Pangeran Xiendra dan yang lainnya telah sampai di istana. Chandi langsung ditangani oleh tabib yang baru saja diangkat sebagai tabib istana, begitu pula dengan Pangeran Xiendra yang terlihat terluka parah.
Kaisar Ariga, Permaisuri Sharma, Raja Elton, Permaisuri Hera, dan juga Drata dan Liam yang baru siuman berdiri diantara kamar rawat Chandi dan Pangeran Xiendra. Mereka mengkhatirkan keduanya terutama Chandi. Mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana darah merembes dari dada Chandi.
Selagi menunggu, datang Haikal dan Zamon yang baru saja selesai memenjarakan Dalior di ruang bawah tanah. Penjara Dalior telah Haikal pasang jeruji gaib yang tidak akan bisa ditembus oleh bangsa Iblis.
"Bagaimana kondisi Chandi?" tanya Haikal pucat pasi. Ia sangat mengkhawatirkan putri semata wayangnya.
Kaisar menggeleng. "Belum ada kabar. Tabib masih melakukan penanganan."
Cklek. Pintu kamar rawat Pangeran Xiendra terbuka. Dari dalam kamar itu Pangeran Xiendra keluar dengan jalan yang terhuyung-huyung. Segera saja Drata menghampiri lalu membantu memapah Pangeran Xiendra.
"Xiendra, mengapa kau bergerak? Kau mengalami luka dalam yang parah," ucap Kaisar Ariga khawatir.
Pangeran Xiendra menggeleng, matanya sudah ia tutupi lagi menggunakan penutup mata. "Aku ingin melihat kondisi Chandi."
Permaisuri Sharma menghampiri putranya. Dengan lembut Permaisuri Sharma mengusap punggung Pangeran Xiendra. "Tabib masih belum keluar. Sebaiknya kau beristirahat dulu. Nanti akan ibu bangunkan ketika pengobatan Chandi sudah selesai."
Pangeran Xiendra menggeleng. "Tidak Ibu, aku harus memastikan Chandi baik-baik saja dan pengobatannya berjalan lancar."
Percakapan mereka berhenti ketika mendengar suara pintu dibuka. Tabib yang menangani Chandi keluar dan langsung diburu oleh semua orang. Yang pertama menghampiri adalah Pangeran Xiendra.
"Bagaimana kondisinya?" tanya Pangeran Xiendra mendesak.
"Untuk saat ini kondisinya stabil, tapi dia butuh perawatan intensif di rumah pengobatan ini. Hamba harus terus memantau setiap jam karena bisa saja kondisinya kembali kritis. Tapi ada yang aneh."
"Aneh bagaimana?" tanya Haikal.
"Dilihat dari bekas tusukan, ujung pedang menembus hingga ke tulang belakang nona Chandi. Seharusnya menembus jantung, bukan? Tapi saat hamba menjalankan operasi tadi, jantung nona Chandi baik-baik saja, bahkan tidak ada luka goresan sekalipun."
Sontak Haikal menoleh pada Pangeran Xiendra. Ia ingat Pangeran Xiendra mengeluarkan seluruh kekuatan untuk mengobati luka Chandi, walaupun mustahil karena pedang telah menembus jantung Chandi. Pada saat itu ia lihat mutiara biru milik Amora keluar dari tubuh Pangeran Xiendra dan langsung masuk ke tubuh Chandi.
Sepertinya mutiara itulah yang memulihkan jantung Chandi. Tapi, bagaimana dengan kekuatan Amora dalam tubuh Pangeran Xiendra? Yang ia tahu Amora tidak bisa terpisah dari mutiara biru itu. Jika mutiara biru itu dicabut, maka kekuatan Amora otomatis tersegel.
"Tidak terluka sama sekali?" tanya Kaisar memastikan apa yang baru saja didengar.
Tabib istana mengangguk. "Benar, Yang Mulia. Tapi walaupun ini aneh dan tidak masuk akal, namun kita patut bersyukur karena nyawa nona Chandi berhasil selamat."
"Apakah kami sudah boleh melihat?" tanya Permaisuri Hera.
Tabib istana mengangguk. "Bisa, Permaisuri. Tapi mohon jangan membuat keributan. Saraf-saraf nona Chandi butuh ketenangan."
Setelah diperbolehkan masuk, semuanya masuk terkecuali Drata, Liam dan Zamon. Mereka diperintahkan oleh Kaisar untuk berjaga di depan pintu.
Di dalam kamar, Pangeran Xiendra menarik satu kursi lalu duduk di samping ranjang Chandi. Digenggamnya tangan Chandi yang dingin dan pucat, lalu ia menunduk. "Maafkan aku, Chandi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora Gadungan Dan Pawangnya
Storie d'amore(Bukan reinkarnasi, time travel, ataupun beda dimensi, tapi dijamin seru. Jangan cuma baca episode 1, lanjut baca sampai 10 episode. Klau tidak seru, saya relakan Anda pergi) 'Amora Gadungan' itulah julukan yang diberikan Pangeran Xiendra pada seora...