🌼Chapter 47🌼

539 16 0
                                    

🌷"Hidup ini bukanlah masalah yang harus diselesaikan, tetapi pengalaman yang harus dijalani."🌷

  Seminggu sudah berlalu, Victor juga sudah kembali bisa masuk sekolah lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Seminggu sudah berlalu, Victor juga sudah kembali bisa masuk sekolah lagi. Saat ini anak itu bersama sang bunda tengah membereskan gudang di toko mereka. Yang mana toko tersebut ialah kost Desta waktu dulu, setelah ia wisuda ia membeli rumah itu untuk Yina, dan sekarang Yina sudah mampu membeli rumah sendiri dengan hasil tabungannya selama ini, setelah mendapatkan rumah baru, ia tidak menjual rumah yang dulu, tapi ia manfaatkan untuk mengembangkan tokonya lagi. Usahanya selama ini tidaklah sia-sia, tokonya selalu ramai pengunjung, bahkan Yina pun juga sudah mampu memperkerjakan karyawan untuk menjaga tokonya saat dirinya lagi sibuk. 

  Untuk saat ini para karyawannya sedang libur, maka Yina pun sengaja pergi ke toko untuk membereskan gudang, daripada dirinya hanya nganggur di rumah. Memang, ada beberapa barang yang letaknya kesana-kemari, dikarenakan para karyawannya saat itu tidak sempat lagi membereskan, sebab banyak pelanggan yang datang. 

  "Sudah Victor, kamu duduk aja, nanti sakit lagi lho." tegur Yina pada putranya yang sedang merapikan kardus-kardus kecil berisikan mie, dan menumpuknya dengan rapi. 

  "Biar cepat selesainya bunda." jawabnya, tanpa mengalihkan pandang ke lain.

  Yina geleng-geleng kepala kecil sambil tersenyum simpul. "Kalau capek, istirahat oke?" ucapnya, dimana kedua tangannya lagi memegang kardus berisi kaleng susu. 

  Sebentar Victor melirik ke arah sang bunda, jari jempolnya pun terangkat. "Okey," Yina segera meletakkan kardus tersebut, disusul dengan merapikan kardus-kardus yang lain. Sesudah merapikan kardus yang berukuran kecil, Victor lanjut merapikan barang-barang lain yang pada keluaran dari tempatnya. 

  "Sudah Victor, ayo kita makan di luar." 

  "Tapi ini belum selesai." 

  "Udah nggak papa, ayo." Melihat sang anak yang sudah banyak mengeluarkan keringat, dan nampak kelelahan, Yina segera menarik pergelangan tangan Victor. Rupanya anak itu tidak akan berhenti sebelum semuanya beres. 

  "Sebentar lagi bunda." rengeknya, karena dirinya merasa tak nyaman jika tidak diselesaikan hari ini juga. 

  "Nanti di lanjut lagi, sekarang kita makan dulu." Victor tak bisa mengelak lagi, ia pada ujung-ujungnya mau mengiyakannya. Mereka berdua pun beranjak pergi, pintu toko di tutup rapat-rapat. Yina menggenggam tangan putranya erat agar tidak kehilangan, anak dan ibu itu sudah mulai menjauh. 

'Brum!

  Bunyi mobil berhenti tepat di perkarangan toko Yina, seseorang di dalam mobil tersebut keluar menampakkan diri. Laki-laki berjaket hitam itu melepaskan kacamatanya, ada kerutan bingung yang terbentuk di pelipisnya. "Toko? Bukannya dulu itu ini kost?" tanyanya pada diri sendiri, ia melihat ke samping, dimana ada kost-kostan Yina dulu yang terlihat sangat jauh berbeda, bedanya adalah kost-kostan itu seperti tidak ada penghuninya lagi. Terbukti dari teras yang berdebu serta daun-daun kering, rerantingan pohon pada bergelimpangan di lantai. Bahkan jendela depannya juga retak kacanya, sehingga membentuk lubang. 

  Laki-laki itu kemudian mendekati rumah itu dengan perasaan was-was, ia melihat ganggang pintu yang sudah rusak, tangannya pun mulai mengetuk pintu itu, berharap orang yang ia cari masih ada di dalam situ, meskipun hatinya mengatakan tidak mungkin. Ketukan demi ketukan serta memanggil nama seseorang yang dulu tinggal disitu, namun tak kunjung mendapatkan respon. Tanpa pikir panjang ia memutar engsel pintu tersebut untuk melihat isinya, saat ingin mendorong pintu, seorang ibu-ibu menegur dirinya. Sontak saja ia tidak jadi membukanya, ia berbalik badan dan melihat ibu-ibu dengan rambut yang di sanggul itu. 

  "Mau nyari siapa mas?" tanyanya. 

  "Oh, ini saya mau nyari orang yang ngekost di sini." tunjuknya ke arah kost tersebut. 

  "Waduh, tapi mas kostan ini udah lama nggak ditinggali lagi. Semenjak cewek yang dulu tinggal di sini pergi, kost ini tidak ada lagi yang ngontrak, jadinya terbengkalai gini. Terus rencana dari pemilik kost ini mau dirobohkan." jawaban dari ibu tersebut sukses membuat kedua bola mata dari si lelaki melebar sempurna. 

  "Apa? Jadi cewek yang dulu itu sudah pindah, apa ibu tahu pergi kemana dia?" 

  Si ibu tidak langsung menjawab, dikarenakan ia teringat akan pesan Yina padanya, jika ada seorang laki-laki yang mencari dirinya entah kapan itu jangan pernah memberi tahu alamat rumanya dimana dan jangan mengasih tahu bahwa dialah pemilik toko tersebut yang bersebelahan tepat dengan kost-kostannya yang lama itu. "Hm, maaf mas saya nggak tau. Kalau gitu saya pergi dulu." Tidak mau ditanya-tanya lagi, ibu itu langsung pergi tanpa sempat laki-laki itu mengeluarkan suara. Ia segera masuk ke dalam rumahnya yang letaknya bersebrangan dengan toko Yina.

  Laki-laki tersebut yang merupakan Faiz seorang membuang nafas berat, ia meratapi bangunan kosong tersebut dengan sedih. "Aku terlambat, sekarang dimana dia tinggal? Maaf Yina, aku baru bisa datang ke sini bertahun-tahun lamanya, aku yakin pasti kamu sangat marah denganku karena tidak mengirimkanmu pesan sedikitpun. Dimana aku mencarimu Yina? Dimana sekarang kamu berada, apa kamu baik-baik saja?" gumamnya, sembari menyingsingkan pergelangan tangan jaketnya, hingga memperlihatkan sebuah gelang yang melingkar di tangannya dengan raut sendu. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Not Dream [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang