🌷"Pikiran ini selalu berangan-angan, andai saja angin di bumi ini bukan hanya untuk menghilangkan rasa panas, tapi juga menghilangkan penderitaan."🌷
"Aku harus kerja apa ya?"
Dari tadi Yina hanya berjalan kesana-kemari tanpa arah tujuan jelas. Ia berniat akan mencari pekerjaan secepat mungkin, supaya bisa mendapatkan uang untuknya dapat bertahan hidup. Merasa letih ia pun memilih duduk di trotoar, sementara pikirannya terputar ketika tadi malam tentang penjelasan Faiz terkait dengan Gino, yang membuatnya jadi berselisih pendapat saat itu.
"Benci? Emangnya Gino salah apa?"
"Bukan cuma Gino, melainkan juga orang tuanya!" jelas Faiz, bernada tinggi, yang mana sorot matanya menyiratkan rasa amarah.
"Maksudnya? Gini deh, coba kamu jelasin dengan rinci." Akibatnya Yina jadi kebingungan sendiri, ia tak paham apa yang tengah terjadi antara temannya itu dengan seseorang yang baru dikenalnya.
Sebentar Faiz memandang Yina dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Cowok itu menarik nafas panjang, lalu pandangannya berlabuh fokus menatap Yina intens.
"Dulu keluarga gue tidak sekaya seperti sekarang. Saat itu umur gue 4 tahun mengalami sakit parah. Orang tua gue bingung harus bagaimana, mau di bawa ke rumah sakit tapi tidak punya biaya. Terus nyokap gue kebetulan liat berita tentang bokapnya Gino yang sebagai pengusaha ternama seindonesia ini. Nyokap sama bokap pun berniat akan menemui bokapnya Gino untuk meminjam uang buat biaya penyembuhan gue. Ke sana pun, orang tua gue minjam uang tetangga. Sedangkan gue di titip sementara sama nenek. Sesampainya di Jakarta, nyokap sama bokap ketemu dengan keluarganya Gino termasuk ada Ginonya juga di samping orang tuanya lagi jalan. Tanpa berfikir panjang lagi, nyokap memohon-mohon meminta bantuan. Tapi lo tau responnya gimana?" tanya Faiz di ujung penjelasannya. Yina hanya bisa menggelengkan kepala, tanda tidak tahu-menahu.
"Gimana?" ulang Yina penasaran. Pembahasan ini membuatnya makin menarik untuk disimak.
"Mereka menolak mentah-mentahan. Katanya, tidak percaya dengan omongan orang tua gue. Terlebih lagi nyokap Gino bilang begini, bahwa omongan nyokap sama bokap itu hanya rekayasa belaka. Dan saat itulah nyokap gue menahan emosi, lebih parahnya lagi, Gino waktu itu mengejek orang tua gue dengan kata jijik!"
Tergambar jelas, kedua mata Faiz terpancar rasa sakit. Ia sangat ingin menghancurkan keluarga tersebut untuk membalas perlakuan mereka terhadap keluarganya dulu.
"Bentar, kenapa kamu nggak pinjem uang ke orang terdekat di sekitar rumahmu, atau ke keluargamu gitu yang mampu?"
Pertanyaan barusan membuat Faiz terdiam sesaat. "Mereka yang mampu tidak mau meminjamkan uang lagi, karena keluarga gue sudah banyak punya hutang ke mereka. Terus bagi mereka yang hidupnya pas-pasan seperti gue ingin bantu tapi sama-sama nggak punya uang juga. Sedangkan keluarga gue yang mampu mereka tidak peduli, katanya, urus saja keluarga kalian. Katanya juga ke bokap gue, masa nggak bisa membiayai keluarganya sendiri? Begitulah ucapan mereka yang membuat kami sakit hati. Jadi, sudah tidak ada niatan buat minjam uang ke mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Dream [End]✓
Novela JuvenilStory 6 Ingrid Syina Ellisia harus menanggung beban yang amat berat di dalam hidupnya. Ia harus banting tulang untuk memenuhi kebutuhan diri dan sang ayah yang ada di kampung. Terpaksa Yina setiap hari harus berjualan koran, demi sesuap nasi. Sedang...