🌷"Pada akhirnya, kegelapan menemukan jalan terangnya."🌷
"Ingrid Syina Ellisia"
"Yina, maafin tante. Selama ini selalu menyakitimu, maaf Yina, maaf." Sofie hanyut dalam tangisannya. Penyesalan memang selalu berada di akhir, Sofie sangat menyesali perilaku buruk yang jauh dari kata baik itu.
Sama saja dirinya seperti tidak punya perasaan ataupun memiliki hati nurani. Dengan keji menyiksa Yina dan merendahkannya, karena derajatnya berada jauh dengannya. Betapa memalukannya sifatnya itu, layaknya seperti orang yang tidak pernah di sekolahi. Semisal kedua orang tuanya masih hidup, pasti tidak sudi menganggap dirinya anak lagi, sangat memalukan sekali.
Yina melepaskan pelukan itu, ia menguraikan senyum hangat. Jari-jemarinya menghapus pelan air mata yang meluruh di pipi wanita tersebut. "Aku sudah memaafkannya." Apa yang dikatakan Yina barusan, sukses membuat Sofie semakin malu. Betapa mudahnya Yina memaafkan dirinya yang keji itu, tidak semua orang hatinya sama dengan Yina. Betapa beryukurnya Sofie, bahwa Yina mau memaafkan kesalahannya selama ini.
"Terimkasih Yina, terimkasih banyak. Kamu mau apa? Tante akan melakukannya untukmu." ucap Sofie terisak-isak, sembari memegang kedua tangan Yina.
"Aku hanya ingin, tante jangan menangis lagi." Yina masih mempertahankan senyum yang meneduhkan hati, juga pikiran. Sofie lekas mengangguk, dan menghapus kasar air mata yang tersisa di sudut mata, menggunakan punggung tangannya. Kemudian, seutas senyum tertarik di kedua sudut bibirnya. Sehingga membentuk lipatan kecil di wajahnya yang terlihat sedikit keriput.
Sofie melihat ke bawah, senyumnya semakin merekah melihat Victor yang melemparkan senyum manis kepadanya. Sofie menutup mulut, seolah tak percaya atas apa yang ia lihat sekarang. Sofie menjongkokkan dirinya agar semampai dengan Victor, dielus-nya pipi Victor lembut, akan kasih sayang.
"Cucu oma, sudah besar. Maafin oma, sayang." Lagi, Sofie terisak. Sehingga wajahnya tertunduk, mau bagaimanapun juga menahan air mata supaya tidak keluar, sulit sekali rasanya.
Tanpa di suruh, Victor memeluk Sofie. Hal itu berhasil mengakibatkan Sofie semakin larut dalam kesedihan, ia balik membalas pelukan itu, sembari sesekali mengusap punggung belakang anak laki-laki itu.
"Cucu oma, jangan tinggalin om lagi, ya?" Dalam tangisannya, Sofie berusaha agar tersenyum, ketika pelukan sudah berakhir. Victor hanya menganggukan kepala, membuat Sofie semakin tersentuh.
Sofie mendongakkan kepalanya, menatap Yina serta Gino bergantian. "Yina, apa kamu mau menikah dengan Gino, setelah Gino sudah resmi bercerai? Ini demi Victor, tante juga tidak mau jauh-jauh dari kalian lagi. Tante mohon Yina, tolong kasih Gino kesempatan kedua." pintanya, bersungguh-sungguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Dream [End]✓
Teen FictionStory 6 Ingrid Syina Ellisia harus menanggung beban yang amat berat di dalam hidupnya. Ia harus banting tulang untuk memenuhi kebutuhan diri dan sang ayah yang ada di kampung. Terpaksa Yina setiap hari harus berjualan koran, demi sesuap nasi. Sedang...