🌼Chapter 9🌼

456 19 0
                                    

🌷"Satu atap bersamamu adalah hal yang tak bisa digapai oleh mimpi dan kenyataan."🌷

  "Jadi lo nge-kost?" Gino melemparkan sebuah pertanyaan setelah berada di kediaman Yina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  "Jadi lo nge-kost?" Gino melemparkan sebuah pertanyaan setelah berada di kediaman Yina. Ia duduk di kursi plastik, menghadap tuan rumah yang duduk berhadapan dengannya. Yang mana diantara mereka dihalangi oleh meja kayu, di atasnya terdapat teko berisi air putih serta dua buah gelas kosong. Yina mengangguk mengiyakan pertanyaan beberapa detik lalu itu.

  "Lho, kok?" Satu lembar uang berwarna merah disodorkan ke penjual sendal tersebut. Kontan saja Yina menjadi tidak enak hati. Ia menolak untuk dibayarkan tapi cowok itu tetap bersikeras untuk membayarkannya. Mau tidak mau Yina pasrah, ia membiarkan Gino yang membayar.

  "Sudahlah, nggak papa. Santai aja," ucap Gino angkat suara lagi. Senyum cerahnya masih setia terukir di bibir.

  "Makasih." Yina menundukkan kepala ke bawah, seraya memainkan jari. Malu.

  Cowok tersebut lantas mengacungkan jari jempolnya. Yina tersentak kaget sedikit, ia pun melirik Gino yang lagi menatap dirinya akan senyuman melelehkan hati itu secara sekilas. Entah kenapa, irama jantungnya jadi tidak karuan. Berdetak lebih cepat daripada biasanya. Seakan-akan ada konser dadakan.

  Seusai di tinggal pergi oleh pedagang tadi. Tidak ada satu pun di antara mereka yang memulai perbincangan, merasa canggung dengan suasana sekarang Gino pun memecah keheningan tersebut dengan memulai topik pembicaraan.

  "Hei, keadaan lo gimana sekarang?" tanyanya dengan nada yang ramah.

  "Baik saja," jawabnya singkat dan bersuara kecil. Nyalinya untuk menatap cowok itu dari jarak dekat begini menciut seketika.

  "Udahlah, muka lo jangan di tekuk begitu mulu. Apa muka gue terlihat seram?" Gino terkekeh pelan, sedangkan Yina makin gugup dibuatnya.

  "Seram datang dari mana coba?" Yina membatin, sambil memainkan ujung baju kaosnya. Dengan cepat ia menggeleng. Pandangannya masih setia menatap ke bawah.

  Gino yang melihat gelagat kikuk dari gadis itu hanya geleng-geleng kepala, pasalnya baru pertama ini dirinya bertemu dengan seorang perempuan yang sangat pemalu, sampai tidak berani menatap matanya langsung. Baginya itu sangat menarik. Lalu ia membungkukkan badan dan menatap wajah Yina yang masih tertunduk.

  "Lo beneran baik-baik saja?" Dua pertanyaan yang beda namun memiliki arti yang sama, kembali dilontarkan.

  Dari ekor mata, Yina bisa melihat bola mata kehitaman milik Gino yang lagi menatap dirinya tanpa berkedip. Buru-buru Yina mengalihkan pandang. Irama jantung makin berdetak cepat. Lagi-lagi Yina hanya menggeleng. Melihat itu, Gino cuma tersenyum simpul lalu tiba-tiba saja ia merangkul pundak gadis tersebut.

Not Dream [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang