Takut Kehilangan

1.2K 164 8
                                    

"Karena lebah. Hamba disengat oleh lima lebah madu."

Mata Pangeran Xiendra semakin melebar. Dengan hati-hati Pangeran Xiendra mengusap wajah Chandi yang membengkak.

"Apakah sakit?"

Plak. Chandi memukul tangan Pangeran Xiendra. "Jelas sakitlah. Masih bertanya. Mau coba?" sewot Chandi.

Tak peduli tangannya dipukul, Pangeran Xiendra kembali mengusap wajah Chandi dengan sangat hati-hati. Matanya menelusuri seluruh wajah Chandi dengan tatapan lembut, penuh iba, dan khawatir. Chandi yang menatap tatapan Pangeran Xiendra pun sampai tak bisa berkedip. Baru kali ini ia melihat tatapan hangat nan lembut dari Pangeran Xiendra. Jika dibandingkan dengan tatapan Dalior waktu itu, jelas tatapan Dalior tidak ada apa-apanya dengan tatapan Pangeran Xiendra ini.

"Mengapa bisa? Kau sedang apa?" tanya Pangeran Xiendra.

Chandi mendengus mengingat kejadian tadi malam. "Malam tadi, setelah semua orang tidur ...."

Tadi malam, setelah semua orang tidur ....

Chandi tak terima matanya menjadi mata iblis. Ia ingin mengamuk pada Zamon. Dia akan menemui pria itu lalu menghajarnya sampai puas. Akhirnya pada malam itu juga ia memutuskan untuk pergi dari istana menuju gunung hutan hitam. Dengan kekuatan Amoranya, ia yakin bisa sampai di gunung hutan hitam dalam sekejap mata.

Tapi baru sampai di belakang istana Pangeran, ia hampir terpergok oleh Drata yang sedang berkeliling. Karena takut ketahuan, ia langsung memanjat pohon yang paling dekat dengan benteng istana. Tapi siapa sangka bahwa di atas pohon itu terdapat sarang lebah madu.
Guncangan yang dibuat Chandi telah mengganggu para lebah itu. Tentu saja para lebah langsung menyerang Chandi.

"Aaaaaaaaa!" Chandi langsung loncat dari pohon.

Drata yang sedang lewat terkejut. Dia tambah terkejut melihat Chandi yang tiba-tiba terjun dari atas pohon.

"Aaaa!" Chandi berlari terbirit-birit. Ia berusaha menghindari serangan lebah itu menggunakan kekuatan Amora. Namun sayang, serangan ribuan lebah itu tak bisa ditangkis semua. Hingga akhirnya lima lebah berhasil mencium wajahnya yang cantik.

"Sakeeeet!" Chandi langsung berjongkok sambil menutup wajahnya.

Dibelakang, Drata mengejar Chandi. Dia menggunakan kekuatannya untuk mengusir semua lebah. Setelah semua lebah pergi, dia menghampiri Chandi lalu berjongkok. "Putri, apa kau tidak apa-apa?"

Chandi menepis tangan Drata yang hendak membuka tangannya. "Jangan sentuh aku! Ini semua gara-gara dirimu! Jika kau tidak lewat, aku tidak mungkin bersembunyi di pohon. Dasar iblis hitam!"

Aku juga yang kena. Drata berdecak dalam hati. "Tapi Anda pun kini setengah iblis hitam."

"Huaaaa ...! Jangan ungkit itu!" Chandi malah mengamuk. Jelas sekali ia tidak suka disinggung soal mata iblis hitam.

Chandi menangis semakin kencang. Drata panik takut terjadi kehebohan pada tengah malam seperti ini. Mana Pangeran Xiendra sedang tidak berada di istana. Siapa yang bisa mengendalikan Chandi?

"Putri, bagaimana jika kita pergi ke tabib?" tanya Drata lembut guna membujuk Chandi agar berhenti menangis.

Chandi mengangkat wajah. "Pangeran Xiendra mana? Aku ingin diantar oleh dia."

Drata melipat bibir, berpikir keras. Haruskah ia memberitahu Chandi? Tapi sepertinya tidak ada pilihan lain. "Pangeran Xiendra sedang pergi ke gunung hutan hitam untuk menemui Tuan Haikal."

"Apa!"

"Syuuut." Drata menempelkan jari telunjuk di depan bibir. "Jangan berisik, Putri. Nanti jika yang lain bangun bagaiman-"

Amora Gadungan Dan PawangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang