Bukan Putri

1K 142 19
                                    

Pangeran Xiendra memerintahkan Chandi untuk kembali duduk di tempat. Sepertinya ia telah salah membicarakan soal rencana pernikahan dengan Chandi. Otak gadis ini ternyata mudah melalang buana.

"Pangeran, benarkah Anda akan memiliki tujuh istri? Jika benar, hamba akan memundurkan diri sebagai kandidat istri Anda."

Pangeran Xiendra berdecak lalu melirik Chandi dengan sudut mata. "Diam dan siapkan tinta baru!" perintah Pangeran Xiendra dengan nada dingin serta penuh penekanan. Sejak tadi Chandi masih membahas 'tujuh istri'.

"Kalau tidak jadi menikah dengan Pangeran, sepertinya hamba harus menerima lamaran Dalior."

Seketika gerakan tangan Pangeran Xiendra yang sedang menulis berhenti.

"Dia sudah menjanjikan akan menanam bunga yang hamba suka di depan rumah kami nantinya. Lagi pula setelah dipikir-pikir dia adalah pria baik dan ramah. Dia perhatian, tampan, dan murah senyum. Mungkin hamba tidak akan rugi menjadi istrinya."

Pangeran Xiendra masih diam, mendengarkan Chandi berbicara.

"Hamba akan memiliki seribu anak, lalu akan hamba bentuk menjadi pasukan yang hebat untuk menyerang Anda dan juga tujuh istri Anda."

Tapi semakin didengarkan, semakin melantur pula ucapan Chandi, dan itu membuat ia sakit kepala. "Simpan khayalanmu itu dan segera buat tinta baru. Tinta ini hampir kering," titah Pangeran Xiendra.

Chandi berdecak kesal. Bukan kesal karena diperintah, melainkan kesal membayangkan Pangeran Xiendra akan memiliki tujuh istri.

Sedangkan di tempat lain, di taman istana pangeran, Putri Yufari sedang duduk sendirian di bangku taman. Pemandangan pagi yang cerah ini sangat indah dipandang. Apalagi hari ini Putri Yufari sangat bahagia. Pernikahan dirinya dan Pangeran Xiendra akan segera dibahas, itu artinya sudah tidak lama lagi.

Putri Yufari tersenyum memandangi satu bunga lavender. "Aku tidak sabar."

"Tidak sabar apa?"

Putri Yufari sangat terkejut mendengar suara pria yang sangat asing ditelinga, saat ia menoleh kebelakang, ternyata seorang pria berpakaian sederhana. Pria itu sangat tampan, sebelas dua belas dengan Pangeran Xiendra. Dan ia juga terkejut melihat warna rambut pria itu yang tidak biasa, yakni warna perak.

"Apakah Anda Putri Yufari, calon istri Pangeran Xiendra?" tanya Dalior sambil tersenyum ramah.

Putri Yufari membalas senyum Dalior. "Ya. Kau ini siapa?" Putri Yufari balas bertanya.

Dalior tersenyum lebih ramah. "Bolehkah hamba ikut duduk sebelum menjawab pertanyaan Anda, Putri?"

Putri Yufari langsung mengangguk dan menggeser sedikit posisi duduknya. Dengan begitu, Dalior langsung mengambil tempat duduk di samping Putri Yufari.

"Nama hamba adalah Dalior. Kakak angkat Liam. Liam adalah sahabat Putri Xianna. Hamba bisa ada di sini karena hamba sedang bekerja membuat patung." Dalior memperkenalkan diri dengan baik dan jelas.

Putri Yufari ber-oh saja sambil tersenyum ramah.

"Anda sangat cantik, cocok dengan Pangeran Xiendra," ucap Dalior lagi.

Putri Yufari tersenyum lebih lebar. "Orang-orang berkata demikian."

"Tapi orang-orang tidak tahu siapa kau sebenarnya," celetuk Dalior tiba-tiba hingga membuat Putri Yufari terkejut. Dalior baru saja menggunakan kata 'kau'.

"Apa maksudmu? Aku Putri Yufari, Putri negeri Chaulus, anak Raja Elton. Memangnya kau pikir aku ini siapa?" Putri Yufari tampak mulai marah.

Dalior tersenyum miring. "Memang benar kau adalah Yufari, tapi kau bukan anak kandung Raja Elton. Kau tahu dengan jelas itu."

Seketika Putri Yufari mematung. "A-apa yang kau bicarakan?" Putri Yufari tergagap.

Dalior menghela nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Sudut bibirnya terangkat, seakan menertawakan Putri Yufari. "Ayahmu memiliki dua istri, yakni Permaisuri dan juga selir pertamanya. Namun setelah bertahun-tahun, Raja Elton tak kunjung memiliki keturunan. Seorang peramal palsu mengatakan bahwa kedua istrinya mandul. Ayahmu pun menikahi wanita pilihan peramal itu, yakni ibumu. Ibumu ternyata adalah anak peramal palsu itu. Tak lama setelah menikahi ibumu, ibumu mengandung. Orang-orang mengira itu adalah raja Elton. Tapi ternyata bukan."

"Yang sebenarnya terjadi adalah, raja Elton lah yang mandul. Peramal palsu itu adalah tabib dan dia tahu bahwa Raja Elton mandul. Dia pun bersekongkol dengan anaknya yang telah memiliki kekasih. Rencana mereka adalah, setelah anak peramal itu menikah dengan Raja Elton, wanita itu akan bergaul dengan kekasihnya. Dengan begitu, tentu saja wanita itu bisa hamil dan mengaku bahwa anak yang dikandungnya adalah anak Raja Elton."

Dalior menatap tajam pada Putri Yufari. "Kekasih ibumu tentu tidak keberatan karena dijanjikan mendapatkan jabatan tinggi di Chaulus. Dia awalnya prajurit biasa, tapi kini dia telah menjadi jenderal. Dan kau tahu itu, bukan? Ibumu menutupi kebenaran ini dari semua orang, tapi tidak dari putrinya. Kesepakatan lain antara ibumu dan ayahmu adalah kau tetap harus tahu siapa ayah kandungmu sebenarnya."

Putri Yufari menggeleng, matanya mulai memerah disertai genangan air, dan tangannya mulai gemetaran.

"Kejahatan ibumu tidak sampai di situ saja. Begitu ibumu hamil, ternyata Permaisuri pun hamil. Ibumu pikir permaisuri memakai trik yang sama dengan dirinya. Mengetahui itu, ibumu berusaha membunuh bayi yang ada di rahim Permaisuri. Sayangnya semua rencananya selalu gagal. Sampai kemudian lahirlah dirimu yang satu bulan kemudian lahir pula anak permaisuri itu. Saat ibumu melihat bayi permaisuri, ternyata prasangkanya salah. Anak yang dilahirkan oleh permaisuri memang benar anak Raja Elton. Bayi itu memiliki tanda lahir yang sama, yakni tiga titik hitam di punggungnya."

"Ketika itu ibumu langsung ketakutan. Dia berpikir semua anak Raja Elton pasti memiliki tanda lahir yang sama dengan Raja. Dia takut nantinya Raja Elton akan memeriksa dirimu yang masih bayi sedangkan kau tidak memiliki tanda lahir itu. Dan pada akhirnya, ibumu melenyapkan bayi Permaisuri dengan membayar seseorang untuk melempar bayi tersebut dari atas tebing curam."

"Mayat bayi tersebut ditemukan, dan satu tahun kemudian pelakunya pun tertangkap. Sayangnya pembunuh bayaran itu sangat setia pada ibumu sehingga dia mengaku bahwa dia memiliki dendam pribadi pada Raja. Sampai pada akhirnya, dalang dari pembunuhan itu tidak terungkap sampai detik ini."

Dalior tiba-tiba tertawa. "Tapi hanya sampai detik ini, tak tahu jika detik berikutnya."

Putri Yufari berdiri tegak. Matanya melotot tajam pada Dalior. "Siapa kau! Mengapa kau tahu semua itu? Dan apa maumu?"

Melihat reaksi Putri Yufari, tawa Dalior malah semakin kencang. "Tenanglah, Putri. Nanti orang-orang bisa mendengarmu."

Tangan Putri Yufari terkepal semakin kuat. "Katakan apa maksudmu mengatakan hal itu padaku? Apakah kau akan membocorkan semuanya? Apa kau punya bukti?"

Dalior menengadah sedikit, melihat Putri Yufari yang berdiri di hadapannya. "Bukti? Jika aku tidak punya bukti, bagaimana aku bisa tahu semua cerita itu dengan sempurna?" Dalior terkekeh. "Dan apa mauku?"

Nafas Putri Yufari sudah tak teratur, mencoba untuk mengatur emosinya.

"Kerjasama. Hanya itulah yang aku mau."

Alis Putri Yufari berkerut. "Kerjasama?"

Dalior menarik nafas panjang sebelum berdiri tegak. "Kerjasama ini sangat mudah dan pastinya juga sangat menguntungkan untukmu."

"Apa itu?" tanya Putri Yufari tak sabaran.

"Buat Pangeran Xiendra menjadi milikmu segera, dan buat Chandi sangat membenci Pangeran Xiendra, dan juga sebaliknya."

Owalah ternyata Putri Yufari bukan anak kandung Raja Elton toh. Gimana ya kalau Raja Elton tahu? Dan apakah rencana Dalior dan Putri Yufari akan berhasil? Kuy sabar untuk menunggu episode selanjutnya. Bye-bye 😘

Amora Gadungan Dan PawangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang