Sepuluh prajurit terkapar di tanah sambil terbatuk-batuk. Dari pada rasa sakit, rasa terkejut jauh lebih terasa. Bagaimana tidak, hanya dalam waktu kurang dari lima menit, mereka sudah terkapar tak berdaya.
Pedang panjang mereka berhasil dijatuhkan oleh Chandi dan Chandi juga berhasil memukul serta menendang titik lemah mereka. Gerakan Chandi sangat lincah sehingga mereka tak sempat memberikan serangan balasan, bahkan tak sempat menghindari serangan Chandi.
Sedangkan di belakang Chandi yang baru selesai melumpuhkan sepuluh prajurit, Pangeran Xiendra tersenyum samar. Dia tahu Chandi menggunakan sedikit kekuatan Amoranya untuk mengalahkan sepuluh prajurit. Bayangkan saja, waktu melawan Drata Chandi tidak menggunakan kekuatannya Amora tapi sudah berhasil mengalahkan Drata. Ya walaupun harus diberikan tanda kurung bahwa Chandi menggunakan serbuk racun, akan tetapi tetap saja Chandi berhasil mengalahkan Drata.
Dan kini, demi membuat para prajurit baru percaya dan membuat mereka tidak meragukan keputusannya, Chandi menggunakan kekuatan Amora secara diam-diam. Dalam hal ini ia tidak menyalahkan Chandi karena walaupun Chandi tidak menggunakan kekuatan atau racun, Chandi pasti bisa melumpuhkan para prajurit dengan kemampuan tarungnya yang memang ia akui hebat. Hanya saja agar cepat selesai, Chandi menggunakan kekuatannya.
"Apakah kalian masih ragu dengan keputusanku?" tanya Pangeran Xiendra pada para prajurit yang masih mengaduh kesakitan.
Para prajurit itu menggeleng. "Tidak, Pangeran. Maafkan kami. Kami hanya terkejut karena Anda menjadikan seorang wanita sebagai pengawal pribadi. Kami dengar dari gosip-gosip di akademi militer, nona Chandi sangat cantik. Jadi awalnya kami pikir nona Chandi bisa menjadi pengawal pribadi Anda karena kecantikannya. Ampun, Pangeran. Ternyata kami salah," ucap salah satu prajurit itu.
Pangeran Xiendra maju beberapa langkah sehingga melewati Chandi. Kini posisi Chandi sudah berada di posisi seharusnya. "Gosip? Ternyata orang-orang di akademi militer sangat santai sehingga memiliki waktu untuk bergosip."
Prajurit yang tadi berbicara langsung meneguk ludah. Gawat! Pangeran Xiendra bisa marah. Di akademi militer tidak boleh ada gosip karena para peserta dan juga para pelatih harus fokus berlatih.
"Cepat berdiri! Kita lanjutkan sesi latihan," tegas Pangeran Xiendra.
* * * *
Keesokan harinya, Pangeran Xiendra memanggil Liam dan Pangeran Giler ke istana. Hal ini dilakukan untuk menegur Liam dan Pangeran Giler selaku pengurus akademi militer Alrancus. Pangeran Xiendra ingin memperingatkan agar Liam maupun Pangeran Giler bisa memperketat aturan terutama soal bergosip.
Mengapa Pangeran Xiendra sangat ketat soal gosip? Karena berasal dari gosip bisa menyebabkan banyak hal. Contohnya kesalahan pahaman, perselisihan, dan lain-lain.
Akan tetapi bukannya berakhir menegur Liam dan Pangeran Giler, Pangeran Xiendra malah dikejutkan dengan adanya Dalior di antara Liam dan Pangeran Giler. Pangeran Xiendra bertanya-tanya mengapa Dalior bisa datang bersama pamannya dan Liam.
Kini Pangeran Xiendra, Chandi, Liam, Pangeran Giler, dan Dalior sedang berkumpul di ruang pertemuan. Walaupun hari masih pagi, tapi aura kelam dari Pangeran Xiendra membuat yang ada di dalam ruangan itu menjadi gerah.
Pangeran Xiendra, Liam, Pangeran Giler, dan Dalior duduk di depan meja panjang. Sedangkan Chandi berdiri di belakang Pangeran Xiendra karena Chandi adalah pengawal pribadi Pangeran Xiendra yang harus selalu siaga.
"Seperti yang pernah hamba beritahukan, kak Dalior adalah pematung yang sangat hebat. Namanya terkenal di kota kami. Secara kebetulan desainer kebun istana ingin membuat patung di setiap taman istana. Beliau mendengar bahwa kak Dalior adalah orang yang ahli dalam bidang ini, oleh sebab itu beliau memanggil kakak hamba. Dan kebetulan kami bertemu di depan gerbang tadi," ujar Liam menjelaskan mengapa Dalior bisa datang bersamanya dan juga bersama Pangeran Giler.
Dalior membungkuk. "Mohon maaf jika hamba membuat Anda tidak nyaman, Pangeran."
Bukan Pangeran Xiendra yang menjawab, Chandi lah yang menyerobot sembari tersenyum lebar. "Tidak apa-apa. Aku sangat senang jika kau ada di sini. Kita bisa bertemu setiap hari."
Pangeran Xiendra menghela nafas. "Aku tidak memintamu untuk bicara," tegur Pangeran Xiendra dengan nada dingin.
Chandi langsung diam melipat bibir. Tapi setelahnya dia tersenyum manis pada Dalior dari balik punggung Pangeran Xiendra.
Tingkah laku Chandi tak luput dari perhatian Pangeran Giler. Pangeran Giler tertawa pelan. "Tingkah pengawal pribadimu sebelas dua belas dengan Permaisuri Sharma."
Mata Pangeran Xiendra langsung melirik pada Pangeran Giler. Ia tahu bahwa dulunya sepupu dari ayahnya ini juga pernah sangat menyukai Permaisuri Sharma. Katanya Pangeran Giler menyukai Permaisuri Sharma karena tingkahnya yang lucu, tidak mau diam, ceroboh, serta kebaikan hatinya. "Lalu paman menyukai dia juga?"
Pangeran Giler langsung tergelak. "Kau ini ada-ada saja. Mana mungkin. Dia seusia dengan anakku." Kemudian Pangeran Giler tersenyum. "Aku hanya khawatir nanti kau akan menyukai dia sama seperti ayahmu menyukai ibumu."
Mendengar ucapan Pangeran Giler, Chandi tersenyum lebih lebar. "Benar, kah? Hehe, Pangeran, awas jatuh cinta."
"Aku sudah memiliki tunangan, jangan berlebihan." Pangeran Xiendra berbicara dengan nada datar, seolah malas meladeni Chandi yang sudah mulai-mulai.
Tanpa sopan, Chandi menepuk bahu Pangeran Xiendra kemudian mengedipkan sebelah mata. "Tidak apa-apa. Ku tunggu dudamu."
Liam dan Pangeran Giler batuk di saat yang sama. Mereka tersedak ludah sendiri setelah mendengar ucapan Chandi. Sungguh diluar dugaan.
Pangeran Xiendra menepis tangan Chandi dari pundaknya. "Jaga sopan-santunmu," tegur Pangeran Xiendra.Chandi membungkuk. "Maaf, Pangeran." Tapi dia tersenyum-senyum sendiri. Rasanya senang melihat Pangeran Xiendra kesal karena ulahnya.
Dan tiba-tiba Liam menyeletuk, "Tidak perlu menunggu Pangeran Xiendra jadi duda. Di sini ada Dalior. Dia sudah menyukaimu dari dulu. Dia banyak mendengar cerita tentang dirimu, dan dia langsung menyukaimu."
Dalior menoleh pada Liam. Dari tatapan matanya Dalior memperingati agar Liam tidak banyak bicara lagi. Dalior juga tidak menyangka Liam akan mengatakan hal seperti itu.
"Benarkah?" Chandi tampak senang dengan mata berbinar. "Aaaa pangeran penyelamat keduaku!"
Baru saja Chandi akan pergi mendekati Dalior, suara Pangeran Xiendra menahannya. "Diam di tempat atau aku patahkan kakimu."
Chandi langsung mengurungkan niatnya. Dia kembali ke tempat dengan wajah cemberut. "Menunggu dudanya tidak boleh, mendekati pria lain pun tidak boleh. Bilang saja cemburu," gerutu Chandi pelan.
Chandi tidak tahu Pangeran Xiendra yang memiliki indera pendengaran yang lebih tajam dari yang lain tentu bisa mendengar dengan jelas walaupun Chandi nyaris berbisik. "Jangan mengoceh lagi. Aku akan mulai membahas masalah penting." Pangeran Xiendra lagi-lagi memperingati.
Dan benar, kali ini Pangeran Xiendra langsung membahas masalah serius mengenai situasi di akademi militer. Pangeran Xiendra juga menanyakan soal apa-apa saja yang ingin diusulkan oleh Pangeran Giler dan Liam untuk kemajuan akademi militer. Akan tetapi sebelum itu, Pangeran Xiendra meminta Dalior untuk meninggalkan ruangan karena Dalior dianggap sebagai orang luar.
Begitu Dalior menapakkan kaki di luar, dia tersenyum. "Tunangan?" Dalior menyeringai. "Langkah pembukaan telah berjalan lancar. Sebentar lagi, apa yang aku inginkan akan terwujud."
Haduh, kenapa Dalior pake dateng ke istana segala sih. Huft, tunggu kelanjutannya hari Rabu ya Guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora Gadungan Dan Pawangnya
Romance(Bukan reinkarnasi, time travel, ataupun beda dimensi, tapi dijamin seru. Jangan cuma baca episode 1, lanjut baca sampai 10 episode. Klau tidak seru, saya relakan Anda pergi) 'Amora Gadungan' itulah julukan yang diberikan Pangeran Xiendra pada seora...