Kematian Pedih

1.3K 168 20
                                    

Brak!

Pintu utama istana Iblis hitam ditendang oleh Pangeran Xiendra hingga rusak. Ghauni yang sedang duduk menunduk di singgasana terkejut. Saat kepalanya terangkat, ia melihat seorang pria muda tampan yang mirip dengan Kaisar Ariga. Ia yakin pria itu adalah Pangeran Xiendra.

Ghauni berdiri tegak. "Ternyata beginilah rupa anak Kaisar Ariga dan Sharma." Ghauni berusaha terlihat berani walaupun sebenarnya ia gemetar ketakutan.

Tak berselang lama setelah Pangeran Xiendra masuk, datang pula Haikal, Drata, dan ketua iblis hitam. Melihat anak buahnya berada di antara musuh, Ghauni melotot.

"Kau, mengapa kau bersama mereka?"

Ketua iblis hitam membungkuk. "Ini adalah salam hormat hamba untuk yang terakhir kali, Yang Mulia. Setelah ini tuan hamba adalah tuan Haikal." Lalu ketua iblis hitam itu kembali berdiri tegak.

Ghauni mengepalkan tangan, merasa dikhianati. "Apa-apaan ini! Kau aku perintahkan untuk membawa Amora. Tak ku sangka kau malah bersekongkol dengan mereka. Kau takut pada mereka huh?!"

Haikal maju dua langkah, berdiri selangkah lebih depan dari Pangeran Xiendra. "Ghuani, sudahi saja rencana busukmu ini, menyerahlah. Sebentar lagi kau akan hancur. Kerajaan Haranus sudah dikepung oleh pasukan Alrancus. Dan kabarnya Raja Mortan sudah disandera oleh Azoch."

"Menyerah?" Tiba-tiba Ghauni tertawa terbahak-bahak. "Aku sudah melangkah dengan hati-hati, menunggu sampai saat ini tiba. Menunggu semua iblis yang mengincar Amora mati agar aku tidak memiliki saingan untuk mendapatkan Amora. Dan setelah semuanya hampir aku dapatkan, aku harus menyerah?"

Kini Pangeran Xiendra tahu mengapa bertahun-tahun Ghauni tidak bergerak. Ghauni menunggu semua saingannya mati agar langkahnya mudah. Setelah semua saingannya mati, ia yang sudah siap dengan banyak pasukanpun menculik Chandi. Dia berpikir bisa membawa Chandi secepatnya dan melakukan ritual sebelum orang-orang yang menyelamatkan Chandi datang. Sayangnya kini penantian dan kesabarannya selama bertahun-tahun akan berakhir.

Ghauni menatap Pangeran Xiendra. "Rencana pertamaku untuk membunuh Xianna telah gagal. Aku tidak akan membiarkan rencana keduaku pun gagal. Aku tidak akan membiarkan Kaisar Ariga bahagia seumur hidupnya!"

Di ucapan terakhir, mata Ghauni mengeluarkan cahaya merah yang besar. Dan tak berselang lama, tercium bau hangus.

Kretek-kretek.

Pangeran Xiendra, Drata, dan Haikal menoleh. Ternyata yang baru saja Ghauni lakukan adalah membahas gerbang dan benteng istana iblis hitam.

"Jika aku mati, maka kalian semua harus mati. Hahahahahaha." Ghauni tergelak seolah dirinya telah menang.

Ya, sebenarnya dia tidak peduli lagi dengan hidup dan matinya. Baginya, kehidupannya telah berakhir sejak Kaisar Ariga menjatuhkan hukuman padanya. Yang paling penting baginya adalah membalas dendam pada Kaisar. Mulanya ia ingin menjadi Raja Iblis tak terkalahkan untuk membumi hanguskan negeri Alrancus beserta isinya. Namun karena kini rencana itu gagal, maka kini ia ingin Pangeran Xiendra mati agar Kaisar Ariga merasa terpukul seumur hidupnya.

Pangeran Xiendra dan Haikal masih melihat kebelakang. Api membumbung tinggi, ditambah lagi api itu bukanlah api biasa, melainkan api yang diciptakan oleh kekuatan iblis hitam.

"Pangeran, bagaimana ini? Istana ini akan terbakar dan kita semua akan mati," ucap Drata panik.

Pangeran Xiendra tak menjawab. Ia juga sedang memikirkan cara untuk bisa keluar dari istana iblis hitam yang sebentar lagi akan terbakar hangus. Api yang diciptakan oleh Ghauni benar-benar terasa panas dan cepat menyambar keseluruh benda dan dinding. Kejadian ini hampir sama seperti yang terjadi di alam mimpi buatan Dalior. Akan tetapi kali ini benar-benar nyata. Menggunakan jurus terbang di udara pun tidak akan berhasil karena apinya sangat tinggi.

Amora Gadungan Dan PawangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang