🌷Kebahagiaan bukan tujuan akhir, melainkan perjalanan yang harus dinikmati setiap langkahnya."🌷
'Puk!
Satu tepukan kecil mendarat di pundak Yina, di saat dirinya ingin berjongkok di hadapan Victor yang sedang bermain dengan kelinci. Sontak saja Yina menoleh ke belakang, ingin mengetahui siapakah kiranya seseorang itu.
"Yina," Perempuan yang menepuk Yina tersebut terlihat kaget tak percaya. Yina tak kalah kagetnya, spontan ia berdiri dan memeluk orang itu penuh kerinduan sebab lama tidak saling berjumpa. Melihat bundanya menangis terharus membuat Victor menoleh ke arah dua orang dewasa tersebut dengan keheranan.
"Bi Lusi, sudah lama kita tidak bertemu." ucap Yina, masih menangis bahagia. Bi Lusi juga sama, ia ikut terharu.
"Yina ya ampun, kenapa kamu waktu itu pergi tanpa bilang-bilang, bibi itu khawatir sama kamu." Selepas pelukan saling merindu itu berakhir, Bi Lusi memegang kedua bahu Yina, meminta jawaban.
Senyum kecil Yina merekah di kedua sudut bibir. "Maaf Bi, waktu itu aku tidak sempat bilang, kalau diceritain juga terlalu panjang." jawabnya, Bi Lusi memaklumi itu.
"Ya sudah itu juga udah berlalu, tapi yang sekarang kamu terlihat jauh berbeda Yina, kamu yang sekarang lebih segar dilihat." Bi Lusi tersenyum senang tatkala kehidupan Yina jauh lebih membaik ketimbang dahulu.
Yina mensyukuri takdir kehidupannya sekarang, terlebih lagi ia dititipkan oleh Tuhan seorang malaikat kecil yang menggemaskan. "Alhamdulillah Bi, kalau bibi sendiri baik-baik aja 'kan?" tanya Yina, sembari memegang kedua tangan wanita yang sudah berubah itu.
Bi Lusi mengangguk sebentar. "Iya, alhamdulillah, bibi juga udah nggak kerja lagi di rumah nyonya Sofie, karena dimarahi anak-anak. Katanya, ibu jangan kerja lagi, kalau masih kerja kami akan pergi." Bi Lusi terkekeh pelan, mengingat ancaman dari anak-anaknya itu.
Yina tertawa kecil sebentar, kemudian ia melontarkan sebuah pertanyaan yang hinggap di pikirannya setelah Bi Lusi mengatakan bahwa dirinya sudah tidak bekerja lagi di rumah besar itu.
"Gimana keadaan Tuan Yoga, Bi? Beliau sehat-sehat saja 'kan?" Seketika ekspresi wajah Bi Lusi berubah menjadi guratan sendu.
"Sayangnya Tuan Yoga sudah meninggal karena kecelakaan pesawat saat menuju ke sini." Yina menutup mulutnya, sebab kaget tak terduga.
"Inalillahi, semoga beliau bahagia di alam sana aamiin." doanya yang terbaik buat almarhum, Bi Lusi juga ikut mengaminkan.
"Oh iya, anak kamu pasti sudah besar bukan? Dimana dia?" Bi Lusi melihat ke sana-kemari, sedangkan Victor sudah pergi menjauh ke tempat ayunan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Dream [End]✓
Teen FictionStory 6 Ingrid Syina Ellisia harus menanggung beban yang amat berat di dalam hidupnya. Ia harus banting tulang untuk memenuhi kebutuhan diri dan sang ayah yang ada di kampung. Terpaksa Yina setiap hari harus berjualan koran, demi sesuap nasi. Sedang...