🌷"Kebahagiaan sejati bukanlah memiliki segalanya, tetapi merasa cukup dengan apa yang kita miliki."🌷
"Victor, kenapa mukanya sedih begitu?" tanya Yina penasaran, tatkala putranya itu terlihat ingin menangis saat ingin mengeluarkan buku dari dalam tasnya, karena rencananya malam ini ia akan mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru dengan ditemani sang bunda.
Tanpa melihat ke arah bundanya yang duduk didepannya, Victor hanya menggelengkan kepala dengan posisi kepala yang menunduk ke bawah, seakan-akan tak mau menunjukkan guratan sedih yang terukir di wajahnya. Tapi ternyata Victor tak mampu menahan rasa sedihnya, hingga air matanya menetes mengenai tasnya. Melihat itu, Yina pun langsung mengangkat dagu Victor supaya wajahnya dapat dilihat jelas olehnya.
"Sayang, kenapa menangis? Bilang sama bunda, apa ada sesuatu?" Victor masih belum berani mengatakan sejujurnya, ia takut bundanya itu akan marah kepadanya.
"Bilang aja, bunda tidak akan marah kok, janji." ucapnya berusaha meyakinkan, seraya mengembangkan senyum penuh akan kasih sayang yang tersirat di dalamnya.
Victor menatap budanya begitu lekat, dengan masih beruraian air mata. "Bunda ..." panggilnya sesegukan.
"Hm? Bilang aja ayo."
"Maafin Victor ya, Victor udah ngerusakin benda pemberian bunda ..." tangisnya kian membesar, sampai ujung hidungnya jadi memerah tajam.
"Benda apa sayang? Sudah bunda bilang, bunda janji nggak akan marah." ucap Yina bersungguh-sungguh, masih mempertahankan senyum tulusnya.
"Buku pemberian bunda rusak, Victor jadi sedih karena buku itu juga banyak catatan Victor yang penting-penting. Ta-tapi sekarang bukunya udah nggak bisa dibaca lagi bunda ..." Victor makin terisak-isak hingga ucapannya jadi terbata-bata. Yina pun segera memeluk anaknya agar memberikan ketenangan lewat pelukannya yang hangat.
"Memangnya kenapa jadi rusak hm?" tanya Yina lembut, sembari mengusap-usap punggung belakang Victor beberapa kali.
"Teman sekelas Victor yang merusaknya, dia maksa ingin liat jawaban PR Victor, tapi Victor nggak mau memperlihatnya. Terus dia rebut paksa buku Victor dan bukunya dia basahin di keran air, makanya Victor marah, jadi Victor dorong saja dia sampai jatuh." jelasnya, dengan posisi kepala diletakkan ke bahu kanan sang bunda.
Yina pun segera melepaskan pelukan, ia memegang kedua bahu Victor, dan tatapan mereka saling beradu dengan jarak yang sangat dekat. "Victor, nggak boleh dorong orang sampai jatuh gitu, Victor harus bisa menahan emosi. Iya, bunda tahu Victor pasti sangat kesal bukan? Tapi tak sepatutnya kemarahan Victor sampai membuat orang terluka, alangkah baiknya Victor harus bisa lebih banyak bersabar dan lapor ke wali kelas supaya memperingati teman sekelas Victor itu, mengerti 'kan sayang?" jelasnya memperingatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Dream [End]✓
Teen FictionStory 6 Ingrid Syina Ellisia harus menanggung beban yang amat berat di dalam hidupnya. Ia harus banting tulang untuk memenuhi kebutuhan diri dan sang ayah yang ada di kampung. Terpaksa Yina setiap hari harus berjualan koran, demi sesuap nasi. Sedang...