadi bahan hinaan para tetangga, ibu hamba pun kabur dari desa. Saat kabur dari desa, dia menemukan gubuk peramal Ramon. Karena peramal Ramon sangat baik, ibu hamba menceritakan semuanya. Katanya ketika itu peramal Ramon sangat terkejut. Dia mengenal ayah hamba dengan baik. Peramal Ramon pun meyakinkan ibu hamba untuk meminta pertanggungjawaban karena beliau tahu ayah hamba adalah orang yang bertanggung jawab. Beliau pun memastikan bahwa saat itu ayah hamba pasti sedang mencari-cari ibu hamba."

"Namun sayangnya ibu hamba keukeuh tidak mau. Dia bersikeras untuk membesarkan hamba sendiri. Dia tidak menyukai ayah hamba karena tidak tahu bagaimana rupanya." (Bagi yang lupa bagaimana Azoch di cerita Kaisar & Sang Amora, dulunya Azoch menutupi wajahnya dan dijuluki pria misterius)

"Peramal Ramon pun menghargai keinginan ibu hamba. Beliau pun mengirim ibu hamba ke desa yang aman dan nyaman untuk ditinggali. Setelah beberapa bulan, hamba lahir. Dan lima tahun kemudian hamba bertemu lagi dengan peramal Ramon. Hamba pun diajak ke gubuknya lagi. Di sanalah hamba bertemu dengan ayah hamba. Ketika itu hamba sangat terkejut karena tiba-tiba ayah hamba langsung memeluk hamba dan meminta maaf. Di situ lah hamba tahu bahwa ayah hamba adalah Azoch."

"Setelah bertemu dengan hamba, ayah hamba menemui ibu hamba di desa kami. Ayah meminta maaf atas semua yang terjadi. Ayah hamba juga meminta maaf karena tidak bisa menikahi ibu hamba karena telah menikah dengan seorang gadis yang dia cintai. Seandainya ayah hamba tahu bahwa ibu hamba telah mengandung dan ibu hamba tidak kabur, pasti ayah hamba sudah bertanggung jawab."

"Mulai dari saat itulah ayah hamba sering berkunjung, dan hamba pun menjadi murid kakek Ramon. Setelah beranjak remaja, hamba pun memutuskan untuk meningkatkan ilmu supranatural hamba di sini. Karena hamba mencintai kedamaian dan suka menyendiri, akhirnya hamba memutuskan untuk menunggu tempat ini."

Mendengar cerita Arean, Pangeran Xiendra teringat cerita ayahnya dulu tentang hal yang menyebabkan identitas Azoch tidak dipublikasikan sampai saat ini. Kisah Arean hampir sama dengan kisah Azoch. Sayangnya dulu Azoch tidak diakui oleh ayahnya karena malu meniduri anak tabib desa. Sedangkan Arean sedikit beruntung karena Azoch adalah pria baik yang mau bertanggung jawab. Hanya saja karena ibunya, Arean dan ayahnya tidak dapat pengakuan resmi sebagai ayah dan anak.

"Ayah hamba pernah bercerita tentang anak dari adiknya, yakni anak dari Kaisar Ariga. Dan dari situ hamba tahu umur kita berbeda tiga tahun," ucap Arean lagi.

Pangeran Xiendra mengangkat kepala tegak. "Kalau begitu jangan sungkan-sungkan padaku kakak sepupu. Panggil aku Xiendra, dan kau tak perlu memakai kata 'hamba' lagi. Kita saudara."

Arean tersenyum senang. "Baiklah kalau begitu, aku tidak akan sungkan lagi. Dan mulai sekarang kau bisa kapan saja datang ke gunung Yun. Aku akan sangat senang menerimamu dan akan membantumu."

Duh duh, aa Azoch kok begityu sih😭😭. Anaknya udah gede. Tapi Sely paham kok, situasi membuat kamu tidak bisa berbuat apa-apa. Kamu tahu kebenarannya setelah menikah, jadi gimana caranya tanggung jawab. Lagian sih, ibunya Arean kok gak mau dipertanggung jawabi.

Kuy, masih ada satu episode lagi.

Amora Gadungan Dan PawangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang