🌼Chapter 8🌼

589 19 5
                                    

🌷"️Hari ini memang berat, mungkin besok lebih berat lagi."🌷

  Seperti biasa tiga pemuda tampan dan gagah berani ini lagi nongkrong di rofftop sekolah saat waktu istirahat tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Seperti biasa tiga pemuda tampan dan gagah berani ini lagi nongkrong di rofftop sekolah saat waktu istirahat tiba. Sebut saja mereka bertiga adalah bagian dari geng The King Diamond. Memang bukan hanya mereka saja anggotanya, tapi mereka juga punya teman tongkrongan di universitas yang berbeda. Jadi, anggota mereka semuanya berjumlah 6 orang.

  "Lho kok lo tau sama Yina?" Dahi Gino mengkerut lantaran salah satu sahabatnya mengenali seseorang yang baru saja ia kenal itu.

  Aldo pun menceritakan tentang pertemuannya dengan seorang gadis kenalan baru Gino saat mereka sudah saling berkumpul. Ia mengatakan bahwa Yina bekerja di tempat pamannya. Hal itu diketahuinya lewat mata kepalanya sendiri.

  "Ya tau lah, orang juga dia kerja sama paman gue,"jawab Aldo apa adanya, sembari memperbaiki poni rambut yang mengenai matanya.

  Merasa ada hal yang janggal disini refleks membuat kening Rafi jadi terangkat sebelah. "Hah gimana-gimana? Lo kenal sama Yina Gin?" tanyanya, dengan mengangkat dagu sedikit.

  "Dia itu cewek yang nggak sengaja gue tabrak waktu itu, bukannya gue sudah ceritain ke kalian?" Gino menjawab setelah mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana.

  "Hah kapan?" Lagi-lagi Rafi kebingungan sendiri. Melihatnya, Aldo memutar kedua bola matanya malas. Ia tak segan-segan mencubit lengan sahabatnya itu.

  "Pelupa amat jadi manusia, 'kan Gino sudah cerita ke kita malam tadi. Ingat nggak?" tanya Aldo gemas.

  "Enggak." Dengan polosnya Rafi menggelengkan kepala tanda tidak tahu-menahu. Lantas saja Aldo langsung mejitak kepala Rafi kencang, membuat si empunya kepala jadi meringis kesakitan.

  Aldo tak menghiraukan rintihan itu, ia hanya berusaha menahan sabar. "Kesel gue lama-lama sama nih anak!" ketusnya merasa jengkel.

  Gino yang menonton drama di siang hari itu cuma menampilkan senyum lebar, dimana deretan gigi putihnya terlihat rapi. "Sudah-sudah, kalian ini benar-benar dah," katanya meleraikan.

  "Tunggu, jadi si Yina itu ngangkat galon yang gede-gede itu? Yang benar aja lo Do, gue aja ngangkat dua galon gede pengen patah nih tangan," sungut Rafi jujur, sembari menunjuk kedua tangannya bergantian.

  "Serius anjing, mana mungkin bohong. Gue liat pakai mata kepala sendiri, terus tuh gue samperin paman buat nanya namanya siapa? Kata paman namanya itu Yina," jelas Aldo jengah, ingin rasanya ia menendang bokong Rafi sekarang juga.

  "Kenapa lo nggak bantuin dia?" Gino menatap Aldo dengan tampang serius.

  "Bagaimana mau bantuin bloon! Kalian 'kan tau sendiri, gue ini anak kesayangan mami. Liat gue ngangkat vas bunga aja di marahin, apalagi kalau ketahuan ngangkat galon bisa di pecel lele gue tau!" ujar Aldo muncrat-muncratan dan pernyataannya barusan mendapat cekikikan tawa dari kedua sahabatnya.

Not Dream [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang