🌼Chapter 53🌼

550 14 0
                                    

🌷"Terlalu banyak kebohongan, hingga menciptakan masalah yang berkepanjangan."🌷

  Malam sudah tiba, gumpalan awan hitam menyelimuti langit malam, hiasan bintang yang kerlap-kerlip dan pancaran sinar bulan tidak dapat dijumpai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Malam sudah tiba, gumpalan awan hitam menyelimuti langit malam, hiasan bintang yang kerlap-kerlip dan pancaran sinar bulan tidak dapat dijumpai. Deru angin berhembus kesana-kemari, ranting-ranting pohon nampak bergoyang akibatnya. Daun-daun kering berjatuhan dari pohon, dan tertiup oleh angin yang lumayan kencang. Orang-orang yang biasanya jalan-jalan malam tidak terlalu banyak dijumpai, mereka lebih memilih berdiam di rumah, membalut diri dengan selimut tebal.

  Tetes demi tetes air hujan membasahi bumi, bulir air mengalir di dedauan. Tak lama kemudian hujan turun begitu derasnya, terlihat orang-orang yang sedang berjalan kaki di pinggir jalan sontak berlarian mencari tempat berteduh, para pembawa motor segera menghentikan laju motornya, lalu memasangkan jas hujan yang di simpan dalam jok motor. Beberapa ada yang tidak membawa, memilih untuk berteduh di ruko yang sudah tutup.

  Tercipta genangan air di aspal yang berlubang, para pengendara mobil menerobos lubang tersebut, sehingga menimbulkan cipratan. Untungnya tidak ada orang yang berada di sekitarnya.

  Di kediaman Gino, lelaki itu sedang berada di ruang makan bersama anggota keluarganya yang lain. Selepas kepergian Davin dan acara makan sudah selesai, Sofie segera angkat suara ketika Gino ingin beranjak pergi. Karena dipanggil, Gino menghentikan niatnya untuk beranjak. Dilihatnya sang ibu dengan salah satu alis terangkat sebelah. Seolah menanyakan 'apa?

  "Jelaskan sejujur-jujurnya, apa hubunganmu dengan Yina?" tanya Sofie menyelidik. Spontan Gino menatap Debbi yang tak mau menatap dirinya. Sudah pasti istrinya itu mengadu ke ibunya.

  Sebentar Gino menghela nafas kasar, kemudian duduk kembali. "Tidak ada, memangnya kenapa?" Sebisa mungkin Gino menyembunyikan ekspresi kegelisahan dalam dirinya. Sementara Sofie terus memberikan tatapan menginterogasi putranya sembari menyilangkan tangan ke atas bidang dada.

  "Benarkah? Lalu, kenapa kamu begitu dramatis saat Debbi menyebutkan nama Victor?" Sofie menyindir, berusaha menelisik jauh jawaban anaknya.

  Gino terdiam setelahnya, hal itu makin membuat Debbi maupun Sofie semakin bertambah curiga. Jujur saja, Gino tidak tahu harus menjawab apa. Seakan-akan ide dalam otaknya itu hilang diterpa angin.

  "Kenapa diam? Apa benar ada sesuatu hal yang kamu rahasiakan? Atau jangan-jangan kamu pernah menyetubuhi Yina dan menghasilkan seorang anak? Karena itulah Yina kabur, begitu?" tudingan penuh kebenaran itu berhasil membuat kedua bola mata Gino membulat total. Ia tak menyangka bahwa tebakan ibunya memang benar begitu kenyataannya. Gino menjadi panas-dingin dibuatnya, terlebih lagi jurusan tatapan mematikan dari kedua perempuan tersebut.

  "Siapa bilang? Tentu saja tidak, omong kosong apa ini?! Kenapa menuduhku seperti itu? Kemarin aku begitu karena aku merasa bersalah karena sudah tidak percaya padanya." Nada bicaranya kian merendah, memang benar bahwa Gino merasa sangat bersalah sebab tidak mempercayai Yina saat itu. Memang kala itu ia mengikuti egonya, bukan mengikuti apa kata hati. Hasilnya sekarang ia teramat menyesal, ia dapat mengira bahwa perempuan yang ia ambil keperawanannya itu sangat membenci dirinya, bahkan mungkin saja menciptakan dendam kesumat.

Not Dream [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang