🌼Chapter 29🌼

429 13 2
                                    

🌷"Rasa sakit bukanlah sesuatu yang bisa dihindari. Tapi bagaimana cara menghadapinya."🌷

Warning: Part kali ini ada adegan yang tidak pantas dilakukan, harap bijaklah dalam membaca.

Warning: Part kali ini ada adegan yang tidak pantas dilakukan, harap bijaklah dalam membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  "Singkirkan tanganmu itu darinya Sofie!" Yoga membentak, dengan sorotan mata yang tajam. Urat-urat lehernya nampak bermunculan, serta kedua tangan yang mengepal kuat. Menurutnya istrinya itu sudah kelewatan batas, tidak bisa dibiarkan saja. Ia menarik tubuh Sofie kuat, sehingga berhasil melepaskan Yina darinya, sontak saja gadis itu langsung terduduk ke lantai sembari memegang kepalanya. 

  Sofie menatap suaminya penuh kekesalan teramat dalam, ia segera bangkit berdiri kembali. Tak mau terlihat seperti orang pengecut, wanita itu mendorong tubuh sang suami, menyebabkan lelaki paruh baya itu jadi terdorong kebelakang. Beruntung, ia dapat menahan keseimbangan tubuh agar tidak terjatuh. Lantas saja perlakuan kurang ajar barusan membuat Yoga jadi semakin tersulut emosi. Ia melotot ke istrinya, sebuah tatapan seperti seorang pemangsa yang kapan saja siap menyerang mangsanya. 

  "Dia memang pantas mendapatkannya, dia inilah penyebab hubungan rumah tangga kita hancur!" Sofie berbicara dengan nada suara tinggi, sambil mengarahkan jari telunjuk ke arah Yina.  Andaikan dirinya berada di dunia gambar, sudah dipastikan di atas kepalanya terdapat banyak gumpalan asap, sebagai penanda bahwa emosinya sudah berada di puncak. Dengan amarah yang kian membara, ia kembali menuju ke arah Yina, lalu menjambaknya kembali. Kali ini jambakan darinya makin keras. Sedangkan Yina sendiri sudah benar-benar berada di ambang kepasrahan. Ia tidak berdaya lagi, bahkan berbicara saja rasanya berat sekali. 

  Yina tak bisa berbuat apa-apa selain menitihkan air mata, menahan rasa sakit yang menghadapi dirinya, baik jiwa maupun raga.

  "Lepaskan dia!" Sekuat mungkin Yoga berusaha tidak melakukan hal yang bisa melukai istrinya, ia beberapa kali mengatur pernafasan upaya sedikit meredakan emosi. 

  Sofie sama sekali tidak mendengarkan perintah suaminya, keberadaan sang suami disitu bagaikan debu yang tak dianggap. "KAMU ITU PANTAS DI PERLAKUKAN SEPERTI INI!" Tak mau berhenti, Sofie lagi-lagi menampar Yina sekuat tenaga. Emosinya sudah menggebu-gebu, sulit untuk menghentikannya sebelum ia puas melampiaskan amarah dalam hatinya. 

'Plak!

  "Sofie jangan memancing emosiku! Hentikan atau kamu ..."

  Sofie langsung tertuju ke arah sang suami. "Atau kamu apa, mau memukulku hah?!" tanyanya, lalu mengalihkan pandang ke arah Yina lagi.

  Ia pun menunjuk-nunjuk wajah Yina dengan beruraian air mata. "PUAS KAMU HAH?! PUAS SUDAH NGEHANCURIN KELUARGA SAYA?! DASAR WANITA JALANG! MURAHAN! TAK TAU DI UNTUNG!" Amarah Sofie bagaikan kesetanan, ia tanpa ampun menendang Yina sampai ambruk. 

Not Dream [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang