Ini bab bonus ya. Sebagai bentuk permintaan maaf karena kemarin gk update dan gak kasih kabar.
Pangeran Xiendra tak bisa tidur malam ini. Setiap memejamkan mata, bayangan dirinya mencium Chandi selalu terbayang kembali. Dan setiap membayangkan kejadian tadi siang, jantungnya akan berdegup sangat kencang. Pada akhirnya ia menyingkap selimut lalu duduk.
Perlahan mata merahnya melirik pada jendela yang tertutup. Sepertinya akan lebih baik jika ia melihat pemandangan malam dan menghirup udara segar.
Ia turunkan kedua kakinya, sedangkan tangannya menyambar kain hitam penutup matanya. Sambil berdiri ia ikat kain tersebut pada matanya. Setelah menutup mata, ia sambar jubah putih yang tersampir di tempat menggantung pakaian lalu mengenakan jubah tersebut.
Dingin, itulah yang terasa pada malam ini. Semua orang pasti sudah tidur nyenyak mengingat hari sudah sangat larut. Berbeda dengan Pangeran Xiendra yang malah jalan santai berkeliling tanpa rasa kantuk.
Saat keliling di samping istana Pangeran, ia menoleh pada jendela kamar Chandi, kamar Chandi masih terang benderang. Ada dua kemungkinan antara pelayan Chandi lupa memadamkan lilin, atau memang Chandi belum tidur. Untuk memastikan hal ini, ia berjalan mendekati jendela kamar Chandi.
"Aaaakh, ya ampun senangnya!"
Buk buk buk buk!
Alis Pangeran Xiendra berkerut mendengar suara ribut itu. Diam-diam ia mengintip ke dalam dan ternyata suara 'buk' itu disebabkan oleh Chandi yang sedang berbaring di atas tempat tidur sambil menendang nendang udara.
Dari luar jendela Pangeran Xiendra bisa melihat Chandi menyentuh bibirnya. Dan saat itu pula ia bisa tahu penyebab Chandi sebahagia ini, dan ia tahu apa yang sedang Chandi pikirkan.
Gadis satu ini benar-benar ... Haruskah dia sebahagia ini?
Tiba-tiba gerakan Chandi berhenti. Di saat bersamaan dengan Chandi yang menoleh, Pangeran Xiendra langsung menghindar, bersembunyi di balik dinding. Karena takut Chandi akan mengetahui keberadaannya Pangeran Xiendra berniat untuk pergi, akan tetapi ada sesuatu yang melingkari pergelangan kakinya dan menahannya sehingga ia tidak bisa pergi.
Saat menoleh kebelakang, Chandi sedang bertopang dagu di jendela. Gadis itu tersenyum lebar dan senang. "Sekarang sudah berani mengintip calon istri ya?" Gaya Chandi santai sekali.
Pangeran Xiendra menunduk. Ia melihat sebuah cahaya putih melingkar seperti tali. Tak salah lagi Chandi menggunakan sihir putihnya.
Pangeran Xiendra berbalik lalu menatap Chandi. "Chandi, kekuatanmu itu untuk membantu orang, bukan untuk menjahili orang."
Chandi tertawa sok anggun. "Hamba juga sedang menggunakan kekuatan hamba untuk membantu. Membantu hamba menangkap pria hidung belang yang mengintip kamar seorang gadis pada malam hari."
Pangeran Xiendra jelas melotot. Apa yang baru saja Chandi katakan? Pria hidung belang? "Berani-beraninya kau-"
Chandi cekikikan melihat ekspresi kesal Pangeran Xiendra. "Mau menghukum hamba? Secara status, derajat kita hampir sama, Pangeran. Hanya saja Anda adalah putra seorang Kaisar, Maha Raja di negeri Alrancus. Kita kan bisa berteman." Chandi menutup mulutnya. "Teman hidup maksudnya."
Pangeran Xiendra menghela nafas. Memang akan naik darah jika berbicara panjang lebar dengan Chandi. Karena tak ingin memperpanjang permasalahan, Pangeran Xiendra menggunakan kekuatannya untuk melepas tali gaib yang Chandi buat.
Setelah terlepas, Pangeran Xiendra menatap Chandi lagi. "Ini terakhir kalinya. Jangan gunakan kekuatanmu untuk hal seperti ini lagi." Lalu Pangeran Xiendra berjalan pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora Gadungan Dan Pawangnya
Romance(Bukan reinkarnasi, time travel, ataupun beda dimensi, tapi dijamin seru. Jangan cuma baca episode 1, lanjut baca sampai 10 episode. Klau tidak seru, saya relakan Anda pergi) 'Amora Gadungan' itulah julukan yang diberikan Pangeran Xiendra pada seora...