🌷"Tidak semuanya selalu berada di bawah, ada saatnya berada di atas, dan meraih kemenangan."🌷
"Ingrid Syina Ellisia"
Di penghujung acara, Gino dan juga Yina sudah berbalik badan dari para tamu undangan. Bersiap-siap, ingin melemparkan sebuah buket mawar warna merah. Banyak tamu yang saling berdesakan, ingin mengambil bunga pengantin. Terlebih lagi bagi yang jomblo, atau belum punya pasangan, sangat menginginkan bunga itu. Berharap, dapat segera menemukan jodohnya, dan akan menyusul perkawinan secepatnya.
"Harap tenang semuanya, saya akan menghitung mundur." titah sang pembawa acara. Seketika suara riuh mulai mereda, pembawa acara itu pun mulai menghitung mundur.
"Baik, saya hitung ya. Tiga...dua...satu...!"
Bunga langsung di lempar ke belakang, mereka berburu ingin mendapatkannya lebih dulu. Ternyata, Aldo sama cepatnya dengan Bonita, hingga mereka berdua sama-sama memegang buket tersebut.
"Woi, gue duluan, lepasin!" ketus Aldo, tak mau membiarkan buket itu lepas dari tangannya. Bonita pun melotot tajam, ia juga tidak mau mengalah.
"Ngalah dong sama yang tua, dasar sambalado!"
"Elu yang muda seharusnya mengalah sama yang tua!" tegasnya, tetap kekeuh. Bonita juga sama kerasnya, mereka kalau disatukan dalam satu ruangan, tidak sampai lima belas menit, sudah pasti barang-barang di ruangan itu seperti kapal pecah.
"Ah ngeselin lo sambalado, lepasin buketnya, gue duluan yang dapat!" Bonita semakin mengencangkan pegangannya.
"Dasar sarung!" Aldo menatap ke sekitar, dimana banyak pasang mata tertuju padanya. Malu tiada tara menghinggapi dirinya, segera ia melepaskan tangannya dari buket itu.
"Gue tandain lo sarung!" ancamnya. Habis berkata demikian, Aldo langsung pergi, berjalan menerobosi orang-orang. Mengapa tidak, dirinya amatlah malu dijadikan bahan tontonan. Ia juga lebih baik pulang duluan, daripada harus debat dengan Bonita, yang tidak akan pernah berujung, lagipula, acara sudah berakhir.
Bonita memperhatikan punggung belakang Aldo yang mulai menjauh. Buru-buru ia mengejarnya, si pembawa acara segera bertindak, untuk menjernihkan kembali suasana dengan memutar sebuah lagu.
"SAMBALADO TUNGGUIN!" Terima Bonita, sambil berlari. Aldo tidak menghiraukan itu, ia terus berjalan dengan perasaan kesal.
Karena tidak di respon, Bonita semakin mempercepat laju kakinya dan langsung menarik ekor jas yang dikenakan oleh Aldo. Spontan saja, si pemilik jas menghentikan langkahnya dan memutar badan, menghadap Bonita yang nafasnya terengah-engah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Dream [End]✓
Fiksi RemajaStory 6 Ingrid Syina Ellisia harus menanggung beban yang amat berat di dalam hidupnya. Ia harus banting tulang untuk memenuhi kebutuhan diri dan sang ayah yang ada di kampung. Terpaksa Yina setiap hari harus berjualan koran, demi sesuap nasi. Sedang...