🌷"Tidak selamanya mutiara terus tersimpan, ada kalanya ditemukan. Seperti itu juga rahasia, tidak akan selamanya bisa di simpan, namun akan ada waktunya rahasia itu terbuka. Biarkan waktu terus berjalan, sebagai manusia hanya bisa menjalaninya."🌷
"Ingrid Syina Ellisia"
Tanpa terasa, jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh. Yina, sedang berjalan mondar-mandir layaknya setrika, di depan pintu, sambil menggigit ujung kukunya. Cemas, jikalau sosok laki-laki yang ia tunggu tersesat mencari rumahnya. Sudah dikirimkannya pesan, sekarang sudah sampai mana, namun pesannya tak kunjung mendapatkan balasan. Sedangkan angin malam semakin larut semakin kencang dan dingin, beberapa kali Yina mengusap kedua telapak tangan dan meniupnya.
Di sekitarnya juga sama sekali seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan makhluk lain, bahkan suara hewan malam pun tidak terdengar. Ketika dirinya ingin masuk ke dalam rumah, karena sudah tidak tahan lagi menahan hawa dingin yang menusuk tubuhnya, tiba-tiba saja ada bunyi deru mesin mobil yang makin mendekat. Yina pun berbalik lagi, dijumpainya sorot lampu benderang dari mobil mengenai wajahnya, spontan matanya langsung menyipit, silau.
Mobil itu berhenti bergerak, bersamaan dengan matinya cahaya lampu. Seseorang turun dari mobil tersebut, sosok yang ditunggu-tunggu oleh Yina semenjak tadi, tersenyum simpul ke arahnya. Yina akhirnya bisa bernafas lega, padahal tadi ia mengira Faiz tidak akan datang ke rumahnya.
"Aku khawatir kalau kamu tersesat tadi, habisnya ku kirimkan pesan kamu nggak balas-balas." ucap Yina, mengeluarkan isi hatinya. Faiz menjadi senang, karena dikhawatirkan.
"Buktinya aku nggak apa-apa 'kan? Nggak mungkin juga tersesat, sudah jelas-jelas ada map. Maaf tadi tidak ke balas pesanmu, karena sudah hampir dekat ke rumahmu." Faiz terkekeh pelan, Yina pun juga demikian.
"Ayo masuk." suruhnya kemudian, Faiz menganggukan kepala, lalu mengikuti Yina masuk.
Saat Faiz masuk, ia di buat kagum akan pajangan sebuah gaun serta setelan pakaian-pakaian lain yang terpajang di sebuah manekin. Gaun yang di pasang betul-betul indah sekali, sampai Faiz dengan sendirinya mendekati salah satu gaun pesta berwarna merah dengan ornamen bunga mawar itu, ia memegang kain yang digunakan untuk gaun tersebut.
"Wow," ucapnya spontan, kain yang baru saja ia sentuh sangatlah lembut. Faiz yang notabe-nya laki-laki saja menyukai gaun itu, apa lagi para perempuan. Pasti matanya langsung tertuju pada gaun yang cantik itu.
Setelah menutup pintu, Yina melihat Faiz yang sedang meneliti gaun buatannya, lalu mendekati pria itu. "Ini buatan siapa?" tanya Faiz penasaran, sembari melirik ke arah Yina.
"Buatanku, ini pesanan orang."
Lagi dan lagi, Faiz di buat kagum, ia terpana sampai tanpa sadar mulutnya terbuka. Membuat Yina terkekeh pelan, lekas Faiz menutup mulutnya lagi, dan sedikit merasa malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Dream [End]✓
Teen FictionStory 6 Ingrid Syina Ellisia harus menanggung beban yang amat berat di dalam hidupnya. Ia harus banting tulang untuk memenuhi kebutuhan diri dan sang ayah yang ada di kampung. Terpaksa Yina setiap hari harus berjualan koran, demi sesuap nasi. Sedang...