🌷"Apakah aku harus memaafkanmu atas apa yang sudah kamu perbuat dulu?"🌷
"Ingrid Syina Ellisia"
"Kamu sudah terlalu banyak membantu kami Des, kali ini aku akan menyekolahkan Victor dengan usahaku sendiri. Besok, aku akan ke sekolah untuk menemui Ibu Kepala dan Bu Rina, meminta maaf karena sudah mengacaukan acara yang sudah mereka siapkan. Jujur saja, aku jadi tidak enak hati. Dan sekalian juga aku akan bilang bahwa Victor akan pindah ke sekolah lain."
Kini, Desta lagi berada di rumah Yina. Kedua wanita itu tengah berbincang berdua di ruang tamu, dimana meja kaca bundar berada di tengah-tengah mereka. Terdapat vas bunga plastik, serta dua buah cangkir berisikan teh hangat, nampak, asapnya masih mengepul di udara.
Yina sudah menceritakan semuanya, termasuk datangnya Gino dalam kehidupannya lagi, dan memohon-mohon agar mau memaafkan dirinya. Namun, tidak mudah bagi Yina agar memaafkan. Rasa sakit di hati masih terbenam dalam dada.
"Baiklah Yina, kalau itu maumu. Tapi, ku mohon, kalau kamu perlu bantuan kami jangan sungkan mengatakannya." Desta meraih kedua tangan Yina.
"Terimakasih banyak Desta atas bantuanmu selama ini. Tanpamu, aku tidak akan hidup enak seperti ini, kamu memang benar-benar orang yang sangat baik, semoga Tuhan memberkatimu dan juga keluargamu." Yina mengulum senyum.
"Aamiin, terimakasih kembali Yina. Berkatmu juga, aku dapat belajar arti kesabaran dan kekuatan. Jujur saja, kamu itu perempuan yang sangat kuat Yina, jika aku berada di posisimu, aku tidak akan sanggup. Memang ya, Tuhan itu menguji hambanya karena hambanya itu kuat dan mampu menjalaninya." ucap Desta, yang membuat Yina terharu.
"Kamu ini ya, membuatku ingin menangis saja, saking terharunya." Yina terkekeh pelan, Desta pun bereaksi demikian.
"Ah, kamu bisa aja. Eh, ngomong-ngomong, kemarin aku pergi ke tokomu mau silahturahmi, udah lama nggak kesana. Terus ada Bu Ina datang tergopoh-gopoh mendatangi aku, katanya ada laki-laki yang mencarimu Yina." Salah satu alis Yina terangkat sebelah, mengira-ngira siapakah gerangan laki-laki itu. Seketika, kedua pupil matanya yang kehitaman itu membulat sempurna.
Yina dapat menebak siapa laki-laki itu. "Apa mungkin itu Faiz?" tanyanya, menatap lekat temannya itu. Desta menggidikan bahu sebentar tanda tak tahu.
"Nah, soal itu aku juga nggak tahu. Bu Ina nggak nanya ke orang itu, siapa namanya, keburu pergi duluan, takut ditanyai lebih lanjut katanya." Yang dikatakan Desta, membuat Yina semakin yakin bahwa sugestinya benar, bahwa seseorang itu tidak lain Faiz seorang.
"Tidak salah lagi, dia pasti Faiz. Aku pernah berpesan kepada Bu Ina kalau ada seorang laki-laki yang kiranya usianya sama dengangku, jangan pernah mengatakan ke dia kalau Bu Ina kenal denganku." ucap Yina sangat yakin, baginya tidak salah lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Dream [End]✓
Teen FictionStory 6 Ingrid Syina Ellisia harus menanggung beban yang amat berat di dalam hidupnya. Ia harus banting tulang untuk memenuhi kebutuhan diri dan sang ayah yang ada di kampung. Terpaksa Yina setiap hari harus berjualan koran, demi sesuap nasi. Sedang...