Buka Segel Drata

1.4K 174 19
                                    

Drata berkedip-kedip, memandangi Pangeran Xiendra dan Chandi secara bergantian. Sebelumnya ia pergi untuk memastikan Liam benar-benar pergi dari istana Pangeran. Saat kembali ke dalam kamar mandi kamar Chandi, ia dikejutkan dengan Pangeran Xiendra dan Chandi yang sudah sama-sama basah kuyup. Keduanya berdiri di pinggir bak mandi.
Drata langsung menghampiri Pangeran Xiendra.

"Pangeran, apa yang terjadi pada Anda?"

Pangeran Xiendra tak menjawab. Dari aura-auranya, sepertinya Pangeran Xiendra tengah marah.

Karena sangat penasaran, Drata bertanya juga pada Chandi.

"Aku tadi tergelincir. Aku pikir hanya aku yang akan jatuh, eh ternyata Pangeran Xiendra juga. Aku juga bingung mengapa Pangeran Xiendra bisa jatuh, padahal dia jauh dari kolam."

Pangeran Xiendra mengeraskan rahangnya, tangannya terkepal. "Kau hampir mati jika aku tidak melindungimu. Dasar tak tahu terima kasih."

Chandi menoleh dan mendongak, matanya langsung berbinar. "Oh, ternyata Anda menyelamatkan hamba!"

Di balik penutup matanya, Pangeran Xiendra memejamkan mata dan menghela nafas, ia tiba-tiba merasa frustrasi. Apakah gadis bernama Chandi ini memang bodoh? Jadi tadi gadis itu mengira ia dengan suka rela terjun ke dalam bak mandi tanpa alasan?

"Eh, Pangeran." Tiba-tiba Drata berbicara. "Tangan Anda berdarah."

Pangeran Xiendra mengangkat tangan kanannya yang terasa perih lalu menurunkannya lagi, seolah-olah tangannya tidak terluka sama sekali padahal banyak mengeluarkan darah.

Mata Chandi membulat. Tanpa permisi ia raih tangan Pangeran Xiendra kemudian memperhatikannya dalam jarak dekat. "Ya ampun Pangeran. Mengapa bisa begini? Sepertinya luka ini cukup dalam."

Pangeran Xiendra menoleh, menunduk untuk menatap Chandi yang pendek. "Seharusnya yang mendapat luka ini adalah kepalamu."

Chandi menyengir lebar. "Hehe, terima kasih Pangeranku. Anda telah menyelamatkan hamba sekali lagi. Jasa Anda tidak akan pernah hamba lupakan. Muach ...."

Baik Pangeran Xiendra maupun Drata, mereka merasa geli. Terutama Drata yang sampai bergidik ngeri.

"Ekhm." Chandi kembali menatap luka di tangan Pangeran Xiendra. "Karena Anda terluka karena menyelamatkan hamba, maka hamba akan mengobati luka ini."

Pangeran Xiendra menarik tangannya. "Tidak. Aku bisa mengobatinya sendiri." Lalu Pangeran Xiendra pergi diikuti oleh Drata.

Sedangkan Chandi, gadis itu tengah merasa berbunga-bunga. Ia memeluk dirinya sendiri. "Aaaa tadi aku dipeluk oleh Pangeran Xiendra. Dan apa tadi? Pangeran Xiendra bersedia terluka demi diriku. Aaaaa senangnya."

* * * *

Di ruang kerja Pangeran Xiendra,  Pangeran Xiendra dan Drata sedang membahas masalah Liam yang menyelundup. Pangeran Xiendra tampak lebih segar karena baru saja selesai mandi. Jika bukan karena menyelamatkan Chandi, Pangeran Xiendra tak harus tersiksa dengan dinginnya air malam ini.

"Kalau begitu Chandi tidak bisa dibiarkan menjadi pengawal pribadi Xianna," ucap Pangeran Xiendra.

Drata mengangguk setuju. Ia telah menyampaikan jawaban Liam atas pertanyaannya saat tadi ia mengantar Liam keluar. Liam jujur bahwa Chandi adalah teman akrabnya. Mereka telah berpisah beberapa tahun karena Liam yang tak lagi tinggal di gunung hutan hitam.

"Jika dibiarkan, Liam akan semakin leluasa mendekati Putri Xianna karena merasa Chandi akan mendukung dan membantunya," ucap Drata mengutarakan pendapat.

Pangeran Xiendra melepas kain penutup matanya lalu memandang Drata. Tentu saja Drata langsung menunduk karena takut bertatapan langsung dengan mata unik Pangeran Xiendra. "Aku akan menarik Chandi dan menggantikan dirinya dengan dirimu."

Amora Gadungan Dan PawangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang