Iblis Naga Biru

1.2K 162 15
                                    

Chandi hampir berhasil menggapai kalung yang ada di dasar sungai. Kalung tersebut ternyata menyangkut di akar. Akan tetapi sebelum berhasil, tiba-tiba ia merasa sesuatu yang licin membelit pergelangan kakinya. Saat ia menunduk, betapa terkejutnya dia melihat ekor naga biru tengah membelit kakinya. Sekuat tenaga ia berusaha menarik kakinya, akan tetapi semua sia-sia.

Tak ada pilihan lain, ia harus melawan menggunakan kekuatannya. Sayangnya sebelum ia berhasil mengeluarkan kekuatannya, naga biru itu lebih dulu menyemburkan air berwarna biru kepadanya. Pada detik itu juga ia tak sadarkan diri.

Setelah Chandi tak sadarkan diri, naga itu membawa Chandi pergi. Bersamaan dengan kepergian naga itu, arus air sungai yang tadinya sangat deras kini langsung tenang. Sayang seribu sayang semua orang terlambat menyadarinya kecuali satu orang.

Byur!

Pangeran Xiendra, pria itu lah yang menyadari bahwa Chandi dalam bahaya.
Beberapa menit menyelam, Pangeran Xiendra kembali muncul.

"Bagaimana Pangeran?" tanya Drata sembari membantu Pangeran Xiendra naik ke daratan.

Pangeran Xiendra menggeleng. "Dia tidak ada."

Begitu sampai di atas Pangeran Xiendra langsung mengambil pedangnya yang tadi di simpan di bawah pohon. Dia langsung mengajak Drata. "Telusuri sungai ini. Dan kau." Pangeran Xiendra menunjuk Zamon. "Kau pasti tahu ujung sungai ini. Segera periksa diujung sungai ini."

Kemudian Pangeran Xiendra menunjuk Harlos. "Aku percayakan Putri Xianna dan Yufari padamu."

* * * *

Pagi telah berganti malam, hampir seharian Pangeran Xiendra dan Drata mencari Chandi akan tetapi tak mendapatkan hasil apapun. Drata yang menyusuri sungai tidak menemukan tanda-tanda adanya Chandi. Zamon yang memeriksa muara pun tak menemukan apapun. Akhirnya mereka kembali ke titik kumpul, yakni kaki gunung. Untuk urusan Putri Xianna dan Putri Yufari sudah diurus oleh Harlos, kedua gadis itu sudah diantar pulang, mungkin sekarang sedang berada dalam perjalanan.

Kini Drata, Pangeran Xiendra, dan Zamon duduk di atas akar besar. Drata berada di samping Pangeran Xiendra, sedangkan Zamon berada di depannya. Mereka sama-sama menatap tanah yang dikotori oleh daun-daun kering dan ranting-ranting kecil.

"Ini aneh. Padahal kita langsung menyusuri sungai selang beberapa menit Chandi menghilang. Bukankah jika pun ada yang membawanya maka akan ada tanda-tanda orang itu membawa Chandi naik ke daratan?" ucap Drata yang sejak tadi otaknya buntu, tak bisa memikirkan kemungkinan Chandi dibawa pergi kemana.

Zamon menghela nafas, menatap Pangeran Xiendra dan Drata secara bergantian. Sebenarnya sejak tadi ia ingin mengatakan sesuatu akan tetapi ia ragu.

Pangeran Xiendra yang sadar dirinya dipandangi langsung menatap Zamon dari balik kain penutup matanya. "Katakanlah apa yang ingin kau katakan."

Zamon menelan ludah, ia tatap mata Pangeran Xiendra yang terbungkus kain hitam. Bagaimana Pangeran Xiendra bisa tahu bahwa ia ingin menanyakan sesuatu? Apakah benar Pangeran Xiendra ini benar-benar sakti? Atau sebenarnya Pangeran Xiendra tidak buta sehingga bisa membaca ekspresinya lewat mata. Begitulah pikir Zamon.

"Bagaimana Anda bisa tahu?"

"Kita tidak memiliki waktu, cepat katakan apa yang ingin kau katakan." Pangeran Xiendra mengalihkan pertanyaan Zamon.

Zamon pun mengabaikan rasa penasarannya. "Kita pasti tidak akan tahu ketua dibawa ke mana, tapi hamba bisa menebak siapa yang menculiknya."

Mata Pangeran Xiendra menyipit. "Mengapa kau baru katakan sekarang?" Pertanyaan Pangeran Xiendra kali ini seperti menusuk tajam pada jantung Zamon. Sepertinya Pangeran Xiendra akan marah besar.

Amora Gadungan Dan PawangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang