🌼Chapter 65🌼

590 17 0
                                    

🌷"Tidak ada lagi jarak di antara kita, sudah waktunya mengulang semuanya dari awal."🌷

"Ingrid Syina Ellisia"

"Ingrid Syina Ellisia"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  "Yina,"

  Faiz nampak sendu, tatkala Yina secara paksa melepaskan pelukan tersebut. Yina sendiri bingung harus berkata apa, jujur saja, ia sebenarnya masih marah dengan pria itu. Sebenarnya ia ingin pergi saja, namun, ia teringat akan saran dari Desta. Yaitu, harus mau mendengarkan penjelasannya.

  "Aku akan menjelaskannya." Yina menatap Faiz berupa tatapan tajam.

  "Apa?" tanyanya, meskipun agak berat hati.

  Terlihat Faiz menghela nafas panjang, kemudian dikeluarkan secara perlahan. "Aku tahu kamu pasti marah denganku, sebenarnya, aku juga tidak mau melakukan ini, tapi aku terpaksa. Yina, kalau aku berkata jujur, tolong, jangan diambil hati." Faiz meraih kedua tangan Yina, memandang perempuan tersebut begitu lekat.

  "Faiz, aku tidak pernah marah saat orang lain berkata jujur. Aku mau, kamu menceritakannya tanpa ditambah-tambahi atau dikurangi." Faiz mengangguk, ia dapat tersenyum kecil, sebab Yina masih mau mendengarkannya. Dan tidak menepis tangannya yang lagi memegang tangannya.

  "Jadi, sebenarnya aku pergi waktu itu karena disuruh nenek. Beliau memaksaku agar balik ke Kalsel karena..." Susah payah Faiz menelan saliva-nya. Takut, jikalau Yina akan sakit hati, namun, melihat jauh dari dalam mata Yina, perempuan itu seolah mengatakan bahwa dirinya tidak akan kenapa-kenapa.

  Sebentar Faiz membuang nafas beratnya, lalu kembali memandang Yina yang terus melabuhkan pandang ke dirinya seorang, menunggu-nunggu lanjutan ucapannya. Setelah memantapkan hati, Faiz mulai melanjutkan penjelasannya lagi.

  "Maaf kalau ini membuatmu merasa sakit hati, nenekku sama sekali tidak menyukaimu karena kamu selalu bergantung padaku. Tapi, aku berani bersumpah Yin, aku sama sekali tidak merasa terbebani, malahan aku sangat senang saat kamu membutuhkan bantuanku. Aku juga sudah beberapa kali memberitahu nenekku, bahwa aku tidak keberataan menolongmu, tapi tetap saja, nenekku keras kepala, dia tidak mau aku dekat-dekat lagi denganmu. Aku bisa saja menolak untuk kembali ke Kalsel, tapi nenek mengancam, jika aku tidak pulang kesana, beliau akan bunuh diri. Sekesal apapun aku sama beliau, aku tidak mau kehilangannya, jadi, aku terpaksa waktu itu tidak memberikan penjelasan kepadamu, karena aku tidak mau kamu sakit hati. Selain itu, bukannya aku tidak mau menghubungimu, tapi, setelah datang ke sana, nenek merebut ponselku, beliau langsung merusaknya, dan membuangnya entah kemana. Oleh sebab itu, aku tidak dapat mengirimkanmu pesan ataupun menelponmu, aku juga sangat menyesal, karena aku tidak menghafal nomormu. Setelah bertahun-tahun lamanya, aku akhirnya bisa kembali lagi ke Jakarta, itu pun juga nenekku sudah meninggal." jelasnya panjang lebar, mimik wajahnya seketika berubah menjadi sedih. Mengingat kematian sang nenek yang meninggal secara mendadak, akibat serangan jantung.

Not Dream [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang