Tiga Kekuatan Besar

1.3K 154 9
                                    


Chandi berbalik perlahan, kemudian menyeringai. "Hehehe, calon suami."

Drata yang berdiri di belakang Pangeran Xiendra langsung melotot. Entah diperintah oleh siapa, Drata selalu mengingatkan Chandi jika gadis itu tidak sopan pada Pangeran Xiendra.

Melihat Drata melotot lagi, Chandi langsung sadar bahwa ia telah tidak sopan. Buru-buru ia membungkuk hormat. "Hormat hamba, Pangeran Xiendra." Lalu kembali berdiri tegak. "Sepertinya Anda mencari hamba, Pangeran?" tebak Chandi.

"Hm," jawab Pangeran Xiendra singkat.

Chandi langsung menunjukkan senyum termanis yang ia miliki. Mungkin jika pria lain yang diberi senyuman seperti itu akan langsung meleleh, akan tetapi sayang ini adalah Pangeran Xiendra, pangeran berhati es yang esnya diambil dari inti kutub selatan. ANTI CAIR.

"Ada apa, Pangeran?" tanya Chandi.

"Mulai sekarang kau bukan lagi pengawal pribadi Putri Xianna," jawab Pangeran Xiendra langsung pada intinya.

Mendengar itu Chandi dan Putri Xianna langsung melotot terkejut. Terutama Chandi yang tampak tidak terima. "Mengapa? Bukankah ini adalah syarat untuk hamba yang Anda katakan waktu itu? Apakah sekarang Anda ingin menendang hamba? Merasa telah berhasil menggunakan bunga mawar hitam milik hamba lalu Anda akan memenjarakan hamba? Habis manis gula dibuang?" Chandi mulai sewot.

"Sepah dibuang," ucap Drata mengoreksi.

Chandi melotot pada Drata. "Tidak! Aku selalu manis, jadi mana mungkin menjadi sepah."

Baiklah, Drata hanya bisa menghela nafas karena Pangeran Xiendra pun tak bereaksi heboh ataupun marah.

"Mulai sekarang kau akan menjadi pengawal pribadiku, dan Drata menjadi pengawal pribadi Putri Xianna," ucap Pangeran Xiendra mengumumkan, tanpa peduli Chandi yang sempat marah.

Chandi yang sempat sewot langsung diam membisu. Mata bulatnya mengedip beberapa kali dengan lucu. Tak lama kemudian dia bersuara. "Pengawal pribadi Pangeran?"

"Hm," jawab Pangeran Xiendra.

Lagi-lagi tingkah tak terduga terjadi. Chandi langsung loncat ke samping Pangeran Xiendra dan memeluk lengan Pangeran Xiendra. Wajahnya sangat bahagia bak baru saja memenangkan hadiah peti emas. "Benarkah? Aaaakh ... senangnya!" seru Chandi gembira.

Putri Xianna dan Drata menelan ludah. Mereka membayangkan akan terjadi sesuatu yang mengerikan pada Chandi karena berani menyentuh bahkan memeluk lengan Pangeran Xiendra seperti itu. Mereka teringat dengan nasib nahas anak menteri waktu itu.

Rahang Pangeran Xiendra mengeras. Dengan sekali gerakan, Pangeran Xiendra memutar tangannya, mencoba untuk meraih tangan Chandi, mungkin berniat mematahkan tangan itu. Akan tetapi sayangnya Chandi bergerak lincah untuk menghindar. Chandi mundur beberapa langkah sambil tertawa gembira. "Tidak kena."

Putri Xianna dan Drata sampai melongo dibuat Chandi. Apakah Chandi sedang cari mati?

Pangeran Xiendra akhirnya hanya bisa menghela nafas. Beruntung ia ingin mencari tahu asal-usul Chandi. Jika tidak, sudah ia patahkan leher gadis itu.

* * * *

Setelah menemui Chandi di danau teratai tadi, Pangeran Xiendra langsung mengajak Drata untuk bertemu di ruang bawah tanah. Kini mereka tengah mengobrol santai di kursi masing-masing. Pangeran Xiendra mendengarkan Drata yang sedang menjawab pertanyaannya.

"Ini aneh, Pangeran. Hamba tidak bisa membaca apapun tentang Chandi. Hamba tidak bisa mencium jenis kekuatan Chandi. Chandi sangat misterius, hamba bahkan sampai merinding. Bagaimana jika dia adalah utusan raja iblis hitam?"

Amora Gadungan Dan PawangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang