🌼Chapter 58🌼

604 14 0
                                    

🌷“Luka lama tumbuh kembali, tidaklah mudah untuk dilupakan. Tapi mengapa kau suka membangkitkan rasa sakit itu lagi?”🌷

 Tapi mengapa kau suka membangkitkan rasa sakit itu lagi?”🌷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  “Victor, bunda mau ke toilet dulu, kamu tetap disini. Jangan pergi kemana-mana sebelum bunda datang, oke?” pamitnya, dengan diakhiri akan sebuah peringatan. Victor mengacungkan jari jempolnya mantap sembari tersenyum manis, dimana salah satu tangannya lagi memegang sebotol minuman jus guava, yang merupakan salah satu minuman manis favoritnya.

  Setelah menghabiskan es krim, ia meminta ingin dibelikan minuman, dan Yina menyanggupi permintaannya itu. Rencananya saat sang bunda kembali, ia mau membeli makanan ringan untuk cemilannya di malam hari nanti.
Yina pun beranjak pergi, meninggalkan Victor seorang diri.

  Bocah itu berjongkok untuk meneguk minumannya, habis itu ia berdiri lagi dan mengelap sisa air minuman dari bibirnya itu dengan menggunakan punggung tangannya. Tanpa sengaja, seseorang menabrak tubuhnya, sontak saja botol minuman miliknya jatuh dan menggelinding.

  Buru-buru Victor ingin mengambilnya, sampai botol itu berhenti menggelinding tepat di mata kaki seseorang. Tanpa basa-basi Victor mengambil minumannya, lalu mendongakkan kepala, berniat ingin meminta maaf. Orang dewasa itu menoleh ke bawah, detik itu juga kedua bola mata pria itu membulat sempurna.

  Ternyata pria itu tidak lain ialah Gino seorang, Victor langsung ingat siapa pria dewasa dihadapannya itu, ia berniat ingin kabur, namun Gino lebih dulu menarik pergelangan tangannya.

  Victor minta dilepaskan, tapi Gino tidak mau melakukannya. “Om nggak ngapa-ngapain kamu, serius. Bola kamu ketinggalan di dalam mobil om, kamu mau ngambilnya lagi ‘kan?” Sontak saja Victor berhenti menggertak, ia baru ingat bahwa bolanya masih berada di Gino. Sambil masih memegang tangan bocah tersebut, Gino nampak melirik ke segala arah, tentunya mencari Yina. Akan tetapi yang ia cari-cari tak kunjung ditemukan batang hidungnya.

  “Kamu tunggu disini, om akan ambilkan bolanya.” Untungnya bola milik bocah itu tertinggal, jadi ada alasan untuk membuat Victor berhenti menggertak. Victor hanya mengangguk kecil, meski hatinya ingin pergi, tetapi ia masih menginginkan bola kesayangannya itu kembali lagi dalam pelukannya.

  Sudah terlalu banyak kenangan indah dengan benda bulat itu.
Gino buru-buru berlari ke luar untuk mengambil bola Victor yang berada di dalam jok mobil miliknya. Sengaja ia menyimpan di dalam situ, dikarenakan takut ketahuan anaknya, semisal diketahui oleh Davin, kapan saja anak laki-laki itu akan bertanya milik siapa bola itu, dan tentunya Debbi juga ikutan menanyakannya.

  Gino rasanya sudah tidak tahan lagi menutupi rahasia kelam itu, rasanya hidupnya itu seperti terus dihantui rasa bersalah, bisa-bisa ia mati tidak akan tenang. Gino akan menunggu waktu yang tepat untuk mengakui semuanya, tanpa harus ditutup-tutupi lagi.

Not Dream [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang