Bengkak

1.2K 178 13
                                    

Setelah keadaan tenang, semuanya kembali ke kamar masing-masing untuk tidur. Chandi yang menangis karena matanya berubah sudah dihibur oleh Raja Elton dan Permaisuri Hera. Untuk sementara ini mata Chandi akan ditutup seperti Pangeran Xiendra guna menyembunyikan matanya. Jika nanti ada cara untuk mengembalikan mata Chandi seperti semula, maka penutup mata Chandi akan dibuka kembali.
Tak seperti orang lain yang kembali ke kamarnya untuk tidur, Liam malah pergi ke rumah pengobatan untuk menemani Putri Xianna.

"Liam, kau sudah lelah jauh-jauh dari akademi militer. Istirahatlah dulu, aku baik-baik saja," ucap Putri Xianna yang kondisinya masih lemah.

Liam menggeleng. Ia raih telapak tangan Putri Xianna untuk ia genggam. "Aku tidak akan meninggalkanmu sampai kau sembuh total. Aku sudah meminta izin pada paman Giler."

Putri Xianna memaksakan senyum walaupun tubuhnya lemas. "Terima kasih, Liam. Sejak dulu kau tidak pernah meninggalkanku. Walaupun kakakku sangat membencimu, namun kau tidak pantang menyerah."

Liam menggeleng. "Pangeran Xiendra tak benar-benar membenciku." Liam tersenyum. "Dia hanya takut aku tidak bisa menjagamu. Kau tahu, setiap dia menghukumku, sebenarnya hukuman yang dia berikan bukan untuk membuatku jera. Mencambuk, mengangkat air, berlari keliling istana Alrancus tiga kali, dan lain-lain, semua itu melatih fisikku. Pangeran Xiendra hanya ingin aku lebih kuat."

Liam tersenyum lagi. "Mungkin saat kecil dia semena-mena terhadapku karena dia pun masih anak-anak. Tapi semakin beranjak dewasa, aku merasa dia berubah. Semua yang dia lakukan penuh dengan pertimbangan."

"Lalu dengan mengusirmu pergi dari istana adalah sebuah pertimbangan yang layak? Liam, kau bukan penjahat, tapi mengapa dia memperlakukanmu seperti ini?" Putri Xianna memang selalu kesal pada Pangeran Xiendra jika mengingat kakaknya itu mengusir Liam dari istana dan tak membolehkan Liam menginjakan kaki lagi ke istana.

Liam tak menjawab, ia hanya tersenyum. Senyuman tulus nan lembut itu seperti mengisyaratkan agar Putri Xianna tidak membahas hal itu.  "Tidurlah, kau butuh istirahat. Dan soal kau yang ingin menemui Chandi, besok setelah kau merasa lebih baik, aku akan mengatarmu."

Sambil menarik selimut, Putri Xianna cemberut. "Selalu mengalihkan topik pembicaraan saat aku tanya alasan kakakku mengusirmu tanpa alasan."

Liam tertawa pelan. "Sudah sudah, jangan merajuk seperti itu. Kau menggemaskan." Liam mencubit pipi Putri Xianna yang menggembung jika sedang cemberut. "Tidurlah. Aku akan menunggu di sini."

Setelah Putri Xianna memejamkan mata, Liam menatap Putri Xianna lama. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Liam, namun Liam tampak sedih. Sepertinya ada yang disembunyikan oleh Liam.

* * * *

Keesokan harinya, pagi ini Pangeran Xiendra akan bersiap untuk pergi ke istana Kaisar. Ia akan membahas hal yang penting dengan Kaisar Ariga, serta membahas pemakaman Dalior dan Thanu.

Di depan pintu kamar Pangeran Xiendra sudah ada Drata yang siap untuk mengawal. Begitu pintu dibuka dari dalam, Drata yang berdiri tegak membelakangi pintu langsung bergeser. Ia langsung membungkuk begitu melihat Pangeran Xiendra keluar.

"Hormat hamba, Pangeran Xiendra."

Pangeran Xiendra mengangguk, lalu menutup pintu. Saat akan bergegas, ia lihat Lifys sedang berdiri di depan pintu kamar Chandi, dengan sebuah nampan makanan di tangan.

"Sedang apa kau di sana?" tanya Pangeran Xiendra sehingga Lifys sedikit terkejut.

Melihat Pangeran Xiendra, Lifys langsung membungkuk hormat. "Hormat hamba, Pangeran Xiendra. Saya mau mengantarkan sarapan, namun Putri Chandi tidak mau membuka pintu. Hamba dengar dia sedang menangis di dalam."

Amora Gadungan Dan PawangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang