Pangeran Ter-savage

1.2K 156 3
                                    


Setelah Chandi diam, Liam pun melepaskan bekapannya. Chandi berbalik dan memandangi dirinya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Sepertinya gadis itu sedang memindai, menilai apa yang berubah dari dirinya setelah beberapa tahun tidak bertemu.

Lalu Chandi tersenyum. "Wah, kau telah tumbuh menjadi pria gagah dan tampan."

Merasa disanjung, tentu saja ia akan tersenyum lebar. "Hm, tentu saja." Tapi senyuman Liam segera hilang setelah menyadari satu hal. "Kau sedang apa di sini?" Ia baru sadar bahwa dirinya dan Chandi bertemu di istana Alrancus. Ini hal yang cukup mustahil.

Chandi mengembangkan senyum. "Menjadi pengawal pribadi Putri Xianna."

Mata Liam membelalak. "Apa? Pengawal pribadi Putri Xianna?"

Chandi mengangguk tiga kali. Ia selalu merasa hebat saat dirinya mengatakan 'pengawal pribadi Putri Xianna'. Bukankah itu pekerjaan yang terhormat? Hanya orang-orang pilihan yang bisa menjadi pengawal di istana Alrancus, dan dari sekian banyak orang pilihan hanya orang-orang hebat pilihan yang bisa menjadi pengawal pribadi anggota keluarga Kaisar.

"Bagaimana bisa? Bukankah ayahmu tak pernah membiarkan kau turun dari gunung?" Liam kurang percaya dengan ucapan Chandi. Jangankan menjadi pengawal pribadi Putri Xianna, dibiarkan turun dari gunung hutan hitam saja sudah sangat sulit dipercaya. Yang ia tahu, ayahnya Chandi akan mati-matian menjaga Chandi agar tidak keluar dari area kekuasaan mereka.

Chandi tertawa melihat ekspresi wajah Liam. "Ceritanya panjang. Aku-"

"Syut." Liam meletakkan telunjuknya di bibir Chandi.

Belum tahu apa yang terjadi, Liam menarik tubuh Chandi untuk bersembunyi di balik pohon. Chandi hanya bisa menuruti semua perlakuan Liam. Ia yakin ada sesuatu yang mengharuskan mereka bersembunyi.

Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki mendekat. Chandi pun bisa mendengarnya. Aura yang kuat membuat Chandi bisa langsung menebak bahwa orang yang dihindari oleh Liam adalah Pangeran Xiendra.

Jantung Chandi berpacu semakin cepat. Bisa semakin gawat jika mereka masih berada di sana. Walaupun mereka bersembunyi di balik pohon, Pangeran Xiendra akan bisa mengetahui keberadaan mereka. Ia masih ingat bagaimana Pangeran Xiendra bisa mendengar suara degup jantungnya saat bersembunyi waktu itu.

"Liam, peluk aku!" perintah Chandi sambil berbisik.

Terdengar suara langkah kaki itu berhenti. Jika itu benar Pangeran Xiendra, itu berarti indera pendengaran Pangeran Xiendra yang tajam telah mendengar suara Chandi.

"Hah?" Liam tak mengerti mengapa dia harus memeluk Chandi.

Tak ada waktu lagi, Chandi langsung memeluk Liam. Chandi mengibaskan jubah hitamnya untuk menutupi dirinya dan juga Liam. Beberapa detik kemudian Chandi dan Liam menghilang dibarengi dengan kepulan asap hitam.

"Ada apa Pangeran?" tanya Drata yang melihat Pangeran Xiendra mendekati salah satu pohon.

Pangeran Xiendra terus berjalan hingga berhenti tepat di tempat Chandi dan Liam bersembunyi tadi. Pangeran Xiendra mengamati pohon dan juga tanah yang tadi diinjak oleh Chandi dan Liam.

Drata datang menyusul. "Ada apa, Pangeran?" tanya Drata lagi.

Pangeran Xiendra hanya menggeleng kemudian berlalu. "Cepat panggil prajurit yang lain untuk membawa para prajurit ini berobat."

Drata langsung membungkuk. "Baik, Pangeran."

* * * *

Liam menoleh ke sana-kemari, dia sudah tidak melihat adanya rumput, pohon, ataupun benteng istana yang menjulang tinggi. Kini dia berada di sebuah kamar yang cukup besar dan rapi. Jika dilihat dari dekorasinya, sepertinya sekarang ia berada di kamar kosong di samping kamar Putri Xianna. Melihat keajaiban yang luar biasa, Liam melongo.

Amora Gadungan Dan PawangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang