🌷"Dalam menjalani hidup tidak selalu dirundung kesedihan, ada kalanya terbang menjauh dengan sayap waktu."🌷
Sudah dua jam hujan belum kunjung juga reda. Merasa bosan menunggu di halte sendirian, Yina lebih memilih menerobos hujan yang masih turun amat derasnya. Ia tak peduli lagi sama tubuhnya yang sudah kuyup di guyur air hujan. Tujuannya cuma satu kini, yaitu cepat-cepat pulang. Lalu mandi dan meminum tes panas segera sembari menikmati pemandangan rintikan hujan lewat jendela kamar.
Yina berlari secepat mungkin meskipun beberapa kali cipratan genangan air dari bekas landasan mobil mengenai dirinya. Pada akhirnya ia berhenti di persimpangan jalan, kedua matanya menyipit sempurna, menatap lurus ke arah depan.
"Ah, sebentar lagi mau sampai," gumamnya senang, karena tidak perlu lama-lama lagi diterpa guyuran air. Di tempatnya berdiri terlihat jelas kost-an untuknya berteduh. Ia mengulum senyum, kemudian kembali berlari lagi, tanpa melihat jelas keadaan sekitar. Sampai sebuah mobil sport hitam mengkilat menabrak tubuhnya begitu cepat, secepat kilat. Hingga kejadian naas tersebut tidak dapat dihindarkan.
'Bruk!
"Kenapa Pak?" tanya seorang cowok yang tak lain adalah Gino. Dimana posisinya kini ada di kursi kedua. Ia yang awalnya lagi asyik mendengarkan sebuah lagu lewat earphone dan ingin tertidur, malah dikejutkan dengan sesuatu hal yang membuat mobilnya rem dadakan.
"Na-nabrak se-seorang, Den." Pak Kumis selaku supir pribadi Gino mengatakannya terbata-bata. Dimana pandangannya hanya fokus ke depan, dengan badan gemetar hebat.
Kedua pupil mata Gino membulat total mendengarnya. Tanpa pikir panjang bergegas dirinya turun tanpa mengambil payung terlebih dulu. Dalam sekejap tubuhnya sudah basah, namun itu tidak dipedulikannya. Ia mendekati seorang perempuan yang baru saja ketabrak itu. Detak jantungnya berdebar-debar tatkala perempuan itu tidak bergerak sama sekali. Darah yang keluar bercampur dengan genangan air hujan. Dengan perasaan was-was pastinya, ia melafalkan doa dalam hati agar seseorang dihadapannya kini tidak meninggal di tempat. Kemudian ia menarik tangan kanan perempuan tersebut, yang mana wajahnya tertutup oleh rambut.
"Bismillah." Gino menarik nafas panjang, lalu dikeluarkan secara perlahan. Saat ingin mencek denyut nadi, ia penasaran dengan perempuan tersebut. Akhirnya ia memilih untuk menyingkirkan rambut yang menutupi wajah orang itu. Seketika itu juga, Gino tersentak kaget. Pasalnya, orang yang di tabrak adalah seseorang yang pernah ia tabrak sebelumnya.
Tanpa basa basi Gino mendekatkan kupingnya tepat di dada Yina. Agar memastikan bahwa masih hidup atau telah tiada. Sesudah mengecek, Gino menghela nafas lega, karena detak jantung perempuan tersebut masih berdetak.
Tanpa menunggu lama lagi ia mengangkat tubuh Yina ala bridal style. Pak kumis pun membukakan pintu mobil. Memberikan peluang untuk anak tuannya masuk, beserta korban yang barusan tertabrak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Dream [End]✓
Roman pour AdolescentsStory 6 Ingrid Syina Ellisia harus menanggung beban yang amat berat di dalam hidupnya. Ia harus banting tulang untuk memenuhi kebutuhan diri dan sang ayah yang ada di kampung. Terpaksa Yina setiap hari harus berjualan koran, demi sesuap nasi. Sedang...